Beranda / Young Adult / SUAMIKU KETUA GENG MOTOR / 003 || Perjodohan Viana Dan Sagara

Share

003 || Perjodohan Viana Dan Sagara

Penulis: Diva
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-02 10:07:12

BAB 3 Makan Malam Bersama Keluarga Giantara

"Viana, kamu sekolah di SMA Galaksi, kan?" tanya Daniel memastikan.

Kini mereka sudah duduk di meja yang sudah disiapkan. Viana duduk berhadapan dengan Sagara dan Arthur berhadapan dengan Daniel. 

Meja-meja ditata dengan rapi dengan lapisan kain linen berkualitas tinggi. Dan peralatan makan dari perak yang berkilau. 

"Bener, Om, aku sekolah di sana," jawab Viana dengan senyuman. 

"Kalo Gara sekolah di SMA Xeron," kata Daniel meilirik Sagara yang sibuk memperhatikan Viana.

Arthur dan Daniel mengira jika Sagara mengagumi kecantikan Viana. Kenyataannya tidak begitu, Sagara hanya mencoba mengingat tentang siapa Viana. Seperti pernah mengenal tapi di mana. Begitupun dengan Viana yang merasakan hal yang sama dengan Sagara.

Mendengar ucapan Daniel mengenai sekolah Sagara. Viana mengingat tentang siapa Sagara. Sagara Giantaraー siswa berandal di SMA Xeron. Dia merupakan ketua geng motor Verdon yang terkenal di kota Swinden.

Geng Verdon selalu membuat kerusuhan di jalanan seperti balapan liar dan juga tawuran. Para warga sudah menyuruh Geng Verdon untuk dibubarkan oleh pihak berwajib. Tapi, semua itu tidak terjadi saat Daniel selalu turun tangan setiap kali Sagara membuat masalah. 

"Oh, jadi lo ketua geng Vendor?" celetuk Viana dengan senyuman mengejek.

Bertepatan dengan itu, koki dan beberapa pelayan mengantarkan hidangan utama yaitu Bebek Panggang. 

Sagara mengangguk, "dan lo cewek yang suka nindas murid lain, kan?" balas Sagara tak kalah sinis. 

"Viana!"

"Sagara!" 

Tegur Daniel dan Arthur. Keduanya saling tatap tak nyaman dengan Sagara dan Viana yang justru saling mengibarkan bendera perang. 

Viana berdecih sinis, dia seakan lupa dengan keberadaan Daniel dan Arthur. 

"Seenggaknya gue gak pernah buat kerusuhan di jalanan." Viana tersenyum miring menatap Sagara yang ekspresinya berubah.

"Dan seenggaknya gue gak pernah ngerusak mental orang!" Sagara tidak mau kalah dengan Viana.

"Cukup! Kalian baru saja kenal kenapa udah mau ribut aja?" Daniel memijit pelipisnya yang terasa pening. 

Dia malu pada Arthur karena sikap Sagara yang seperti anak kecil. Arthur menatap tajam Viana menyuruh gadis itu untuk diam. Mendapati tatapan seperti itu, Viana segera menutup mulutnya diam. 

Hidangan utama kedua pun telah tersaji yaitu Ayam basil pedas. Mereka mulai menikmati makanan dengan tenang tanpa adanya percakapan. Sampai akhirnya makan malam telah selesai.

Detik itu juga, hidangan penutup tersedia. Panna cotta dengan saus buah. Namun, deheman Daniel menarik atensi Viana dan Sagara.

"Ada yang ingin saya sampaikan sama kalian berdua," kata Daniel menarik napas panjang. 

"Saya sama Arthur udah rencanain makan malam ini dari lama. Kami udah membuat kesepakan perjodohan untuk kalian berdua," lanjut Daniel membuat Sagara dan Viana terkejut. 

Jika saja Viana sedang minum atau makan mungkin dia sudah tersedak detik itu juga. Ini sangat mengejutkan untuk dirinya.

"Perjodohan?" Viana menatap Daniel dan juga Arthur dengan ekspresi tercengang.

Arthur mengangguk, "ya, perjodohan. Papa harap kamu engga nolak keputusan Papa ini."

"Maksud Papa, apa?" tanya Viana tatapan kecewa yang tidak bisa disembunyikan. "Papa mau buang aku dengan adanya perjodohan ini?" lanjut Viana saat melihat Arthur hanya diam.

"Berhenti berpikiran buruk tentang Papa, Viana. Papa cuma mau lakuin yang terbaik buat kamu!" jelas Arthur tak terima dengan tuduhan Viana. 

"Terbaik dengan jodohin aku sama cowok yang gak aku kenal sama sekali?" Viana tertawa sinis di depan Daniel, Arthur, dan juga Sagara. 

"Viana, cukup! Kamu engga ngerti sama tujuan Papa!" Arthur tersulut emosi dengan tindakan Viana yang mencoba melawannya. 

"Aku emang gak ngerti dan gak ada niatan buat ngertiin, Papa. Karena apa? Karena Papa aja gak pernah ngertiin aku!" Suara Viana tercekat di tenggorokan. "Kalo Papa berharap aku bakal nerima perjodohan ini! Itu gak akan pernah terjadi!"

"Viana!" Arthur menahan geram pada Viana. Dia tidak ingin merusak reputasinya sendiri di depan Daniel dan juga calon menantunya. 

"Aku juga nolak!" Suara Sagara membuat mereka menoleh pada lelaki itu. 

Viana tersenyum tipis perjodohan ini tidak akan pernah terjadi. 

"Kalian jangan bersikap egois hanya mementingkan keinginan pribadi aja. Tapi, kalian pikirin juga masa depan kita yang yang dikorbankan sama kalian berdua!" sergah Sagara membuat Daniel dan Artur terbungkam.

"Gara, maksud Papa engga kaya gitu. Papa cuー"

"Cuma cari keuntungan pribadi?" tukas Sagara cepat. Daniel mengepalkan tangannya menahan emosi pada Sagara. 

"Kita masih pelajar, kita masih punya masa depan, dan tentunya kita gak mau nikah muda!" lanjut Sagara yang diangguki Viana. 

"Kalian yang memperoleh keuntungan, sedangkan kita yang akan mengalami kerugian. Menikah tanpa adanya rasa cinta, lalu gimana nantinya ke depannya?" Viana berdiri dari duduknya. "Yang menikah karena rasa cinta aja ujung-ujungnya banyak yang cerai karena perselingkuhan dan KDRT." 

Viana teringat bacaan novel online yang pernah dibaca olehnya. Belum lagi berita yang sedang viral di media sosial. 

Daniel tertampar dengan penuturan Viana. Dia memaksakan diri untuk tertawa. 

"Pemikiran kamu terlalu jauh, Viana. Di luar sana banyak yang menikah karena perjodohan, tapi mereka hidup bahagia!"

"Tapi, itu mereka, Om. Nasib semua orang berbeda-beda!" Viana tetap mempertahankan pendapatnya. 

"Sudahlah keputusan yang kita buat untuk kebaikan kalian berdua. Kita juga udah mikirin masa depan kalian kaya apa nantinya. Jadi, jangan khawatir sama hal yang belum terjadi!" Arthur angkat bicara pada akhirnya. 

"Aku tetep nolak, Pa!" Viana dan Sagara berucap secara bersamaan. Keduanya saling tatap dengan sinis.

"Kalo kalian nolak, semua fasilitas akan ditarik!" ancam Daniel dan juga Arthur.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tanzanite Haflmoon
waduh .... ancamannya ngeri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   151 || Kecelakaan

    Viana menggenggam setir erat-erat, tangannya masih gemetar, wajahnya pucat, dan napasnya memburu tak beraturan. Suara mesin meraung kencang, mengguncang tubuh mobil. Di kaca spion, bayangan motor hijau itu masih membuntuti—Andi, dengan mata merah membara dan ekspresi seperti iblis haus darah. Jalanan mulai sempit, membelah antara rumah-rumah padat penduduk, tapi kejaran itu tak berhenti. Viana menggertakkan gigi, mencoba menepis rasa panik yang makin mencengkeram dadanya.“Tenang, lo bisa ... lo bisa,” gumamnya berulang kali seperti mantra, memaksa dirinya tetap waras.Suara ban menggerus aspal terdengar dari belakang, keras dan agresif. Andi membunyikan klakson motornya berulang kali, seolah ingin mencabik-cabik konsentrasi Viana. Motor itu menyusul dari sisi kanan, hanya berjarak sehelai rambut dari jendela mobil. Viana menoleh cepat. Dia melihat tatapan itu—mata penuh kebencian, penuh dendam. Andi membuka mulutnya, berteriak sesuatu, tapi yang terdengar di dalam mobil hanya raungan

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   150 || Dikejar Setan Berwujud Manusia

    “Satya, cepat kabur juga!”Langkah Viana tertahan, tubuhnya gemetar menatap Satya yang dikeroyok tujuh orang sekaligus. Tapi cowok itu tetap berdiri di depan, melindunginya.“Pergi, Vi!” suara Satya kembali menggema. Matanya menatap Viana penuh tekanan. “Lari sekarang!”Viana mengepalkan tangannya. Jantungnya berpacu seperti genderang perang. Dengan sisa tenaga, dia berbalik dan berlari menyusuri lorong sekolah yang semakin sepi.Derap langkahnya menggema di antara dinding abu-abu. Nafasnya terengah, tak beraturan. Gemeta dan panik. Dia tak berani menoleh ke belakang.Namun, dari arah lorong lain, suara teriakan itu terdengar jelas. “Vianaaa! Gue nggak bakal biarin lo pergi!”Suara Andi terdengar lantang penuh amarah dan ancaman. Langkah Viana semakin cepat. Kakinya nyaris tak menapak sempurna di lantai yang licin. Pandangannya kabur karena air mata dan ketakutan. Dia melewati ruang UKS, lorong perpustakaan, lalu memutar ke arah kantin yang sudah kosong. Di belakangnya, suara langkah

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   149 || Pelarian Viana

    "Lo ngancam kita?" Denzel tertawa remeh menatap Satya yang berdiri menjulang di depannya. Dia melirik kedua sahabatnya, memberi kode yang diangguki langsung oleh mereka. Ketiganya mendekat pada Satya. Mengepung sosok lelaki yang kini mengepalkan kedua tangannya penuh emosi. Satya menatap satu per satu wajah mereka. Dia tahu, kalah jumlah. Tapi dia juga tahu, menyerah bukan pilihan. Satu orang melompat lebih dulu—si gagang besi. Satya bergeser ke kanan, menghindar. Besi itu menghantam dinding dengan suara dentuman keras. Debu beterbangan di sekitarnya. Satya tak tinggal diam, dia membalas serangan sang lawan dengan menendang perutnya cukup kuat. Cowok itu mundur, terbatuk. Sambil memegangi perutnya yang terasa nyeri. Sedangkan kan Danzel dan satu cowok lainnya bergerak mendekat bersamaan. Satu tangan mencengkeram seragam Satya, menariknya ke belakang. Yang lain mengayunkan pisau—berusaha menusuk dari samping. Satya berbalik cepat. Sikutnya menghantam rahang si penarik se

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   148 || Gudang Belakang Sekolah

    “Bu, teman kami masih di bawah! Dia ke toilet!” Rachell berseru sambil menunjuk ke arah lorong.Guru itu menggeleng cepat. “Enggak bisa, ini darurat. Sekolah diserang. Kami akan cari sisanya, sekarang kalian harus ikut!”“Bentar, Kak Viana masih di sana!” Alin nyaris menangis.“Satya sedang menyisir area itu. Kami sudah kirim beberapa OSIS ke arah belakang gedung. Cepat ke rooftop. Itu tempat paling aman sekarang!”Ledakan kecil terdengar dari arah lapangan parkir. Disusul suara kaca pecah. Alarm mobil meraung tak karuan.Seyra mencengkeram pergelangan tangan Alin dan Rachell. "Gue nggak suka ini. Kita ikut dulu. Viana pasti ditemuin Satya."Rachell menoleh sekali lagi ke arah lorong toilet yang sepi. Tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya suara langkah kaki, teriakan, dan kegaduhan yang semakin dekat dari segala penjuru.Mereka bertiga dibawa naik ke lantai tiga. Koridor itu sesak oleh murid dan guru. Semua menuju tempat yang sama yaitu rooftop.Di belakang, suara motor semakin dekat.

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   147 || Panik

    “Yay! Akhirnya ujian selesai!”Alin berseru sambil menggoyang-goyangkan kedua tangannya ke atas. Mata gadis kelas sepuluh itu berbinar penuh lega.Rachell tertawa kecil, menyandarkan tubuh di bangku taman kecil dekat kantin SMA Galaksi. “Rasanya kayak lepas dari jerat.”“Setidaknya seminggu ke depan bisa tidur tenang tanpa mimpi buruk soal ujian,” sahut Seyra, membenarkan ikat rambutnya yang sedikit berantakan.Viana duduk di sisi bangku, hoodie putihnya masih melekat erat di tubuh. Ia menyandarkan kepala ke sandaran bangku, wajahnya terlihat tenang untuk pertama kalinya dalam beberapa hari. “Syukur banget kita bisa ngelewatin ini semua bareng.”Alin mengangguk cepat. “Makasih, Kak Viana, Kak Rachell, dan Kak Seyra. Udah nemenin aku selama minggu-minggu ini.”Viana tersenyum kecil. “Lo juga hebat, Lin. Bisa tahanin semuanya.”Obrolan mereka ringan. Tak ada beban. Tak ada tekanan. Hanya sisa-sisa lelah dari ujian yang perlahan menguap jadi rasa lega.“Gue ke toilet dulu ya,” ujar Viana

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   146 || Aaprtemen

    Lampu gantung di ruang tengah hanya menyala setengah redup. Di luar jendela, angin malam Swinden berembus pelan, membawa suara jalanan yang makin sepi. Viana duduk di pojokan sofa, berselimut hoodie abu yang terlalu besar, kedua lutut ditarik ke dada. Matanya menatap layar ponsel yang menyala di panggilan masuk kelima.Papa (5 panggilan tak terjawab)Tampilan itu berkedip sekali lagi. Lalu mati.Viana menghela napas dalam-dalam. Tubuhnya bergetar kecil, bukan karena dingin, tapi karena emosi yang tak kunjung reda sejak siang. Dia menggigit bibir bawahnya—keras, hampir berdarah. Tapi rasa sesaknya tetap di dada, bukan di bibir.“Aku benci banget ... tapi kenapa susah banget buat nge-blok nomornya?” gumamnya lirih, lebih ke diri sendiri.Sagara yang sejak tadi duduk bersila di lantai, bersandar pada tepi sofa, hanya menoleh pelan. Dia melihat Viana, melihat jari-jarinya yang menggenggam ponsel terlalu erat, dan rahangnya yang mengeras.Panggilan masuk lagi. Papa.Tanpa bicara, Sagara me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status