Share

Bab 14. Kediaman Hermawan

“Hape kamu mati, Mas? Mas Seno neleponin aku terus.”

Gerutu Arumi belum ditanggapi oleh Mirza. Sudah dua hari berlalu sejak kejadian itu, Mirza tak banyak bicara. Ponsel dimatikan karena enggan beraktifitas apa pun. Jiwanya masih terguncang pasca insiden kelab itu. Tak bisa marah pada siapa pun karena nyatanya, Arumi juga ditipu oleh temannya.

“Mau sampai kapan kamu begini terus?” Arumi bertanya sambil meletakkan secangkir teh di atas meja. “Nganggur di rumah mau sampai kapan? Bukannya aku nggak perhatian sama kejadian kemarin, tapi mau dipikirin berlarut-larut juga nggak ada gunanya, kan? Udah hampir dua minggu sejak dipecadan kamu belum dapat kerjaan lagi, Mas.”

Mirza menghela napas gusar, disekanya wajah sembari bergumam istighfar. Ya, dia tak bisa terus berpangku tangan.

Arumi dan kandungannya harus dipikirkan.

Mirza mengintip dari sisi pintu ketika melihat Arumi duduk sendirian di dapur pada malamnya. Setelah menyeduh segelas susu ibu hamil, sang istri bermain ponsel sembari ter
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status