SUCI TAK PERAWAN 10Setiap kali menyiapkan makanan untuk Cean, aku melakukannya dengan penuh cinta. Berharap cinta itu sampai kembali ke hatinya. Sejak kejadian itu, aku tak tahu lagi bagaimana perasaan wanita itu padaku. Apa dia membenciku, atau masih tersisa sedikit cinta untukku. Aku memang keterlaluan, kalap mencari noda setelah selesai bercinta, menuduhnya tanpa mau mendengarkan penjelasannya, lalu meninggalkannya begitu saja. Terhitung selama dua bulan ini, tiga hari sekali dia akan datang ke sini. Sekali datang pesan makanan banyak, kemudian tak datang lagi dua hari. Apa dia menyetok makanan di perutnya, kenapa tidak datang saja setiap hari. Tentu saja membuatku jauh lebih senang jika dia datang setiap hari."Hari ini Cean belum datang?" tanyaku pada seorang pelayan. Para pelayan di sini, mereka sudah paham jika aku memanggilnya dengan panggilan itu. Jadi mereka tahu meskipun mereka memanggilnya dengan panggilan Kinan. "Belum, Chef."Aku menghela nafas panjang, ini sudah s
SUCI TAK PERAWAN 11Cean langsung membuka appronnya dan menyisakan dress terusan yang tampak longgar hingga perutnya tak lagi kelihatan menonjol. Seakan tak ingin aku melihat perutnya yang mulai membuncit. Wanita itu menghela nafas panjang."Sejak saat kamu meninggalkanku malam itu, sejak saat itu juga kamu tak berhak atas diriku lagi, Kak. Saat kau tak menggubris perkataan Papa malam itu, kuanggap engkau sudah mengembalikanku kepadanya.""Cean," lirihku. "Tolong maafkan aku.""Aku sudah memakanmu, Kak. Kalau belum kumaafkan, kupastikan kamu tidak ada di tempat ini sekarang.""Maka kembalilah padaku," pintaku dengan memelas. "Kembali dan memaafkan adalah dua hal yang berbeda." Aku mendesah, frustasi dengan setiap kata yang keluar dari mulutnya. "Tolonglah, Cean. Demi anak itu, apa kau akan biarkan dia lahir tanpa ayah?"Wanita akan selalu mengalah demi anaknya, itu yang sering aku dengar. "Kenapa wanita harus selalu berkorban. Menekan rasa sakitnya demi ini dan itu. Anak yang ada
SUCI TAK PERAWAN 12Aku berdebat dengan Kalan tentang siapa yang harus menemui dokter kandungan yang memeriksa Cean barusan. Tentu saja aku ingin melakukannya, dia istriku dan aku berhak tau apa yang terjadi pada dirinya juga anak dalam kandungannya. "Kenapa kalian berdua masuk semua, siapa suaminya?" tanya dokter wanita yang memakai kerudung berwarna peach itu. Kami tidak membawa Cean ke rumah sakit tempat dimana dia biasa check up. Karena khawatir, Kalan membawa ke klinik terdekat dari outlet milik Cean. "Saya suaminya, Dok," jawabku. "Silahkan Bapak keluar," perintah dokter itu pada Kalan. "Dia memang suaminya, Dok. Tapi saya kakaknya, wanita tadi tinggal bersama kami. Jadi lebih baik saya yang tahu keadaanya daripada pria ini," ucap Kalan. Dokter itu memandang kami bergantian. Lebih fokus padaku yang masih terlihat berantakan setelah dihajar habis-habisan oleh Kalan. "Karena masalah pribadi, akhirnya terjadi seperti itu, Dokter. Tapi sebagian suami saya berhak tahu keadaan
SUCI TAK PERAWAN 13Aku pulang dari kantor mertuaku dengan perasaan menggebu. Siapa yang terima saja istri yang sedang mengandung anaknya akan dinikahkan dengan orang lain. Bagiamana nasib anakku, bagaimana bisa aku terima dia memanggil papa pada pria lain. Meskipun Kalan sudah berkorban banyak hal, tapi aku tidak rela mengorbankan anak dan istriku untuknya. Siapa dia, dia bisa menikah dengan wanita lain. Bukan menikah dengan adik angkatnya sendiri. Kalau dia mencintai Cean sejak dulu, kenapa dia membiarkan kedua orangtuanya menjodohkan Cean padaku.Aku langsung pulang ke rumah, meskipun sudah hampir empat bulan juga aku menetap di restoran, tapi kali ini aku butuh Papa. Tidak peduli apa kata papa, tapi aku adalah anaknya. Sejauh apapun aku kabur, padanya jugalah aku akan kembali minta tolong."Papa harus membantuku untuk bisa bersatu kembali dengan Cean, Pa. Dia hamil, Cean hamil anakku," pintaku pada Papa sesaat setelah kami selesai makan malam. Sejak kedatanganku, aku sudah kena
SUCI TAK PERAWAN 14 Hari ini Mama yang mengantarkanku pergi ke dokter kandungan. Sekalian Mama melakukan check up kesehatan, satu tahun sekali Mama melakukannya. Setelah Mama menemaniku ke dokter kandungan, sekarang giliran Mama yang melakukan check up. Aku tidak menemaninya karena Mama tidak mengijinkan, wanita yang sudah melahirkanku itu menyuruhku menunggu di kantin atau di taman rumah sakit. Katanya biar aku tidak bosan. Padahal tidak masalah juga aku menunggunya di ruang tunggu. Langkah kakiku terhenti saat melihat Mbak Vina melintas di depanku. Setahuku dia dulu bekerja di apotek, apa sekarang pindah ke rumah sakit ini. "Mbak Vina ...." panggilku.Wanita yang aku panggil itu menoleh, lalu tersenyum padaku dengan ramah. Aku berjalan mendekat padanya. "Kinan apa kabar? Siapa yang sakit?" Tanya Mbak Vina setelah kami tak berjarak. "Baik, Mbak. Mbak Vina apa kabar?""Baik, juga. Siapa yang sakit?" Wanita itu kembali bertanya."Nggak ada yang sakit, saya menemani mama check up
SUCI TAK PERAWAN 15"A-apa maksudmu, Kinan?" tanya Kak Alan terbata. "Kak Alan tahu maksud dari pertanyaanku." Aku melengos, antara percaya diri dan tidak. Bagaimana jika aku salah sangka, siapa tahu memang ada wanita lain selain aku, dan Mbak Vina di hati Kak Alan."Dari mana kamu bisa menyimpulkan hal seperti itu, siapa yang bilang?" tanya Kak Alan dengan suara yang begitu lembut.Pria itu tak pernah marah sama sekali, dia begitu sabar seperti Mama. Sangat jarang meninggikan suara."Mbak Vina yang bilang," jawabku tanpa berniat untuk menatap padanya."Kamu bertemu dengannya, kapan di mana?""Jangan mengalihkan pembicaraan, Kak!" Aku berteriak tak suka.Terdengar helaan nafas Kak Alan. Pria itu diam. Sedetik dua detik kutunggu jawaban tapi Kak Alan tak kunjung berbicara."Jadi benar kan, Kakak suka sama aku sebagai seorang perempuan bukan seorang adik," cecarku. "Kamu mau jawaban yang bagaimana, Kinan?" Kak Alan balik bertanya. "Jawab jujur.""Itu tidak akan mengubah apapun, Kina
SUCI TAK PERAWAN 16Aku tersenyum bahagia saat melihat kontak Cean di ponselku kembali menampakkan gambar dirinya. Sejak dia memblokirku, secara berkala aku melihat kontaknya, berharap suatu saat nanti dia akan membuka blokiran tersebut dan hari ini keinginanku itu akhirnya terkabul juga. Sejak Cean mengancam akan menyakiti dirinya sendiri dan anaknya waktu aku datang ke rumahnya dulu, aku tak lagi mendekatinya. Yang kulakukan hanya sesekali pergi ke outletnya dan melihatnya dari jauh. Aku benar-benar memenuhi janji untuk tidak mengganggunya asal dia bahagia.Pelan tapi pasti kulihat tubuhnya mulai berisi dan perutnya semakin membuncit. Sesekali dia datang juga ke restoranku, Cean selalu memesan Red Velvet untuk desert. Sengaja tak kuhapus nama itu dari daftar menu, namun jika ada yang memesan pasti kami akan bilang tidak ada karena memang tidak menyediakannya. Menu itu hanya special untuk Cean. Jika dia datang, karyawan akan kuminta untuk mencarinya di tempat biasa. Apa cake kesuka
SUCI TAK PERAWAN 17Suara detak jantung terdengar begitu kencang dan keras di telingaku, itu suara detak jantung calon anakku. Tadi aku juga sempat melihat sekilas wajahnya, dia tampan seperti ... aku. Bayi yang dikandung oleh Cean adalah seorang bayi laki-laki. Setelah berbulan-bulan lamanya, akhirnya aku bisa menemani Cean memeriksa kandungannya. Sejak aku menyetujui persyaratan yang diajukan oleh Cean, aku bisa lebih leluasa melihat perkembangan bayi itu. "Kakak pergi dulu ya, maaf tidak bisa menemani," ucap Kalan berpamitan. Pria itu mengusap kepala Cean dengan sayang, lalu pergi mengendarai motornya.Kulihat adegan itu tadi saat menjemput Cean di rumahnya. Kalan tidak bisa mengantarkan Cean check up ke dokter kandungan dan memintaku menemaninya. "Pergi sana jauh-jauh dan jangan kembali!" umpatku dalam hati.Baik Cean, Kalan, maupun Papa Mirza, mereka kompak mengijinkanku dekat dengan calon anakku meskipun dengan syarat. Entah apa sebenarnya yang direncanakan mereka. Aku tidak