"Lebih kuat lagi, Sayang." Suara seorang perempuan terdengar dari dalam membuat Celine yang ingin mengetuk pintu menghentikan niatannya.
Rasa penasaran membuat gadis cantik itu menempelkan tubuhnya di pintu tetapi sayang suara itu tidak terdengar lagi.
Keingintahuan Celine semakin membesar tatkala dia mendengar suara desahan disusul dengan erangan-erangan yang semakin lama semakin terdengar liar memalukan.
"Suara itu, suara siapa?"
Berbagai pikiran berkelebat dalam otak Celine. Dia berusaha mendengarkan lebih jelas lagi khawatir dia hanya salah dengar. Akan tetapi, suara memalukan itu kembali terdengar meski tidak terlalu kentara.
"Oh, tidak! Kau tidak mungkin berselingkuh dari aku kan Jas?" Dengan wajah yang mulai terlihat sedikit panik, Celine berusaha membuka pintu depan, tetapi... .
Pintu itu sama sekali tidak bergerak meski Celine sudah mengerahkan seluruh tenaganya untuk membukanya.
Celine membuka tasnya dan memasukkan tangannya seperti sedang mencari sesuatu. Wajahnya terlihat kesal saat dia menyadari sesuatu.
"Sial, aku lupa! Aku kan nggak punya kunci rumah Jason, terus apa yang harus kulakukan supaya aku bisa masuk dan cari tau siapa pemilik suara itu tadi." Celine menepuk dahinya cukup keras membuat kulit wajahnya yang putih tampak memerah setelahnya.
Dengan penuh rasa penasaran campur kesal, Celine berputar ke pintu samping rumah minimalis tetapi rapi dan terawat tersebut
Celine langsung mengulurkan tangannya bermaksud membuka pintu samping yang berada di depan sebuah taman kecil tempat mereka biasa menghabiskan waktu jika berada di rumah Jason.
Dia berharap pintu tersebut bisa terbuka dengan mudah. Namun, sayang... pintu itupun tidak mau bersahabat dengannya.
Merasa kesal, Celine mengentakkan kaki. Wanita muda itu merasa kekesalannya semakin bertambah.
Celine mengerutkan dahi mencoba mengingat pintu atau jendela mana yang bisa dia lewati
Setelah beberapa menit, awan hitam di wajahnya menghilang. Senyum tipis terlihat di bibirnya.
Dengan sedikit tergesa-gesa, Celine melangkah kembali ke pintu utama tempat asal suara itu terdengar.
Dia menempelkan daun telinganya ke arah jendela dengan tirai yang berada tidak terlalu jauh dari pintu dan berusaha mengintip. Namun percuma saja. Tidak ada celah yang membuatnya bisa melihat aktifitas di dalam.
Dengan nekat, Celine mencoba membuka jendela rumah Jason. Dia harus tahu apakah benar Jason berselingkuh dengan wanita lain sementara dia pergi dalam perjalanan bisnis?
Beruntungnya jendela rumah Jason tidak terkunci. Akan tetapi, jendelanya agak sulit dibuka karena Jason tidak begitu suka jika privasinya terlihat jelas dari jalanan.
Celine berusaha keras memanjat ke arah jendela dan memastikan seluruh tubuhnya bisa masuk melalui jendela. Akan tetapi, ternyata hal itu tidak berjalan dengan lancar meski jendela itu tidak terlalu tinggi.
Kaki Celine malah terkait sehingga dia jatuh berdebum. Meski tidak terlalu keras tetapi tangannya sempat tergores kusen jendela, sikunya juga terasa sakit karena dia mendarat dengan posisi menggelosor tengkurap.
Tidak hanya itu, lutut Celine juga terasa sakit karena terkena tuas kait jendela sehingga dia terluka.
Celine meringis merasakan semua rasa sakit di tangan dan kakinya itu, tetapi hatinya seketika mencelos ketika matanya menatap ke arah sofa.
Sambil menahan rasa sakit, Celin berdiri dan berjalan pelan mendekati dua insan berbeda jenis kelamin yang tengah bergumul dengan panas di ruang tamu.
Hati Celine terasa semakin sakit tatkala telinganya menangkap desahan dan erangan yang liar dari mulut kedua manusia tidak punya malu itu.
Dia mengerjapkan matanya, menahan agar air matanya tidak keluar begitu saja demi melihat kekasih yang dicintainya tengah menggumuli seorang wanita yang sepertinya sedikit lebih tua darinya.
Setelah merasa berhasil menguasai tangisnya, Celine membuka mulutnya, dan... .
"Jadi, seperti ini kelakuanmu di belakangku!" Bentakan Celine terdengar menggema di ruang tamu. "Jason!"
Dua insan yang masih asyik bertukar keringat itu kontan menghentikan kegiatan panas mereka.
"Celine?" tanya pria muda yang dipanggil Celine dengan nama Jason.
Dengan sedikit kasar, Jason menjauhkan tubuhnya dari perempuan yang berada di bawah kungkungan kedua tangannya, mengakibatkan protes kecil dari sang wanita.
"Jas, kenapa? Aku lagi nanggung banget ini, Sayang."
Jason tidak menghiraukan kalimat yang keluar dari mulut wanita tersebut bahkan tarikan perempuan itu ditepiskannya dengan kasar.
"Jas, ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba saja berubah begini, apa kamu lupa gimana mesra dan berhasratnya kita ketika kamu membawaku kemari?" Kembali terdengar protes sangat wanita.
Perempuan tanpa busana itu berdiri memeluk Jason, lalu menciumi leher Jason bermaksud kembali merayu lelaki di depannya.
Merasa kesal dengan tingkah perempuan yang baru saja bersamanya mereguk madu duniawi, Jason pun menjauh dan mendekati Celine sembari meraih sebuah bantal sofa untuk menutupi alat vitalnya.
"Ce ... Celine?" Jason tergagap menyebutkan nama kekasihnya.
"Ya." Celine menjawab singkat panggilan kekasihnya. Wajahnya terlihat dingin tanpa senyuman yang biasa menghiasi bibirnya jika bertemu dengan sang pujaan hati.
"Celine … kau … kau sudah pulang?" tanya Jason dengan bodohnya. Pikirannya yang tadi sedang melayang indah dan bersemangat tiba-tiba jadi kosong.
Wajah tampan dan imut-imut Jason terlihat pucat. Mulutnya ternganga karena tak menyangka sama sekali bahwa Celine akan pulang secepat itu.
Ia kini berdiri dengan panik sambil mencari sesuatu untuk menutupi tubuhnya yang telanjang bulat.
"Kemana semua pakaianku tadi?" gerutu Jason sambil menoleh ke kanan dan kiri dengan paniknya sambil terus memegang bantal sofa.
"Siapa perempuan ini, Jas?" tanya Celine sambil menahan rasa sakit dan kecewa sekaligus. Suara gadis itu terdengar bergetar.
Di saat yang bersamaan, wanita yang baru saja bercinta bersama Jason juga bangkit berdiri menghampiri Jason.
Dengan tatapan tidak bersahabat yang terlihat begitu meremehkan, perempuan itu berjalan menghampiri Jason dan menanyakan pertanyaan yang sama.
"Siapa perempuan ini, Sayang?"
Bingung karena mendapat dua pertanyaan yang sama, Jason akhirnya malah memutuskan untuk memperkenalkan saja kedua wanita itu.
"Ah, ya. Dia adalah Celine, kekasih yang sudah menemaniku selama tiga tahun. Dan, Celine, ini adalah Denise, dia adalah wanita yang …. ."
Mendadak Jason terdiam menyadari kesalahannya yang lumayan fatal. Dia bingung mau bilang apa pada dua wanita yang berbeda itu. Mau bilang pada Celine kalau Denise sebenarnya adalah kekasihnya yang lain dan baru saja digumulinya dengan brutal?
"Oh, jadi ini Celine, kekasih yang katamu frigid itu?" ungkap Denise terang-terangan seraya memasang ekspresi wajah yang sangat menyebalkan. (Frigid : disfungsi kegagalan seorang wanita dalam merespons rangsangan yang berbau seksual - penjelasan)
"Apa katamu? Siapa yang frigid?" teriak Celine. Kemarahannya tersulut begitu saja mendengar ucapan Denise yang begitu menghinanya.
Celine sangat kesal karena tujuannya pulang ke rumah Jason sebenarnya untuk mendapatkan ketenangan dari kekasihnya itu setelah apa yang dia alami, tetapi pada kenyataannya dia malah menemui sebuah kenyataan yang menyakitkan.
Wajah ayu Celine semakin merah padam, kulit putihnya sudah seperti kepiting rebus mendengar penghinaan yang dilontarkan oleh perempuan di depannya.
Celine menatap Denise tajam, matanya berkilat penuh amarah, sementara Denise menyuguhkan senyum sinis untuk Celine.
Masih penuh amarah, Celine mengalihkan pandangannya ke arah Jason yang kini sudah memakai celana dalam untuk menutupi bagian inti tubuhnya.
Mendapat tatapan tajam dan menusuk dari kekasih hatinya, Jason menunduk. Kentara sekali jika pemuda itu punya rasa tidak enak pada Celine.
"Aku benar-benar nggak menyangka kalau kamu sampai mengatakan hal ini pada orang lain, Jas." Suara Celine bergetar, sangat terlihat jika perempuan muda itu terluka.
Celine menunggu penjelasan dari Jason. Namun, bukannya Jason yang bicara malah Denise yang membuka suara.
"Well, kekasihmu ini bercerita padaku bahwa kau selalu menolak untuk diajak berhubungan. Dan kau selalu menghindar jika dia sudah berusaha mendekatimu," Denise menerangkan secara blak-blakan dengan tatapan menghina.
Tak seperti Jason, Denise sama sekali tidak malu pada tubuhnya yang polos dan indah. Dia malah memamerkan tubuhnya di hadapan Celine dengan penuh percaya diri sambil bertolak pinggang santai.
Celine dapat melihat jika wanita berambut pirang pendek di depannya itu begitu bangga dengan dua aset besar yang menyerupai buah melon miliknya.
Denise juga sangat beruntung dianugerahi pinggang yang ramping dan kaki serta leher jenjang bak peragawati.
Perkataan Denise begitu telak menohok perasaan Celine. Celine menatap Denise dan Jason bergantian.
Bagaimana bisa lelaki yang selama ini kupercaya dan kucintai dengan segenap hati ternyata tega mengkhianati aku?
Kekasih macam apa yang menceritakan kehidupan seksual pribadi mereka kepada wanita lain?
"Asal kamu tahu, aku bukannya frigid. Aku hanya ingin menjaga keperawananku untukmu di malam pertama, Jason. Nggak seperti dia yang suka mengumbar tubuhnya ke sembarang pria dan kemudian sesumbar dengan bangga mengenainya!" Setengah berteriak Celine membalas Denise.
Kedua matanya sudah terasa panas menahan air mata yang hendak tumpah. Akan tetapi, Celine tahu jika pria bernama Jason ini sama sekali tidak pantas untuk ditangisi.
"Aku juga punya kebutuhan sebagai lelaki Celine. Selama tiga tahun ini kita berkencan aku belum pernah satu kalipun tidur dengan wanita lain karena aku masih mengharapkanmu. Tapi aku tetap laki-laki normal yang memiliki hasrat yang harus aku tuntaskan!" Tanpa diduga sebelumnya oleh siapapun di sana, tiba-tiba saja Jason murka kepada Celine.
"Tiga tahun sudah cukup lama bagiku untuk menahannya dan aku tak mau menunggu lagi Celine."
"Kau juga menolak untuk menikah dengan alasan masih ingin mengejar karier."
"Hingga akhirnya aku bertemu dengan Denise. Dia tidak banyak menuntut meski tahu aku sudah berkencan denganmu dan hubungan kami selalu terasa bergairah tidak seperti denganmu!"
Dengan berapi-api Jason mengungkapkan semua isi hatinya, wajahnya terlihat merah padam. Namun, Celine tidak menghiraukan perubahan itu.
Dia mengalihkan pandangannya ke arah Denise yang masih memamerkan tubuh polosnya sembari bergayut manja di lengan Jason.
Celine menatap kedua insan tersebut dengan tatapan penuh kebencian. Benar-benar manusia tidak punya perasaan terlebih rasa malu.
Dada Celine berdentam keras, amarahnya tak terbendung ketika matanya melihat Denise menggoda Jason dengan gerakan yang sensual dan menggoda.
"Dasar jalang! Kau sudah tahu bahwa dia itu memiliki aku, kenapa kau masih tetap bersamanya?" Celine kembali merasa marah.
Denise tersenyum sinis mendengar kalimat Celine memaki dirinya. Wajah Denise terlihat angkuh.
"Aku nggak seperti kamu. Bagiku tidak ada bedanya sekarang atau nanti. Toh Jason sudah mengatakan bahwa dia akan memilihku dan mencampakkanmu," Denise dengan acuh berkata sambil mengangkat kedua bahunya.
"Kau!"
Celine berkata dengan gemas kemudian ia langsung melangkah maju dan menampar Denise di pipi kirinya. Tamparan Celine cukup keras dan pastinya cukup membuat Denise terhenyak.
"Kau berani menamparku?"
Denise memegangi pipinya dan kemudian dia menyerang balik Celine. Dalam sekejap kedua wanita itu sudah terlibat baku hantam yang seru.
Denise dengan garang menarik rambut coklat milik Celine sehingga beberapa helai rambutnya terlepas.
Celine yang kesakitan berusaha keras untuk melepaskan diri dan berusaha memukul bagian mana saja dari tubuh Denise yang bisa dicapainya.
Tiba-tiba Celine merasa tubuhnya ditarik dan dijauhkan dari wanita itu. Rambutnya berantakan dan nafasnya terengah. Dia menatap Jason yang baru saja memisahkan dirinya dengan Denise.
"Cukup Celine! Jangan salahkan Denise ataupun aku. Salahkan saja dirimu sendiri!" tegur Jason memperingatkan.
"Tahukah kau, Celine? Kurasa aku tak melihat hubungan kita akan memiliki masa depan!" Jason berkata dengan nada menyesal.
Selama ini Jason berusaha untuk selalu menghormati keinginan Celine yang ingin tetap menjaga keperawanannya sampai saat malam pertama mereka tiba.
Akan tetapi, lama kelamaan kesabarannya habis dan insting kelelakiannya bangkit dan menguasai dirinya.
Jason tidak mampu lagi menahan hasrat yang sudah dipendamnya selama tiga tahun. Dan, Denise adalah rekan sekantornya tempat dimana Jason bekerja.
Denise sangat berani dan dinamis serta selalu terbuka. Mereka mulai dekat dan tanpa mereka sadari suatu hari mereka malah tidur bersama.
Dan, hal itu ternyata terus berlanjut sampai sekarang. Kira-kira sudah hampir lima bulan berlalu sejak Jason menjalin kasih secara diam-diam dengan Denise.
Pria itu jatuh cinta pada Denise dan mulai melupakan janjinya untuk tetap setia kepada Celine.
"Jason, kau …."
"Pergilah dari rumahku, Celine! Dan ambil semua barang-barangmu itu!" Jason tak lagi memikirkan tubuhnya yang hanya tertutupi celana dalam saja. Dia malah langsung sibuk memilah-milah barang milik Celine.
"Kau lihatkan? Mantan kekasihmu sudah mengusirmu dari rumah ini!" Denise tertawa senang sambil mendelik ke arah Celine.
Akan tetapi, Celine tak bergeming sama sekali. Dia terlalu syok sampai-sampai tak mampu mempercayai apa yang mungkin terjadi dalam satu malam.
Pertama, Celine tadi hampir mati dalam penerbangan. Kedua, dia dikhianati oleh kekasihnya sendiri.
"Kau dengar aku bukan, Celine? Ambil semua barang-barangmu dari rumah ini dan pergilah," ulang Jason mengusir Celine dengan tegas.
Tiba-tiba saja Celine merasa sangat marah dan langsung menghampiri Jason dan menampar pria itu.
"Kau benar! Kita memang harus putus. Kau tidak layak untukku. Laki-laki yang tidak bisa menjaga kesetiaannya hanya untuk satu wanita memang tidak layak untukku!"
"Dan kau! Wanita tak tahu malu sepertimu memang cocok untuk bersanding dengannya. Selamat untuk kalian berdua!"
Dengan kalimat itu, Celine memutuskan untuk keluar dan meninggalkan mereka berdua untuk menyelamatkan harga dirinya yang masih tersisa.
Celine tak memiliki tujuan lain. Sambil menyeret kopernya dengan lesu, dia berjalan tak tentu arah sampai akhirnya dia menemukan sebuah bar.
Celine tak biasa masuk ke dalam sebuah bar. Akan tetapi, malam ini, dia nekat masuk dan duduk di meja bar tanpa tahu harus berbuat apa.
"Bolehkah aku menemani malammu, Nona cantik?"
"Nona apakah sudah siap?" ucap Nadia yang begitu terlihat takjub sekali dengan penampilan dari Sinta.Malam ini adalah malam resepsi pernikahan Sinta, gaun yang begitu mewah melekat sempurna di tubuhnya. Benar-benar selera orang kaya itu beda."Cantik sekali,"ucap Nadia sambil mengedipkan mata ke arah Sinta.Sinta terkekeh geli, ia sudah selesai di rias, hanya riasan sederhana saja, ia tak ingin terlalu berlebihan. Toh yang natural natural seperti ini saja sudah bisa membuat ia terlihat cantik."Kamu juga cantik kok," Puji Sinta pada Nadia."Tidak nyangka ya, nona, setelah perjalanan cukup panjang akhirnya Tuhan menghadirkan sebuah kebahagiaan."Sinta menganggukkan kepalanya membenarkan apa yang dikatakan oleh Nadia itu, setelah banyak sekali ujian yang ia dapatkan selama ini, ternyata Tuhan begitu baik memberikan kebahagiaan lengkap dengan yang ia dapatkan saat ini."Benar adanya, setelah hujan pasti akan ada pelangi yang muncul." jawab Sinta, ia mengambil alih Arka yang ada dalam g
Ethan berlalu untuk menghampiri Sinta yang berada di depan pintu, "baiklah kalau seperti itu, perkenalkan saya adalah calon suami Sinta. kami akan menikah sebentar lagi," ucap Ethan dengan begitu bangga sekali mengenalkan sosok wanita bermata sembab akibat menangis tersebut.Carlota menggelengkan kepalanya, tak mengerti dengan apa yang dihadirkan oleh kenyataan saat ini. apakah ia salah atau memang saat ini ia sedang bermimpi?"Bawa dia Pak!" titah Devan yang langsung dianggukan oleh dua orang polisi tersebut, mereka memasangkan borgol ke tangan Sinta dan juga Carlota."Apa-apaan ini, lepaskan saya! saya tidak bersalah." ucap Carlota."Iya saya juga tidak bersalah Pak, mengapa saya diperlakukan seperti ini? lepaskan saya sekarang juga! Apakah kamu tidak tahu siapa kita? kami bisa saja menuntut kalian semua atas pencemaran nama baik." timpal Karla.Bagaskara terkekeh mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Karla itu,"Apakah aku perlu memutar kembali rekaman kejujuranmu tentang Racun ya
"Jadi bagaimana, Apakah kamu sudah berhasil untuk masuk ke rumah itu dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada Papaku?" tanya Sinta, kali ini mereka sedang melakukan pemilihan dekorasi untuk pernikahan mereka, sekalian setelah habis dari sini mereka akan mencicipi beberapa tester dari makanan yang mereka pilih untuk acara pernikahan mereka, yang tinggal satu bulan lagi."Aku sudah mencoba untuk masuk ke rumah itu, Namun ternyata sulit karena saat ini ada sedikit kendala yang membuat mereka tidak menerima orang baru lagi. semuanya dikerjakan secara sendiri-sendiri saja," ucap Ethan yang membuat raut wajah Sinta berubah menjadi murung, ia sungguh ingin tahu tentang perkembangan ayahnya saat ini.Melihat itu, Ethan menggenggam erat tangan sang kekasih, "tapi Devan sudah mengirim seseorang untuk mendekati anaknya Karla,"Sinta menaikkan alisnya, "Maksudnya seperti apa ini?" tanya Sinta."Iya, Devan telah membantuku untuk memecahkan masalah ini, ia mengirim seseorang untuk menca
Carlota menatap laki-laki yang saat ini sudah terbaring di atas tempat tidur, dulu Ia begitu gagah sekali membuat dirinya begitu terpesona hingga tidak memiliki cara lain selain menjatuhkan harga dirinya, sejatuh-jatuhnya agar bisa memiliki laki-laki tersebut. dan Dia adalah Rendra, ayah dari Sinta yang kini sudah lumpuh.Bagaimana dengan laki-laki ini bisa menjadi lumpuh, tidak banyak yang tahu memang, kalau setelah kepergian dari Sinta, Rendra selalu mengurangi dirinya dan tak jarang pula ia terlihat mengkonsumsi obat-obatan yang Carlota sendiri tidak tahu apa itu, mungkin saja itu adalah obat penenang.Tapi bukan masalah obat penenang itu melainkan dengan obat itu yang sudah diubah menjadi sebuah virus yang bisa merusak saraf, sehingga seperti inilah jadinya sekarang. Laki-laki itu terbaring hanya dengan beberapa kali suntikan sajaMemikirkan itu memang sedikit memprihatinkan sekali, mengingat betapa baiknya Rendra ini kepada dirinya dan Karla, awalnya ia tidak memiliki niat untuk
Carlota menatap laki-laki yang saat ini sudah terbaring di atas tempat tidur, dulu Ia begitu gagah sekali membuat dirinya begitu terpesona hingga tidak memiliki cara lain selain menjatuhkan harga dirinya, sejatuh-jatuhnya agar bisa memiliki laki-laki tersebut. dan Dia adalah Rendra, ayah dari Sinta yang kini sudah lumpuh.Bagaimana dengan laki-laki ini bisa menjadi lumpuh, tidak banyak yang tahu memang, kalau setelah kepergian dari Sinta, Rendra selalu mengurangi dirinya dan tak jarang pula ia terlihat mengkonsumsi obat-obatan yang Carlota sendiri tidak tahu apa itu, mungkin saja itu adalah obat penenang.Tapi bukan masalah obat penenang itu melainkan dengan obat itu yang sudah diubah menjadi sebuah virus yang bisa merusak saraf, sehingga seperti inilah jadinya sekarang. Laki-laki itu terbaring hanya dengan beberapa kali suntikan sajaMemikirkan itu memang sedikit memprihatinkan sekali, mengingat betapa baiknya Rendra ini kepada dirinya dan Karla, awalnya ia tidak memiliki niat untuk
Di rumah yang megah dan begitu luas Carlota berjalan mondar-mandir di depan pintu utama menunggu anak semata wayangnya yang sejak tadi belum juga menampakan wajah. Hari sudah begitu larut sekali, entah ke mana perginya Karla itu.Ia Mencoba menelepon anak semata wayangnya itu lagi, meskipun sejak tadi panggilannya tidak sama sekali diangkat oleh Karla."Kemana sih kamu?" Ucap Carlota penuh dengan geram pada layar ponsel yang menampilkan Panggilan kepada sang anak.Sudah berapa kali panggilan pun, ia tidak menghitungnya. Tapi selama itu juga pun tidak ada tanda-tanda Karla akan mengangkat panggilannya.Ia khawatir Sesuatu terjadi kepada sang anak, namun dengan cepat ia langsung menepis semuanya itu, tidak mungkin anaknya melakukan hal yang tidak tidak di luar sana, dan tidak mungkin juga sesuatu yang buruk terjadi kepada anaknya, karena ada seorang Bodyguard yang selalu ia suruh untuk mengikuti Karla ke mana saja anaknya pergi.Mengingat tentang itu, ia kembali berpikir untuk menelpon