Share

5. Jangan Jadi Benalu

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2024-09-04 06:47:30

Part 5

Entah mimpi apa aku semalam, hingga menemui musibah seperti ini.

Beberapa jam yang lalu ...

Saat aku pulang kerja dari toko kue, aku berjalan melintasi jalan desa yang di kanan dan kirinya areal persawahan ada sebuah sungai yang cukup dalam.

Hujan rintik-rintik menemaniku di sepanjang jalan. Apalagi rumahku termasuk yang paling jauh, berada di ujung desa. Kali ini memang aku tak memakai motor karena motor itu sedang dipakai oleh Mega.

Jikalau sampai di rumah, pikiranku akan terkuras habis karena ucapan ibu, hingga aku memilih berhenti sejenak mengambil napas dan melihat sungai yang mengalir. Setidaknya menetralisir rasa yang ada.

Tiba-tiba saja, serasa ada yang mendorongku hingga aku terperosok dan terjatuh ke bibir sungai. Hujan yang belum reda sedari pagi membuat licin di semua tempat dan juga membuat debit sungai mulai naik. Aku hampir saja terseret arus bila tak berpegangan kuat di dahan kayu.

"Tolooooong ....!" teriakku sambil berusaha bangkit. Meski tak bisa.

"Tolooooong ....!"

Rasanya begitu takut. Tak ada satupun orang yang melintas saat ini. Bahkan aku tak bisa membayangkan bila terbawa arus. Aku masih terus berusaha untuk keluar dari sana, tapi ....

Terdengar deru suara motor mendekat. Aku berteriak lagi berharap ia menolongku. Hingga suara motor itupun berhenti. Benar saja dia melihatku. Secepat kilat lelaki itu turun ke bawah ke tempatku berada.

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.

Aku menyambut uluran tangannya yang terasa basah dan juga dingin.

Ia berusaha menundaku berdiri tapi kakiku sudah lemas dan juga kram.

Aku meringis kesakitan. "Kakiku kram, sakiiit." ujarku lirih.

Mendadak dia berinisiatif untuk menggendongku.

"Pegangan saja, aku akan membawamu ke atas."

Aku mengangguk, susah payah dia menggendongku naik ke atas, hingga akhirnya kembali sampai di bibir jalan. Ia membaringkanku di gubuk kosong di seberang jalan, tempat biasa para petani berteduh.

Tak kusadari aku mendesis pelan, merasakan nyeri di kaki. Ia tampak shock melihat kondisi kakiku yang ternyata terluka.

"Kakimu terluka!" ujarnya.

Aku hendak bangkit tapi mendadak lelaki itu menahan tubuhku.

"Jangan bergerak dulu, biar aku perban." Ia mengambil slayer yang dikenakan di lehernya.

Dan saat itulah mendadak sekumpulan warga datang dan menuduh kami melakukan hal yang terlarang.

Tiba-tiba, usapan lembut di pundak membuyarkan lamunanku.

Aku menoleh melihat lelaki itu tiba-tiba sudah duduk di sampingku sambil menatap penuh tanya.

"Mikirin apa?" tanyanya singkat tapi cukup mengagetkanku.

Aku menggeleng pelan. Aku tak mungkin mengatakan yang sejujurnya pada lelaki itu.

"Apa kakimu masih sakit?"

"Aku tidak apa-apa, luka ini masih bisa kutahan."

Ia membungkuk dan hendak meraih kakiku tapi segera kutepis gerakannya.

"Ja-jangan!"

Gerakannya terhenti.

"Ya sudah kalau begitu istirahatlah. Hari ini pasti menguras hati dan pikiranmu," ucapnya lembut.

Aku terdiam sejenak tak menjawab ucapannya. Bisa ya, lelaki yang terlihat memyeramkan tapi justru bersikap lembut? Bahkan tadi saat berbincang dengan Bapak pun dia masih terlihat sopan.

"Aku tidur di luar saja, kamu pasti gak nyaman ada aku di kamarmu. Aku minta maaf atas semua yang terjadi hari ini."

Mas Saga bangkit dan meraih handle pintu.

"Tu-nggu!"

Lelaki itu menoleh.

"Pasti akan ada keributan lagi di rumah ini kalau Mas tidur di luar."

Dia mengernyitkan keningnya. "Terus?"

Aku beranjak mengambil tikar di pojok kamar dan menggelarnya. Lalu menaruh bantal serta selimutnya.

"Tidurlah di bawah, tapi ingat jangan macam-macam!"

Lelaki itu menatapku datar kemudian langsung menuruti ucapanku, berbaring dan meringkuk ditutupi selimut.

Aku sedikit lega. Semoga dia bisa dipercaya dan takkan berbuat yang tidak-tidak padaku.

Sungguh, satu kamar dengan pria asing ini membuatku tak nyaman. Bahkan aku hanya berbaring tak bisa memejamkan mata meski malam sudah semakin larut.

Tak lama terdengar dengkuran halus. Lelaki itu mengorok?

Aku masih belum bisa tidur, entah kenapa hati dan pikiran tidak sinkron.

"Mas, terima kasih--"

"Terima kasih untuk apa?"

Aku terkejut lalu menengok ke bawah. "Bukankah tadi kamu sudah tidur, Mas?"

"Kamu mengajakku bicara jadi aku terbangun."

Aku terdiam sejenak.

"Kenapa belum tidur? Lalu kau berterima kasih untuk apa?"

Aku menghela napas pelan.

"Terima kasih yang pertama, kamu sudah menyelamatkanku dari sungai. Dan terima kasih yang kedua, kamu sudah menyelamatkan rasa maluku. Aku gak bisa membayangkan apa jadinya kalau dicambuk atau diarak keliling desa dalam keadaan tak berbusana," ucapku lirih.

"Ya, kalau itu terjadi bukankah nasib kita akan sama? Yang berlalu biarlah berlalu. Aku tak lagi mempermasalahkan hal itu. Istirahatlah, dan jangan sakit."

***

Brak brak ... terdengar suara riuh di dapur.

"Punya menantu udah berandalan ternyata pengangguran juga, tekor tekor!" Ibu mendumel dengan suara cukup kencang.

"Ibu, ibu ngomong apa to, Bu?" Terdengar suara bapak menyahut.

"Itu lho si Saga, kata orang-orang yang pernah lihat, dia cuma luntang-lantung di jalanan, gak ada kerjaan. Motoran, nongkrong gak jelas. Terus gimana caranya mau menghidupi Damay, kalau dia sendiri gak kerja?! Buat nghidupi diri sendiri aja gak becus! Percuma aja nikah kalau ternyata bakal sengsara!"

"Ibu jangan percaya gosip, Bu!"

"Gak percaya gimana, Pak, semua orang di desa kita itu tengah membicarakan keluarga kita! Terutama masalah Damay! Ibu malu, Pak! Malu!!"

Aku menoleh ke arah Mas Saga yang tengah memakai sepatunya. Lelaki yang dari awal memang irit bicara itu hanya diam.

Mendadak ibu keluar dengan wajah masamnya saat menatap kami berdua.

"May, kamu juga? Kenapa gak berangkat kerja?! Jangan manja kamu!! Suami kamu itu bukan milyarder yang apapun kamu minta akan dituruti. Sana kerja! Dan ibu minta uang belanja buat hari ini!"

"Tapi, Bu--"

"Biar saya nanti yang kerja, Bu. Kaki Damay masih sakit, kasihan bila dia suruh kerja."

Ibu melengos. "Mau kerja apaan kamu? Mau jadi tukang palak atau tukang parkir?"

Mas Saga bangkit tanpa menanggapi ucapan ibu.

"Baguslah, sana kerja, jangan jadi benalu!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Suharti Lubis
bagus banget ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   230 POV SAGA (Kabar Bahagia)

    Setelah itu, aku duduk sebentar di bangku, perasaanku tetap hangat dari perhatian kamu. Kamu berdiri di depanku, matamu masih penuh dengan kasih sayang. Tanpa kata, kamu ambil botol air, lalu menyodorkannya padaku. "Minum dulu, jangan sampe dehidrasi," katamu sambil ngelirikku.Aku ambil botolnya, tapi mataku gak lepas dari kamu. Rasanya, setiap detik yang berlalu penuh makna. Kamu bukan cuma buat aku merasa nyaman, tapi kamu juga selalu bikin hari-hariku lebih berwarna."Kamu nggak pernah capek ngurusin aku, ya?" Aku bertanya, meskipun aku tahu jawabannya. Kamu cuma tersenyum lebar, senyuman yang paling aku sukai."Capek? Gak ada yang lebih menyenangkan selain ngurusin kamu. Kamu bikin aku bahagia, Mas," jawabmu, suara kamu serak, tapi tetap penuh rasa sayang."Terima kasih, Sayang, udah selalu ada," aku bisikin pelan.Kamu balas dengan tatapan lembut, senyum tipis. "Aku akan selalu ada, Mas. Ayo kita saling berjanji."

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   229. POV Saga (Manisnya Es Krim)

    POV SAGA Matahari sore mulai meredup, meninggalkan semburat jingga di langit. Angin sepoi-sepoi mengayun dedaunan di taman, sementara langkah kita beriringan di sepanjang jalur setapak. Aku menggenggam tanganmu erat, sesekali melirik wajahmu yang tampak begitu ceria. "Kamu mau es krim?" tanyaku tiba-tiba. Mata kamu berbinar. "Mau!" jawabmu semangat. Aku terkekeh, lalu menarikmu menuju kios es krim di sudut taman. "Kamu mau rasa apa?" Kamu berpikir sebentar sebelum menjawab, "Coklat dan vanila aja, biar manis dan lembut seperti aku, Mas." Aku tertawa kecil dan memesankan es krim pilihanmu, sementara aku sendiri memilih rasa stroberi. Setelah menerima es krim, aku menyodorkannya padamu. "Ini buat kesayangan aku." Kamu mengambilnya dengan senyuman lebar, lalu menjilat es krim itu dengan wajah puas. "Hmm, enak banget!" Aku menatapmu sambil tersenyum. "Tapi masih ada ya

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   228. END

    Malam itu, di rumah, Saga duduk di ruang keluarga bersama Damay. Rasa cemas tentang masa depan perusahaan masih menghantuinya. Damay duduk di sampingnya, memegang tangannya, berusaha memberikan kenyamanan. "Mas, kenapa?" "Tidak apa-apa, aku hanya berpikir bagaimana dengan nasib masa depan perusahaan, terlebih Ayah sudah menyerahkan semuanya padaku." "Jangan khawatir, Mas. Mas sudah melakukan yang terbaik," kata Damay lembut. Saga hanya menghela napas. Damay menatapnya dengan penuh pengertian. "Mas, kamu sudah berusaha, dan sekarang waktunya untuk bergerak maju. Ayah sudah membantu banyak, dan kamu akan mampu mengelola perusahaan itu dengan baik." Saga tersenyum tipis, berusaha menerima kenyataan yang ada. "Aku akan berusaha lebih keras lagi, Damay. Aku tidak ingin semua pengorbanan sia-sia." Keesokan harinya, Saga kembali ke kantor dengan semangat baru, siap menghadapi tantangan

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   227. Akuisisi

    Setelah keputusan pengadilan yang menghukum Aidan, Saga dan Damay akhirnya bisa bernapas lega. Namun, kebahagiaan mereka tak bertahan lama. Saga harus menghadapi kenyataan baru yang lebih berat: perusahaannya, yang telah dibangun dengan susah payah selama bertahun-tahun, berada di ambang kebangkrutan.Perusahaan yang dulu begitu megah kini mengalami kerugian besar akibat beberapa investasi yang gagal, manipulasi laporan dari dalam ditambah dengan pengaruh dari masalah yang menimpa Aidan. Saga tidak bisa menutup mata dari kenyataan bahwa banyak keputusan buruk yang terlanjur diambil, dan kini semuanya berujung pada masalah keuangan yang tak bisa dihindari.Saga duduk termenung di ruang kerjanya, mata terpaku pada layar komputer yang menampilkan laporan keuangan perusahaan. Kerugian yang terus menggunung dan semakin parah membuat hatinya terasa berat. Segala usaha yang dilakukan untuk membalikkan keadaan seolah sia-sia. Kini, kebangkrutan di ambang pintu, dan ia tahu

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   226. Vonis Hukuman

    "Diana?" kata Saga dengan nada terkejut, mencoba menguasai emosinya.Diana berdiri di depannya, tanpa kata-kata lebih dulu. Wajahnya terlihat pucat, dan kedua tangannya gemetar saat ia meletakkan sebuah surat di atas meja Saga.“Aku tahu kamu pasti sudah tahu tentang Aidan,” kata Diana pelan, suara tergetar. “Tapi aku mohon, Saga, bebaskan dia. Aku sedang hamil anaknya. Aku tak ingin anak ini tumbuh tanpa seorang ayah.Saga terkejut, tapi ia segera menutupi rasa terkejutnya. Saga menatap Diana dengan tatapan kosong. Dia terdiam sejenak, seolah mencerna setiap kata yang keluar dari bibir Diana. Wajahnya berubah, tidak bisa menyembunyikan perasaan marah dan kecewa.“Aidan sudah membuat segalanya berantakan, Diana,” kata Saga, suaranya tegas. “Dia tak hanya menyusahkan dirimu, tapi juga aku dan keluarga kami. Kenapa kamu tidak melihat apa yang dia lakukan?”Diana menundukkan kepala, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku tahu, aku tahu dia telah m

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   225. Pulang

    "Kamu pikir kamu bisa mengancamku begitu saja dan aku akan diam? Tidak, Aidan. Kalau kau ingin menantangku, aku akan buat kamu menyesal.""Hahaha! Tapi ingatlah ini Saga, sampai kapanpun aku tidak akan menyerah!" ucap Aidan setengah berteriak.Dengan wajah yang penuh amarah, Saga berbalik dan meninggalkan ruang interogasi.Di luar ruangan, Pak Tom menunggu, melihat bosnya dengan tatapan serius."Bagaimana, Mas Bos?" tanya Pak Tom, suara penuh kekhawatiran."Aku tak percaya dia melakukan ini. Tapi aku tak akan biarkan dia merusak apa yang sudah kumiliki."Pak Tom mengangguk. "Kami akan terus mengawasi perkembangannya, Bos."Dengan tatapan tajam, Saga melangkah keluar dari kantor polisi.*** Hari itu, Damay dan Saga akhirnya mendapatkan kabar baik. Setelah menunggu dengan penuh kecemasan, dokter akhirnya datang dengan senyum yang membawa harapan."Pak Saga, Bu Damay, kami sudah memeriksa kondisi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status