Share

SANG PENOLONG

Author: Alya Snitzky
last update Last Updated: 2025-02-11 12:11:53

"Eh, tidak usah! Terima kasih!" tolak Celine dengan gugup.

Pria itu rambutnya sudah setengah botak dan berperut buncit. Bahkan kemejanya terlihat sesak di perutnya. Terbukti dari kancing kemejanya yang sudah nyaris terlepas tak kuat menahan perut pria buncit itu. Dari wajahnya sudah menunjukkan kira-kira pria itu sudah berusia hampir mendekati akhir empat puluhan. Celine merasa jijik dan takut sekaligus, namun pria itu tidak menerima penolakan Celine sama sekali.

"Ayolah, Manis. Aku akan mentraktir minum. Kita bisa mengobrol dan kemudian bisa melanjutkan ke hal-hal yang lebih menggoda," pria buncit itu memaksa bahkan ia dengan berani mulai memegang paha Celine membuat Celine sontak langsung mendorong tubuhnya ke belakang berusaha menjauhi pria menjijikkan itu.

"Jauhkan tangan kotormu itu dari kakinya!" 

Celine menoleh ke asal pemilik suara yang menawarkannya untuk membelikan minuman.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara dari arah belakang mereka. Baik Celine maupun pria buncit itu menoleh. Celine menganga saking terkejutnya. Pria itu adalah pria tampan yang tadi duduk di sebelahnya di dalam pesawat.

"Memangnya kau siapanya?" tanya pria buncit itu dengan suara keras mulai menarik perhatian banyak pengunjung lainnya.

"Aku kekasihnya! Jadi jika kau tidak mau jari-jarimu patah, sebaiknya kau jauhkan dirimu dari kekasihku!" jawab pria itu mantap.

Jawaban itu membuat Celine terpana sekaligus bingung. Namun sesaat kemudian ia sadar bahwa pria itu berkata seperti itu pasti hanya karena untuk menolongnya. 

Pria buncit itupun memutuskan untuk mundur perlahan setelah melihat tatapan dingin dari pria yang memiliki mata unik tersebut. Melihat betapa tegap dan kekar tubuh lawannya, pria buncit itu yakin bahwa ia akan dengan mudah dibuat menjadi samsak tinju.

"Terima kasih!" ucap Celine tulus segera setelah pria buncit itu pergi.

Pria itu tidak memperdulikan ataupun merespon Celine. Ia duduk di samping Celine dan memesan courvoisier cognac untuk dirinya sendiri dan minum dalam diam. Celine jadi merasa jengah. Jadi Celine memutuskan untuk ikut memesan vodka. 

Celine sadar bahwa memesan vodka sama saja artinya dengan bunuh diri. Ia pasti akan mabuk dan bertingkah tak karuan. Tapi Celine sedang patah hati dan merasa hidupnya kacau. Apalagi ia tadi hampir mati pula. Jadi setidaknya sekali dalam seumur hidupnya, Celine memutuskan bahwa tidak apa melanggar prinsip hidupnya.

Diperhatikannya bahwa bar tersebut ternyata tidak seperti bayangannya selama ini yang ia tonton di film-film. Gelap dan kotor. Celine memang belum pernah masuk ke bar manapun karena ia memiliki alasan tersendiri untuk itu. Tapi bar yang ini terlihat cukup bersih dan bahkan di dekorasi dengan baik dan berkelas. Cukup padat juga pengunjung meski hari sudah malam. Musik menghentak cukup kencang.

Pria di sebelahnya itu sudah berganti pakaian rupanya. Kini ia mengenakan polo shirt berwarna biru laut dan celana denim abu serta masih mengenakan sepatu booth yang sama seperti yang dikenakan di pesawat tadi. Gaya pakaiannya kali ini justru semakin memperkuat ketampanannya. 

'Dia lebih tampan dari Jason!' Celine mengakui dalam hati.

Tak lama menunggu, Cocktail Vodka yang masih bercampur dengan sari buah peach pesanannya dihidangkan oleh bartender di depannya. Minuman itu berwarna merah muda yang menarik dan disajikan dalam gelas highball. Terlihat sangat segar dan enak. Tanpa pikir panjang lagi, Celine langsung menenggak minuman itu dan hampir memuntahkannya lagi.

Rasanya sedikit pedas namun ada sedikit sensasi manis dari buah peach dan setelahnya terasa tawar. Celine harus membiasakan diri setelah tegukan pertama. Setelah yakin bahwa ia masih sanggup, ia mulai menenggaknya lagi sedikit demi sedikit. 

Lama kelamaan tubuhnya mulai terasa rileks dan hangat. Dan ia menjadi lebih santai. Minuman itu telah memberikan efek ketenangan padanya dan ia mulai menertawakan hidupnya yang kacau. Tawanya semakin lama semakin kencang sehingga membuat pria yang duduk di sebelahnya dan beberapa orang lainnya ikut menoleh.

"Kenapa kau tertawa sendiri seperti orang yang sudah tidak waras?" tanya pria di sebelahnya sambil menaikkan sebelah alisnya yang tebal.

"Tidak apa-apa," jawab Celine masih sambil terkikik geli. Bagi sebagian orang cocktail merupakan minuman yang ringan. Tapi bagi Celine minuman itu sangat keras sehingga langsung membuatnya melayang dan meracau. Padahal belum ada setengah gelas yang diminumnya.

"Aku hanya merasa hidup ini begitu lucu. Ketika kau sedang berusaha untuk menata masa depanmu dengan baik tetapi akhirnya yang terjadi malah sebaliknya! Segala sesuatu yang kukira akan lancar ternyata harus berakhir tragis," Celine terceguk sekali.

Pria itu tidak menjawab, tapi jelas bahwa ia tertarik mendengarkan cerita Celine. Di pesawat tadi meski keadaannya cukup kacau, tapi ia masih bisa mendengar apa yang dikatakan wanita itu. Jadi ia menolehkan kepalanya ke arah Celine sambil menyesap minumannya dengan santai dan menyimak setiap patah kata kalimat yang diucapkan oleh Celine.

"Kau tahu? Aku berusaha mati-matian agar bisa dipromosikan menjadi marketing manager di perusahaan tempat aku bekerja. Tapi aku yakin sekarang aku pasti gagal karena aku telah menampar calon customer gara-gara ia mencoba untuk menyentuh dadaku."

"Maksudku, wanita mana yang akan diam saja diperlakukan dengan kurang ajar seperti itu?"

"Kekesalanku belum hilang ketika atasanku menelepon aku dan mengatakan bahwa aku gila dan telah berbuat kesalahan dan membuat perusahaan merugi satu juta dollar!" Celine kembali meneguk cocktailnya dan cekikikan lagi.

Pria yang duduk disampingnya duduk diam sambil mendengarkan dengan tertarik.

"Dan seolah itu semua belum cukup. Aku hampir bertemu dengan sang pencipta di pesawat itu. Aku yang takut terbang, syok dan hanya ingin pulang ke dalam pacarku mencari keamanan dan kenyamanan. Tapi malah menemukan dia sedang bercinta dengan wanita lain di rumahnya," Celine terceguk lagi.

"Bayangkan!" Celine meraih kerah kaos pria itu dan mendekatkan wajahnya ke wajah pria asing itu dan menatapnya dengan tatapan tidak fokus.

"Ia sudah berselingkuh dibelakangku dengan wanita jalang itu selama lima bulan dan aku tidak tahu sama sekali! Hah! Dan selama ini  aku berusaha untuk menjaga kesucianku demi dirinya. Tapi ia malah mengkhianati aku!" pandangan mata Celine semakin tidak fokus. Kepalanya terasa semakin pusing.

Pria asing disamping Celine menaikkan kedua alisnya, terkejut, ketika mendengar bahwa Celine masih perawan. Tadi sepertinya ia memang sudah mendengarnya ketika di pesawat. Tapi ia mengira itu hanya racauan biasa karena Celine sedang panik. Tapi akhirnya ia memutuskan untuk tetap tidak mengatakan apapun. Ia hanya diam dan mendengarkan Celine berbicara membiarkan Celine mencengkram kerah kaosnya.

"Dan semua masalah itu mendatangiku hanya dalam waktu satu hari!" tawa Celine kini berubah menjadi histeris dan ia separuh menangis. Membuat para pengunjung lain kembali menoleh dan memperhatikannya.

Celine melepaskan cengkramannya pada kaos polo pria itu, merapikan kerahnya dan tiba-tiba berdiri sambil menenggak habis cocktail vodkanya kemudian ia berteriak.

"Hei, kalian semua yang ada di sini! Apakah kalian ingin bersenang-senang dan melihatku menari strip …."

Pria yang duduk di samping Celine itu langsung berdiri dan menutup mulut Celine dengan telapak tangannya yang besar sambil memeluk pinggang Celine yang ramping untuk menahan wanita itu agar tidak terjatuh.

"Oke, young lady! Kau sudah terlalu mabuk! Jangan permalukan dirimu sendiri di sini. Akan ada banyak orang yang menyaksikan jika kau menjalankan aksimu! Dan percayalah, kau akan menyesalinya saat kau sudah sadar nanti!" Pria itu dengan tegas langsung membimbing Celine kembali ke tempat duduknya. Tapi Celine yang saat itu sudah dalam kuasa penuh alkohol malah memberontak. 

"Lepaskan aku! Siapa kau berani mengatur-ngatur hidupku? Hari ini aku akan bertindak semauku!" Kemudian Celine tiba-tiba muntah dan membasahi kaos pria itu, sampai mengenai lantai. Pria asing itu memandangi kaos polonya yang terkena muntahan Celine.

"Hei, Bro! Kurasa lebih baik kau mengantar kekasihmu itu pulang. Kelihatannya dia sudah mabuk berat," ucap seorang bartender yang sedari tadi melayani mereka.

Pria asing itu menoleh ke arah si bartender yang kembali menunjuk ke arah Celine yang ternyata sudah sukses tak sadarkan diri dalam pelukan pria tak dikenalnya itu.

Pria itu menghela nafas kemudian dengan sebelah tangannya ia merogoh sakunya dan memberikan sejumlah uang kepada bartender tersebut.

"Bantu aku untuk memesan taksi! Dan simpan saja kembaliannya," pinta pria itu kepada bartender.

Bartender itu menerima uang tersebut dengan senang hati. Selain cukup untuk membayar tagihan kedua orang itu, sisa kembaliannya masih terhitung sangat banyak. Ia sama sekali tidak berkeberatan untuk membantu memanggilkan taksi. Bahkan pada akhirnya ia juga membantu membawakan koper milik Celine sampai ke dalam taksi.

Pria asing itu menggendong Celine dengan gaya bride style. Celine yang sudah terlalu mabuk sama sekali tidak sadar dirinya sedang berada dalam gendongan seorang pria.

"Bro, aku rasa pacarmu itu perlu banyak belajar minum. Dia hanya minum satu gelas cocktail saja tapi sudah teler sedemikian rupa," bartender itu memberikan nasihat kemudian ia meninggalkan mereka berdua dengan supir taksi.

"Grand Central Hotel, tolong!" ucap pria asing itu kepada supir taksi. Supir taksi tua itu mengangguk dan langsung menjalankan taksi menuju ke tempat tujuan. Tak membutuhkan waktu lama, mereka segera sampai di hotel dimana pria asing itu menginap. Dengan dibantu oleh supir taksi pria itu turun sambil kembali menggendong Celine yang masih tertidur pulas dan terkadang masih sedikit meracau tak jelas.

Sesungguhnya ia ragu membawa wanita itu ke hotel tempatnya menginap. Tapi ia tidak tahu sama sekali dimana wanita itu tinggal. Rasanya kurang sopan jika ia membuka tas tangannya dan memeriksa isi dompet serta ponsel wanita itu untuk mencari tahu dimana dia tinggal.

Satu-satunya pilihan yang masuk akal adalah membawa wanita itu ke kamar hotelnya dan membiarkan wanita itu tidur di sana sampai ia sadar. Jadi itulah yang dilakukan oleh pria itu sekarang. Seorang petugas hotel melihatnya masuk ke dalam sambil menggendong Celine, dengan pandangan bertanya-tanya.

"Kekasihku terlalu mabuk untuk berjalan. Bantu aku untuk memencet tombol lift!" pinta pria itu sambil menggeram sedikit. Celine tidak berat. Tapi Celine tidak berhenti bergerak dan kadang ia cekikikan dalam tidurnya.

"Baik Tuan Steven!" 

Pelayan hotel itu dengan sigap langsung melangkah menuju ke lift hotel dan menekan tombol naik ke atas untuk membantu pria yang ternyata bernama Steven tersebut.

Lift dengan cepat membawa  Steven dan Celine ke lantai paling atas. Sementara pelayan hotel ikut menemani mereka sambil membawa koper Celine dan membantu Steven untuk membuka kunci pintu kamar hotel dan mempersilahkan keduanya untuk masuk.

Steven meletakkan Celine dengan perlahan di atas tempat tidurnya dan wanita itu langsung bergelung dengan nyaman di atas tempat tidur. Terlelap. Steven memberikan tips yang cukup besar untuk pelayan yang telah membantunya dan menutup pintu kamar. 

Bau tak sedap tercium dari pakaiannya dan membuatnya ingin segera mandi. Dengan cepat Steven membuka pakaiannya dan melangkah ke bawah pancuran air hangat. Ia membersihkan diri dengan teliti agar bau tak sedap itu menghilang. Selesai mandi, ia keluar hanya dengan berbalutkan handuk di pinggangnya dan bermaksud untuk mengambil pakaian.

Tapi sewaktu sedang mengambil pakaian, ia kembali mendengar suara Celine. Kali ini suara terisak. Steven menoleh dan melihat bahwa kedua mata Celine masih terpejam rapat tapi sudut matanya mengeluarkan cairan sebening kristal. Celine menangis.

"Kenapa kau begitu kejam padaku? Aku mempercayaimu, Jason! Tapi kau malah mengkhianati aku dengan perempuan lain!" Tak sadar Celine kembali meracau sambil menangis.

"Hatiku sakit sekali. Aku pikir kau adalah satu-satunya orang yang bisa kujadikan sandaran setelah kedua orang tuaku tiada. Tapi ternyata aku salah!"

Steven yang mendengarkan ocehan Celine merasa heran. Perlahan ia melangkah ke arah tempat tidur, tak jadi mengambil pakaian. Ia penasaran dengan wanita itu.

Celine tertidur seperti anak kecil. Tubuh rampingnya yang tinggi semampai meringkuk seperti bola. Selimutnya telah tersingkap. Steven membungkuk dan memandangi wajah Celine dengan seksama. 

Wanita ini cantik alami. Rambutnya yang panjang dan sewarna madu tampak halus berkilau, membingkai wajahnya yang berbentuk hati. Hidungnya mancung dan bibirnya penuh berwarna merah muda menggoda. Kulitnya putih mulus seperti kulit bayi. Bahkan bulu matanya juga terlihat menarik meski wanita itu sama sekali tidak mengenakan make up di wajahnya.

Tiba-tiba Celine membuka kedua matanya membuat Steven terkejut dan langsung berdiri tegak.

"Jason, kaukah itu?" tanya Celine jelas sekali ia sudah bangun tapi masih belum sadar. Kepalanya masih pusing dan ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang sedang berdiri di hadapannya.

"Jason, kalau aku mau menyerahkan keperawananku untukmu sekarang, apakah kau mau kembali padaku?" tanya Celine dengan putus asa.

"Aku bukan Jason. Kau sedang mabuk. Tidurlah lagi sampai mabukmu hilang," ucap Steven lembut.

"Tunggu! Kalau kau bukan Jason, lalu kau siapa? Dimana aku sekarang? Bukankah aku sedang berada di rumah Jason?" 

Jelas sekali Celine sama sekali tidak sadar ia berada dimana dan dengan siapa. Ia pikir ia sedang berada di rumah kekasihnya.

"Kau mabuk dan aku tidak tahu kau tinggal dimana. Jadi terpaksa aku membawamu ke hotel tempat aku menginap. Sekarang kembalilah tidur!" Steven bermaksud untuk menyelimuti Celine dan menyuruhnya untuk kembali tidur.

Tapi Celine yang masih bingung malah menarik handuk yang melilit pinggang Steven. Spontan Steven langsung memegangi handuknya agar tidak copot. Ia tidak mengenakan apapun dibalik handuk itu.

"Jadi aku tidak mengenalmu? Menarik juga. Sepertinya sesekali aku perlu keluar dari garis batas yang telah kubuat. Aku ingin membalas perbuatan Jason terhadapku. Jika ia bisa berselingkuh dan mendapatkan wanita lain, maka aku juga pasti bisa!"

"Hei, kau! Kau ini pria kan? Apakah kau mau tidur denganku?" tanya Celine dengan nada kacau.

'Astaga! Bahkan wanita ini tidak tahu apakah aku ini seorang pria atau bukan. Alkohol pasti telah merusak otak dan matanya sedemikian parah.' Steven menggeleng tak percaya.

"Tolong lepaskan handukku!" pinta Steven berusaha untuk bersikap sesopan mungkin terhadap Celine.

"Oke!" jawab Celine menurut. Tapi detik berikutnya ia benar-benar melepaskan handuk yang melilit pinggang Steven sehingga pria itu kini tampil polos tanpa secarik kain pun yang menutupi tubuhnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   SAMPAI AKHIR YANG BAHAGIA

    "Nona apakah sudah siap?" ucap Nadia yang begitu terlihat takjub sekali dengan penampilan dari Sinta.Malam ini adalah malam resepsi pernikahan Sinta, gaun yang begitu mewah melekat sempurna di tubuhnya. Benar-benar selera orang kaya itu beda."Cantik sekali,"ucap Nadia sambil mengedipkan mata ke arah Sinta.Sinta terkekeh geli, ia sudah selesai di rias, hanya riasan sederhana saja, ia tak ingin terlalu berlebihan. Toh yang natural natural seperti ini saja sudah bisa membuat ia terlihat cantik."Kamu juga cantik kok," Puji Sinta pada Nadia."Tidak nyangka ya, nona, setelah perjalanan cukup panjang akhirnya Tuhan menghadirkan sebuah kebahagiaan."Sinta menganggukkan kepalanya membenarkan apa yang dikatakan oleh Nadia itu, setelah banyak sekali ujian yang ia dapatkan selama ini, ternyata Tuhan begitu baik memberikan kebahagiaan lengkap dengan yang ia dapatkan saat ini."Benar adanya, setelah hujan pasti akan ada pelangi yang muncul." jawab Sinta, ia mengambil alih Arka yang ada dalam g

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   DENDAM

    Ethan berlalu untuk menghampiri Sinta yang berada di depan pintu, "baiklah kalau seperti itu, perkenalkan saya adalah calon suami Sinta. kami akan menikah sebentar lagi," ucap Ethan dengan begitu bangga sekali mengenalkan sosok wanita bermata sembab akibat menangis tersebut.Carlota menggelengkan kepalanya, tak mengerti dengan apa yang dihadirkan oleh kenyataan saat ini. apakah ia salah atau memang saat ini ia sedang bermimpi?"Bawa dia Pak!" titah Devan yang langsung dianggukan oleh dua orang polisi tersebut, mereka memasangkan borgol ke tangan Sinta dan juga Carlota."Apa-apaan ini, lepaskan saya! saya tidak bersalah." ucap Carlota."Iya saya juga tidak bersalah Pak, mengapa saya diperlakukan seperti ini? lepaskan saya sekarang juga! Apakah kamu tidak tahu siapa kita? kami bisa saja menuntut kalian semua atas pencemaran nama baik." timpal Karla.Bagaskara terkekeh mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Karla itu,"Apakah aku perlu memutar kembali rekaman kejujuranmu tentang Racun ya

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   PEMBALASAN

    "Jadi bagaimana, Apakah kamu sudah berhasil untuk masuk ke rumah itu dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada Papaku?" tanya Sinta, kali ini mereka sedang melakukan pemilihan dekorasi untuk pernikahan mereka, sekalian setelah habis dari sini mereka akan mencicipi beberapa tester dari makanan yang mereka pilih untuk acara pernikahan mereka, yang tinggal satu bulan lagi."Aku sudah mencoba untuk masuk ke rumah itu, Namun ternyata sulit karena saat ini ada sedikit kendala yang membuat mereka tidak menerima orang baru lagi. semuanya dikerjakan secara sendiri-sendiri saja," ucap Ethan yang membuat raut wajah Sinta berubah menjadi murung, ia sungguh ingin tahu tentang perkembangan ayahnya saat ini.Melihat itu, Ethan menggenggam erat tangan sang kekasih, "tapi Devan sudah mengirim seseorang untuk mendekati anaknya Karla,"Sinta menaikkan alisnya, "Maksudnya seperti apa ini?" tanya Sinta."Iya, Devan telah membantuku untuk memecahkan masalah ini, ia mengirim seseorang untuk menca

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   VIRUS CINTA

    Carlota menatap laki-laki yang saat ini sudah terbaring di atas tempat tidur, dulu Ia begitu gagah sekali membuat dirinya begitu terpesona hingga tidak memiliki cara lain selain menjatuhkan harga dirinya, sejatuh-jatuhnya agar bisa memiliki laki-laki tersebut. dan Dia adalah Rendra, ayah dari Sinta yang kini sudah lumpuh.Bagaimana dengan laki-laki ini bisa menjadi lumpuh, tidak banyak yang tahu memang, kalau setelah kepergian dari Sinta, Rendra selalu mengurangi dirinya dan tak jarang pula ia terlihat mengkonsumsi obat-obatan yang Carlota sendiri tidak tahu apa itu, mungkin saja itu adalah obat penenang.Tapi bukan masalah obat penenang itu melainkan dengan obat itu yang sudah diubah menjadi sebuah virus yang bisa merusak saraf, sehingga seperti inilah jadinya sekarang. Laki-laki itu terbaring hanya dengan beberapa kali suntikan sajaMemikirkan itu memang sedikit memprihatinkan sekali, mengingat betapa baiknya Rendra ini kepada dirinya dan Karla, awalnya ia tidak memiliki niat untuk

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   TABUR TUAI

    Carlota menatap laki-laki yang saat ini sudah terbaring di atas tempat tidur, dulu Ia begitu gagah sekali membuat dirinya begitu terpesona hingga tidak memiliki cara lain selain menjatuhkan harga dirinya, sejatuh-jatuhnya agar bisa memiliki laki-laki tersebut. dan Dia adalah Rendra, ayah dari Sinta yang kini sudah lumpuh.Bagaimana dengan laki-laki ini bisa menjadi lumpuh, tidak banyak yang tahu memang, kalau setelah kepergian dari Sinta, Rendra selalu mengurangi dirinya dan tak jarang pula ia terlihat mengkonsumsi obat-obatan yang Carlota sendiri tidak tahu apa itu, mungkin saja itu adalah obat penenang.Tapi bukan masalah obat penenang itu melainkan dengan obat itu yang sudah diubah menjadi sebuah virus yang bisa merusak saraf, sehingga seperti inilah jadinya sekarang. Laki-laki itu terbaring hanya dengan beberapa kali suntikan sajaMemikirkan itu memang sedikit memprihatinkan sekali, mengingat betapa baiknya Rendra ini kepada dirinya dan Karla, awalnya ia tidak memiliki niat untuk

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   KARMA

    Di rumah yang megah dan begitu luas Carlota berjalan mondar-mandir di depan pintu utama menunggu anak semata wayangnya yang sejak tadi belum juga menampakan wajah. Hari sudah begitu larut sekali, entah ke mana perginya Karla itu.Ia Mencoba menelepon anak semata wayangnya itu lagi, meskipun sejak tadi panggilannya tidak sama sekali diangkat oleh Karla."Kemana sih kamu?" Ucap Carlota penuh dengan geram pada layar ponsel yang menampilkan Panggilan kepada sang anak.Sudah berapa kali panggilan pun, ia tidak menghitungnya. Tapi selama itu juga pun tidak ada tanda-tanda Karla akan mengangkat panggilannya.Ia khawatir Sesuatu terjadi kepada sang anak, namun dengan cepat ia langsung menepis semuanya itu, tidak mungkin anaknya melakukan hal yang tidak tidak di luar sana, dan tidak mungkin juga sesuatu yang buruk terjadi kepada anaknya, karena ada seorang Bodyguard yang selalu ia suruh untuk mengikuti Karla ke mana saja anaknya pergi.Mengingat tentang itu, ia kembali berpikir untuk menelpon

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status