Tiga hari kemudian.Naina akhirnya sadar setelah tiga hari lamanya keadaannya kritis dan tidak sadarkan diri."Syukurlah kalau sudah sadar, Setelah ini aku harap kau tidak lagi menyusahkan aku!" ungkap Rangga dengan tersenyum tipis dan menghela nafas cukup panjang.Naina mengerjapkan matanya, merasa bingung dengan keberadaannya sekarang."Kamu siapa? Aku dimana?" tanya Naina begitu heran, saat ada pria tidak dikenal, sedang berdiri tepat di sampingnya tersebut."Heh, jangan pura-pura tidak tahu ya, lihatlah sekelilingmu, apa kau tidak bisa melihat sedang berada dimana sekarang?" jawab Rangga dengan ketusnya.Tentu saja Naina bisa melihat barang-barang yang memang tidak asing baginya, dan bisa menyadari jika sedang berada di rumah sakit sekarang."Bukan itu maksudku, kenapa bisa aku berada di sini?" tanya Naina."Masih bisa bertanya kenapa? Kau tidak ingat, aku menemukanmu dalam keadaan terluka parah di bagian kepala sekitar tiga harian kemarin, yang hanya ditutupi oleh daun pisang!" ba
"Oh, jadi kau ingin mati?! Apa dengan mati, bisa menyelesaikan semua masalahmu? Apa dengan meninggalkan dunia ini kau bisa menjadi lebih baik? Dan apakah segala urusanmu yang sangat pelik, akan selesai hanya dengan bunuh diri?" cecar Rangga, yang seketika itu membuat Naina terhenyak seketika."Sungguh payah sekali! Apa kau rela mengakhiri hidupmu yang memilukan dengan cara yang memilukan juga? Bahkan sangat merugikan dirimu sendiri menurutku!" Rangga terus saja berbicara, berusaha untuk mempengaruhi Naina, supaya menghentikan apa yang hendak ia lakukan."Terus harus apa? Aku sudah tidak sanggup lagi untuk hidup, kenapa pengkhianatan menyakitkan yang harus aku dapatkan! Apa salahku hingga harus menjalani hidup seperti ini?" Hati Naina terasa semakin sesak akhirnya kembali menangis, air matanya semakin tak terbendung, mengalir dan terus menetes hingga membasahi pipinya."Biarkan aku mati saja! Aku sudah lelah dengan semua sakit hati ini, jadi aku tidak ingin merasakannya lebih lama lag
"Pura-pura hilang ingatan?" Boleh juga, dengan begitu pasti bisa membuatnya terkejut!" timpal Naina."Idemu tadi juga bagus, membuat suamimu merasakan sakit hati karena dikhianati, dan membuat pelakor itu bisa merasakan apa yang pernah kau alami, tidak diinginkan juga diduakan, tapi bagaimana caranya kau bisa melakukan semua itu?"Pertanyaaan dari Rangga, sukses membuat Naina terhenyak seketika, karena memang tidak tahu bagaimana caranya ia bisa melakukan semua itu, terlebih rasa cinta suaminya itu terhadap Lisa begitu besar, tentu tak mudah baginya mewujudkan keinginannya untuk melihat mereka saling merasakan sakit karena dikhianati."Dengan diam, pertanda tidak tahu atau memang kau tidak mau mengatakannya padaku?" Naina menjawab dengan menggelengkan kepalanya pelan."Tidak tahu, karena memang aku tidak tahu bagaimana cara untuk melakukan itu, aku hanya ingin mereka bisa merasakan apa yang aku sudah rasakan, tapi bingung juga bagaimana cara memulainya," ungkap Naina dengan wajah yang
"Rasanya tidak mungkin kalau kalian bersahabat, karena kalau bersahabat baik, kenapa kamu tidak mengenaliku, pasti tahu kalau aku ini istrinya Mas Adit! Tapi aku juga tidak pernah betemu denganmu sebelumya?!"Rangga memutar kenangan saat dia dan Aditya kembali dipertemukan kembali setelah mereka berpisah selama bertahun-tahun lamanya. Rangga lalu menggeleng dengan pelan, tatapannya yang datar sudah membuktikan kalau memang ia tidak tahu kalau Naina adalah istrinya Aditya."Aku sama sekali tidak mengenalimu sebagai istrinya Aditya, sungguh aku tidak berbohong! Kita memang bersahabat sejak dulu, sering berpisah juga! Terlebih aku dan keluarga bolak-balik ke luar negeri, jadi susah untuk bertemu! Terus dipertemukan lagi saat kuliah di luar negeri, bahkan kuliahnya belum selesai, terpaksa dia pulang katanya mau menikah, berarti menikahnya denganmu?" Nania menampakkan ekspresi yang tidak terbaca, masih bingung dengan kebetulan sahabat yang terjadi di sekitarnya ini."Sepertinya iya, karena
Rangga berusaha untuk menahan segala amarahnya dengan mengepalkan dengan kuat kedua tangan hingga otot-ototnya menjadi terlihat, meskipun masih diselimuti rasa tidak percaya karena Aditya yang ia kenal baik selama ini ternyata memiliki sifat dan perilaku yang sangat buruk, tetap saja Rangga harus bersikap biasa saja, seolah tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi."Sungguh hal yang tidak terduga, saya bisa bertemu dengan Anda di sini Pak Aditya!" sapa Rangga dengan ramah, padahal hatinya begitu marah.Sebagai pria yang sangat menghormati wanita, tentu saja ia tidak terima dengan segala perbuatan kejam Aditya yang tidak seharusnya dilakukan pada Naina, namun sekarang tidak ada yang bisa ia lakukan selain diam dan mengamati lawan, baru sadar dengan kedekatan mereka sebagai sahabat juga partner kerja ini, bisa dimanfaatkannya untuk membantu Naina dalam melancarkan rencananya kedepan.Nampak jelas di wajah Aditya, jika saat ini ia sedang begitu bahagia, hal tersebut semakin membuat ke
"Kenapa Pak Rangga? Apa perkataan saya tadi ada yang salah?!" tanya Aditya dengan masih menampakkan keterkejutannya yang sangat. Rangga baru sadar kalau apa yang sudah ia lakukan tidaklah benar, terlalu tersulut emosi membuatnya menjadi tidak bisa mengendalikan diri.Rasanya ia sudah tidak tahan lagi dengan semua ini, ingin segera membantu Naina untuk membuat suami kejamnya itu menderita dan menyesali semua yang pernah dilakukannya selama ini. "Oh, bukan apa-apa kok, Pak! Maafkan saya kalau sudah membuat terkejut, tadi ada kecoa di atas tempat sampah itu, daripada membuat istri tercinta Pak Aditya takut, terpaksa saya tendang dengan kencang tempat sampah itu, tujuannya supaya kecoa-nya kabur!" papar Rangga sembari menoleh ke arah tempat sampah yang tadi ia tendang sekarang berserakan semua isinya. Rangga berharap kalau Aditya dan Lisa tidak curiga dengan alasan asal yang telah ia lontarkan, karena saking bingungnya harus menjawab apa memilih menyalahkan kecoa sebagai penyebab ia mel
"Tidak boleh, kekasih saya sedang istirahat sekarang, dimohon untuk jangan diganggu!" sergah Rangga, lalu berlari untuk menghalangi pintu. Dengan sikap Rangga yang seperti ini, justru membuat Aditya semakin curiga, padahal niatnya hanya memastikan saja kalau Naina kekasih Rangga itu bukan Naina istrinya, tapi justru dihalangi sampai segitunya oleh Rangga. "Kenapa Pak Rangga menjadi setakut ini, saat saya hendak melihat kekasih Anda? Apakah memang ada yang sedang disembunyikan dari saya?" Jelas terlihat dari perkataannya, kalau saat ini Aditya memang sedang curiga dan diperparah dengan ketakutan yang terlihat jelas di wajah Rangga sekarang. "Bukan takut, memangnya apa yang bisa saya takutkan di dunia ini? Saya tidak takut akan apapun dan siapapun itu! Hanya saja saya tidak mau kekasih saya yang sedang beristirahat menjadi terganggu, mohon pengertiannya ya, dia sedang sakit sekarang dan butuh istirahat! Kalau mau menjenguk, lain kali saja ya, Pak!" Sebenarnya bukan hanya nama Naina
Sashmita menjadi bingung hendak menjawab apa, kalau jujur ia takut Naina bersedih dan histeris lagi saat tahu tujuan suaminya datang ke rumah sakit untuk cek kesehatan karena ingin memiliki keturunan dari wanita yang telah menjadi orang ketiga di pernikahannya. "Sudahlah Naina, jangan pikirkan laki-laki itu lagi, sekarang pikirkan saja kesehatanmu! Dia saja tidak pernah memikirkan kamu, jadi buat apa terus memikirkannya?" Naina memijit pelipisnya yang mulai terasa berdenyut, ada rasa marah juga pada dirinya sendiri, kenapa masih mengingat pria yang sudah menghancurkan hidupnya hingga tega hendak melenyapkan nyawanya dengan mudahnya. Begitu heran dengan cinta yang berada di hatinya kenapa masih bertahan dan menetap di sana, padahal sudah jelas suaminya itu tak pantas lagi untuk dicintai. "Tante benar, tidak seharusnya Naina masih terbayang-bayang oleh kehadirannya yang memperparah luka dalam hati ini, berharap rasa cinta itu segera hilang, supaya hati tak tersiksa lagi. Tapi sungguh