SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 7.
**
"Mana May cincin kamu itu?" tanya Ibunya.
Maya kaget saat Ibunya berkata demikian. Bisa-bisanya saat suaminya sakit, Ibunya malah bertanya masalah cincin.
"Maksud Ibu?"
"Tisa cerita kalau dia ngasih kamu cincin waktu akad seadanya di kantor balai desa," kata Farida menunjuk Gala yang sedang di rawat dan infus membelenggu tangannya.
"Iya, Mas Gala memang memberikan cincin itu, Bu. Tapi, itu mahar pernikahanku. Mas Gala juga bilang kalau cincin itu warisan keluarganya jadi itu milik Ibunya yang juga dulu di berikan ayahnya Mas Gala untuk Ibunya. Warisan turun temurun, Bu," sahut Maya supaya Farida mengerti.
"Mahar kan bisa di jual, May. Lagian masa Ibu gak dapat apa-apa!" kata Farida menunjuk wajah Maya.
"Bu, tolong jangan jual. Ini amanah dari Mas Gala meskipun sudah jadi milik saya tetapi saya gak bisa jual."
"Terus kamu tinggal di sini gratis. Kamu pikir biaya membesarkan kamu berapa, ha! Ibu gak bisa May kalau gak dapat sepeserpun. Kamu pikir gak pake uang gitu besarin kamu. Ibu udah rawat kamu minimal waktu kamu nikah, suami kamu kasih uang. Itu yang Ibu harapkan!" ucap Farida marah. Suaranya keras.
Tisa dan Bapak mendengar, adik bungsunya juga tetapi Leo memilih menutup pintu, malas ikut campur.
"Bu, ada apa ini? Itu mantumu lagi di rawat. Dia sakit. Udahlah, Bu. Biarkan Maya istirahat juga."
"Tapi, Pak ...."
"Sudah. Aku juga cepek lihat kamu ngereog gak jelas minta uang pernikahan. Ikhlas Bu ... ikhlas." Bapak memeringatkan Farida.
"Gimana aku bisa ikhlas, Pak. Wong gak dapat apapun."
"Sudah ini sudah malam. Lebih baik kita tidur saja. Biarkan mereka istirahat." kata Bapak.
Farida mendumel. Dia menatap Maya garang dan mau tak mau keluar juga dari kamar putrinya.
Sementara Maya makan di dalam kamar dalam keadaan menangis. Sudah jatuh tertimpa tangga. Dia tahu kalau ini memang salahnya.
Warga menghakimi seenaknya membuat dia harus menikah. Menikah dengan orang yang tak di kenalnya. Hanya hati kecil Maya saja yang yakin kalau Gala itu orang baik. Berharap perasaanya benar.
Kenapa nasib tak berpihak padanya. Maya pernah jatuh cinta pada seorang pemuda bernama Yuda. Entah bagaimana satu kampung bisa tau kalau dia suka ke Yuda. Mungkin ada yang sebar gosip jadi para tetangga tahu.
Ibunya Yuda marah ke Maya dan menganggap Maya tak pantas untuk anaknya. Maya merasa terhina di ma-ki Ibunya Yuda. Tak berselang lama Farida dan Ibunya Yuda bertengkar karena kesalahpahaman. Sekarang Maya bahkan tak berani untuk menaruh hati ke lelaki manapun. Makanya saat warga menghakimi dan menyuruhnya menikah, dia terima saja tanpa perlawanan.
Sungguh derita Maya, hidup dalam Kungkungan orang tua NPD, di tambah lingkungan yang mengejeknya karena ekonomi. Itulah alasan Maya kuliah untuk mengangkat derajat keluarga supaya tak di remehkan orang lain juga di remehkan keluarga sendiri.
Selesai Makan, Maya menjalankan empat rakaat sembari berdoa untuk yang terbaik dalam hidupnya. Walau bagaimanapun dia harus menjalaninya. Walau dia marah dan kesal dengan Ibunya. Maya selalu mencoba memaafkannya.
Maya pun tertidur beralaskan tikar, ranjangnya sudah terisi Gala dan memang hanya untuk satu orang. Dalam lelap tidurnya, Maya sayup mendengar suara rintihan.
Wanita itu mengucek mata dan bangun. Maya menggeliat sejenak. Dia menatap Gala yang berusaha bangun dari posisi tidurnya. Maya segera membantu Gala. Dengan lemah lembut Maya membantu agar posisi duduk Gala nyaman. Maya juga refleks memegang dahinya untuk merasakan apakah masih demam atau tidak.
"Saya haus," ucap Gala.
Maya segera membuka termos kecil dan menuangkan air panas serta mencampurnya, dia pun memberikannya ke Gala.
Gala meminum perlahan dengan sedotan. Setelah minum Maya membantu meletakkan kembali di nakas.
"Mas, kamu belum makan. Saya panaskan bubur ya," kata Maya.
Maya bergegas ke dapur. Gala belum sempat menghentikannya Maya sudah pergi. Tapi, dia memang lapar, di tambah sekujur tubuhnya sakit.
Maya datang membawa bubur dan menyuapi sang suami penuh kelembutan. Gala merasakan kebahagiaan saat Maya perhatian padanya.
Diliriknya Maya, seorang gadis dengan kulit sawo matang, baik penyayang dan sabar. Dia sangat cantik, meskipun banyak yang bilang dia jelek termasuk Ibunya sendiri. Tapi, Gala bisa lihat kalau istrinya itu sangat cantik.
Jika di rawat dengan kasih sayang Maya akan jauh lebih cantik dari perempuan manapun. Gala merasa seakan menemukan berlian yang tak di dapatkannya di tempat lain.
"Terima kasih, Maya," kata Gala memanggil nama istrinya untuk pertama kali. Maya menggangguk.
"Iya, Mas, bagaimana kondisi kamu?" kata Maya. Gala merasa di hormati saat Maya berkata demikian.
"Sudah lebih baik. Maaf merepotkan mu."
"Gak lah. Kamu sekarang sudah menjadi suamiku. Susah senang kita hadapi bersama jika kamu tak keberatan," kata Maya.
"Jadi kamu mau menerima ku apa adanya?"
Maya menganggukkan kepalanya sambil menundukkan pandangan. Hatinya bergetar, meskipun tak terlalu mengenal, Maya yakin Gala lelaki yang baik, sebab hanya Gala yang bisa menerima Maya apa adanya disaat semua orang menolaknya.
"Maafkan juga perlakukan Ibuku dan keluargaku," kata Maya pelan.
Gala mengambil tangan Maya. Entah kenapa dia merasa kasihan ke wanita yang baru saja menjadi istrinya.
"Jangan bersedih. Semua akan baik-baik saja. Aku akan berikan uang ke Ibumu seperti yang dia mau. Dia tak akan kasar lagi padamu. Hanya uang kan yang dia mau."
Gala lebih bersahabat dengan menggunakan kata aku ke Mayra dan Maya segera melihat wajah Gala saat pria itu mengatakan hal tersebut. Memberikan Ibu uang?
"Memberikan uang ke Ibu? Apakah Mas Gala ada uang?"
"Yah, aku akan mengusahakannya. Kamu jangan khawatir. Uang halal kok."
Gala tersenyum ke Maya. Maya speechless dan tersenyum kecil juga. Jika di perhatikan suaminya ini sebenarnya tampan. Dia hanya bersembunyi di balik tampilan urakan, dengan tindik magnet di telinga serta jambang dan kumis yang dibiarkan tumbuh subur di wajahnya.
"Sebelumnya Aku mau tanya ke Maya," kata Gala.
"Tanya apa, Mas?"
"Siapa Yuda, May?" tanya Gala begitu saja.
Maya meringis bingung mau menjawab.
**
Lelaki itupun pergi dari Gala. Setelah lelaki tadi pergi. Gala memperhatikan bukti yang di bawanya. Mata Gala melebar melihat ada photo yang dikenalnya. Ternyata benar, dia biang kerok semua ini. Gala juga melihat ada lelaki yang familiar di kenalnya. Di lihat lebih teliti lagi ternyata dia Doni, pacarnya Tisa yang di banggakan mertuanya juga terlibat dalam proyek ini. Mereka semua satu komplotan. Gala akan susun rencana lebih matang.Gala pergi dari pasar malam itu. Dia naik ke salah satu mobil. Di dalam mobil sudah ada Bastian. Gala berbicara padanya."Pak, bagaimana kabar anda? Anda banyak sekali berubah," katanya."Yah, keadaan yang mengubahku. Aku harus cari tahu lebih lanjut siapa dalang yang membuat Pabrik dan usaha turun temurun keluargaku nyaris bangkrut. Bagaimana denganmu?" tanya Gala dengan sorot matanya yang tajam."Saya sudah menjalankan semua yang Bapak perintahkan. Sepertinya memang mengarah ke orang yang Bapak curigai. Dialah dalangnya yang membuat masalah. Saya berha
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 21**Setelah berpamitan pada Maya malam itu, Gala melangkah keluar menuju motornya. Mesin dinyalakan dengan satu tarikan keras, dan dalam beberapa menit, Gala sudah melaju menuju markasnya, yang terletak di pinggir kota.Ketika Gala tiba, suasana di markasnya terasa mencekam. Beberapa anak buahnya tampak sibuk merawat luka akibat bentrokan dengan Genk Kelewang. Di tengah ruangan, seorang pemuda dari Genk Kelewang terlihat duduk di lantai, kedua tangannya terikat ke belakang dengan tali, wajahnya babak belur.Gala mendekat dengan langkah tenang namun penuh ancaman. "Siapa namamu?" tanyanya, suaranya rendah namun tegas.Pemuda itu menatap Gala dengan tatapan kosong, tak mengucapkan sepatah kata pun. Darah segar masih mengalir dari sudut bibirnya.Gala jongkok di depannya, menatapnya tajam. "Kenapa kalian menyerang kami? Apa yang kalian cari? Bukankah sudah ada tempat masing-masing. Jangan saling serang, Bodoh!"Lagi-lagi, tak ada jawaban. An
“Saya ucapkan terima kasih atas bantuannya tadi, tapi jangan berpikir bahwa hal ini mengubah apapun,” kata Bu Retno dengan dingin. "Kamu tetap tidak cocok untuk Yuda. Dia akan segera menikah dengan wanita pilihanku, seorang PNS juga. Kamu tidak punya tempat di hidupnya."Maya terdiam, hatinya seolah dicubit oleh kata-kata itu. Meski ia sudah menduganya, mendengar langsung dari mulut Bu Retno membuat semuanya terasa lebih nyata. Bagaimanapun, ia tidak bisa memaksakan perasaannya pada Yuda, apalagi jika keluarga Yuda menolaknya begitu keras.Kenapa ada manusia sampai bisa begitu meremehkan orang lain. Maya bersyukur di situasi ini dia sudah punya suami."Saya mengerti, Bu, Ibu tahu kalau saya juga sudah menikah," jawab Maya pelan. Tak ada gunanya membela diri atau memperpanjang perdebatan. Semua sudah jelas. Yuda akan segera menikah, dan bukan dengan dirinya. Kehidupan kini sudah berbeda. Maya juga sudah ikhlas dia tak bisa bersama Yuda. Tapi, kenapa hubungan ini malah di perburuk."Oh
SUAMIKU YANG DIHIN4 BUKAN PR3MAN SEMB4RANGAN 20.Maya meraih dompet itu dengan tangan gemetar. Sejenak, ia terpaku melihat dompet yang tadinya ada di tangan copet kini berada di genggamannya. Suara riuh kejar-kejaran di belakangnya semakin menjauh ketika si copet lari kencang dikejar warga. Maya menarik napas lega. Setidaknya, ia berhasil mendapatkan dompet itu kembali.Ia segera berbalik dan mencari pemilik dompet tersebut. Di keramaian pasar yang sibuk, mata Maya tertumbuk pada seorang wanita paruh baya yang tampak gelisah. Wanita itu tampak cemas, sesekali meraba-raba tas di pinggangnya, seolah memastikan sesuatu. Maya mendekat dengan langkah cepat, hati-hati agar tidak terjatuh di jalanan berbatu.“Bu, ini dompetnya, kan?” Maya menyodorkan dompet itu kepada wanita tersebut.Wanita itu mengangkat wajah, matanya membulat terkejut saat melihat Maya. Maya pun merasakan hal yang sama. Wajah itu terlalu familiar untuk diabaikan. Wajah yang pernah ia lihat dalam beberapa kesempatan di ru
"Iya," jawab Maya. "May, kalau ada uang kamu jangan terlalu boros ingat Gala harus membayar dua ratus juta lagi ke ibu. Ya udah kalau kalian memang mau beli kasur baru juga nggak masalah. Tapi ingat juga kalian punya hutang ke ibu!" kata Farida. Maya terdiam saat Ibunya berkata begitu. Apa jadinya jika Ibunya tau kalau dia ada uang banyak yang diberikan Gala kemarin. Apa Ibunya akan mengambil semuanya. Gala berpesan tak perlu mereka tahu masalah uang yang di berikannya ke Maya. "Iya, Bu. Doakan ya Mas Gala bisa segera mendapatkan uang untuk memberikan Ibu 200 juta lagi," kata Maya. Farida hanya mencibir saja dan Tisa sedikit kesal. Dia juga di tuntut Ibu untuk memberikan uang seratus juta untuk lamaran. Tisa bingung bagaimana meminta ke Doni uang banyak begitu. "Mbak, makasih ya. Bang Gala dan kamu udah belanjain aku. Sayang sama kamu," kata Leo senang. Dia bisa mendapatkan peralatan sekolah dan semua serba baru. Maya hanya mengangguk saja dan membuat Tisa semakin kesal saja pad
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 19.**Gala sedikit kesal ketika ada panggilan dari Bojes. Ada apa anak buahnya menghubunginya? Mungkin ada sesuatu hal yang penting. Kalau tidak, tidak mungkin Bojes menghubunginya malam-malam."Dek May. Saya angkat dulu telepon ya," kata Gala."Iya, Mas," ucap Maya.Gala pun menekan tombol hijau dan terhubunglah dengan anak buahnya. Kira-kira informasi apa yang akan diberikannya ke Gala."Halo," kata Gala setelah tersambung."Bang, halo Bang ... gawat, gawat, Bang," katanya."Kenapa? Gawat kenapa?" tanya Gala."Ada kerusuhan di pasar, Bang. Geng Kelewang nyerang, Bang!" kata Bojes."Apa ... kok bisa kalian gak jaga keamanan. Dia nyerang gimana?!" tanya Gala sedikit marah.Maya terheran ketika ekspresi suaminya seperti itu. Mungkin sedang ada masalah."Jaga, Bang. Elu ke sini dah bang. Kami juga udah habis-habisan buat perhitungan!" katanya."Ya udah gue datang.""Salah satu anak buahnya kita Sandra juga, Bang," kata Bojes."Elu hajar dia?
"Sudah ku bilang. Jangan mabok! Jangan pake barang haram. Lihat si emprit gara-gara mabok dan pake n4rkoba, dia di tangkap Polisi. Kita gak perlu membawa itu di sini!" kata Maulana marah ke anggotanya. Ternyata dia adalah bos mereka. Mereka semua patuh pada Maulana. Gala hanya menceritakan masalahnya ke Maulana saja. Dan Maulana memperkenalkan Gala sebagai teman dan saudaranya ke para anak buahnya. Gala bergaul dengan mereka untuk misi tertentu. Maulana tahu, dia mau membantu. Penampilan Gala pun mulai berubah sama seperti mereka. Dia juga ikut aktif dalam kegiatan swiping dan keamanan. Anggota mereka banyak juga yang jadi tukang parkir, menjaga keamanan warga di pasar. Ternyata pasar juga ada kelompoknya. Ada Kelompok Maulana dan kelompok musuhnya. Maulana tak mentarif uang ke pedagang. Mereka memberikan seikhlasnya. Maulana juga ramah ke mereka. Mereka biasanya sewa tempat juga seadanya. Beberapa ruko besar di pasar juga harus kelompok Maulana jaga dari gangguan, contohnya kebaka
SUAMIKU YANG DIHIN4 BUKAN PR3MAN SEMB4RANGAN 18.**"Mas, apa yang membuat resah hatimu. Kamu bisa berbagi denganku," kata Maya.Gala terlihat gusar. Mimpi itu sama seperti yang dia alami. Di pandangnya lagi Maya yang sibuk mengambilkan air minum untuknya. Air di nakas yang tertutup di berikan ke Gala. "Minum dulu, Mas," kata Gala. Gala mengambilnya dan meminumnya. Dia merasa lebih tenang setelah melihat Maya. Entah kenapa sikap lembut Maya membuat Gala begitu bahagia. Dia merasa di perlakukan dengan baik dan sepenuh hati. Jika dengan penampilan urakan, gak punya uang, Maya bisa sangat menghormatinya. Gala sangat bahagia berada di dekatnya. "Terima kasih ya, Dek May." Gala menghela napas panjang. Dia menatap wajah Maya lagi. Kasihan juga membangunkan istrinya. "May, Mas punya masa lalu yang cukup kelam. Tak bisa Mas lupakan. Sakit rasanya." Gala terlihat sedih mengatakan itu. Hatinya sakit mengingat hal itu. "Mas, jika aku bisa jadi pendengar mu. Aku akan mendengarkan. Mulutku
"Kamu tau nggak tadi keluarganya Gala datang kemari. Ibu pikir cuma datang-datang begitu aja. Nggak bawa apa-apa. Ternyata dia bawa uang 100 juta untuk memperistri Maya seutuhnya. Ya mana Ibu mau!" kata Farida."Maksudnya, Bu? Ibu nolak uang 100 juta yang diberikan keluarga Bang Gala?" tanya Tisa."Ya enggaklah. Cuman Ibu minta lagi kekurangannya 200 juta, mungkin Ibu bersedia cuma di kasih 100 juta. Ibu udah malu, jadi mereka harus bayar rasa malu Ibu!"Tisa menelan ludah mendengar Ibunya berkata begitu."Dari mana Bang Gala dapat uang, Bu?" tanyanya lagi."Dari jual kebonnya di kampung yang Ibu tau," kata Ibunya.Beberapa saat mereka terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing. Tisa sedikit ragu apakah memberi mahar 40 juta ibunya akan terima ataukah meminta lebih. Jujur saja kalau meminta lebih mereka nggak punya uang."Doni, kamu harus berusaha keras ya memberikan yang terbaik untuk Tisa. Kamu tahu kan maksud ibu," kata Farida tersenyum dan masuk saja ke dalam rumah.Sebentar la