Share

Bab 6

"Jika kau berani bicara sembarangan lagi, aku pastikan kau akan mendapatkan hukuman," ucap Sky.

"B-baik Tuan," jawab Shafiqa.

'Oh ya ampun, untung saja orang jahat ini tidak marah. Coba saja kalau dia marah, pasti saat ini aku sudah ada di dunia yang berbeda,' gumam Shafiqa dalam hati.

Setelah menemani Sky makan, Shafiqa pun diminta untuk ikut ke ruangan Gym milik Sky. Seperti kelinci kecil, Shafiqa mengikuti pria bertubuh tinggi dan kokoh itu berjalan mengikutinya dari belakang.

Bahkan, beberapa kali Shafiqa harus berlari kecil untuk menyeimbangkan langkahnya agar tak tertinggal oleh langkah panjang Sky.

Sampai tiba-tiba saja Sky menghentikan langkahnya, hingga tubuh kecil Shafiqa pun menabrak punggung keras milik Sky. Dan hidungnya pun terbentur di punggung kokoh itu.

"Aduhh!" Shafiqa memegang hidungnya yang terasa sakit karena terbentur punggung keras itu.

Sky pun berbalik, dan melihat Shafiqa yang sedang mengelus hidungnya, hidung yang tadi terbentur punggung kerasnya, "Aku tidak menyangka jika kau ternyata senang mencari modus untuk bisa melakukan kontak fisik denganku," ucapnya tersenyum licik dan meremehkan.

"Apa!"

"Ternyata kau tidak sepolos yang aku kira," ucap Sky lalu ia melanjutkan langkahnya menuju ruang Gym.

"Oh ya ampun, apa yang tadi ia bicarakan? Bukankah tadi ia yang berhenti mendadak. Kenapa dia jadi menyalahkan aku? Kenapa aku merasa sedang difitnah oleh orang itu," gumam Shafiqa

"Sapi cepatlah!" panggil Sky.

"Aihhh, dia masih saja memanggilku sapi!" Shafiqa berdecih.

Tanpa menunggu panggilan untuk yang kedua kalinya, Shafiqa kemudian segera berlari mengikuti Sky, ia juga ingin melakukan protes padanya agar tidak lagi memanggil namanya dengan makhluk penghasil susu itu.

"Tuan,". panggilnya pada Sky, pria itu kini akan memulai aktivitasnya.

"Kenapa?"

"Bolehkah aku meminta sesuatu?" ucapnya, meskipun hatinya ragu dan takut. Tapi ia harus bisa mengatakan hal ini pada Sky, jika ia tidak ingin lagi dipanggil makhluk susu.

"Berani sekali kau meminta sesuatu padaku!"

"Aku hanya minta bisakah kau tidak memanggilkan dengan nama itu, itu terdengar seperti kau sedang memanggil makhluk besar penghasil susu," ucap Shafiqa, ia mencoba memberanikan diri, menyatakan hal yang selama ini ingin Ia katakan.

"Bukankah sapi adalah namamu jadi apa salahnya , jika aku memanggilmu sesuai dengan namamu," Sky mengangkat alisnya saat bicara pada Shafiqa, seolah apa yang dikatakannya adalah benar dan tidak salah.

"Namaku Shafiqa Tuan, bukan sapi,"

"Sama saja,"

"Berbeda," rajuk Shafiqa dan entah kenapa, rajukannya itu terlihat sangat menggemaskan bagi Sky.

"Baiklah, jadi aku harus memanggilmu apa?" ucap Sky dan mendekatkan wajahnya pada wajah Shafiqa, hingga hidung Sky kini menyentuh hidup mancung Shafiqa.

Sikap Sky yang seperti itu membuat jantung Shafiqa terasa dipompa dengan sangat kencang. Bagaimana tidak? Jika wajah tampan dengan penuh kharisma itu kini berada sangat dekat dengan wajahnya.

"P-panggil aku Fiqa saja, Tuan." jawab Shafiqa dengan memundurkan wajahnya, ia juga memundurkan tubuhnya lalu melangkahkan kakinya satu langkah ke belakang. Jujur saja ia merasa sangat tidak nyaman dengan posisinya yang terlalu dekat dengan Sky.

Akan tetapi tangan kokoh Sky, malah menarik pinggang kecil itu dan mendekatkan tubuh Shafiqa hingga hampir menempel di dada bidangnya.

"T-tuan!" tangan kecilnya kini menahan agar tubuh mereka tidak dekat seperti ini, Shafiqa tidak ingin jika tubuh mereka merapat hingga bagian tubuh depan mereka menempel.

"Aku akan memanggilmu dengan panggilan yang kau mau, tapi kau juga harus melakukan apa yang aku mau," bisik Sky di telinga Shafiqa, deru nafas Sky menerpa leher gadis kecil itu membuatnya meremang dan mematung tak bisa bergerak.

"I-iya, tapi apa bisa Tuan melepaskan aku?" ucapnya lemah dan takut pada Sky.

"Tidak bisa! Karena aku ingin kau menciumku sekarang juga,"

"Apa!" Shafiqa terkejut mendengar syarat Sky, hanya untuk mengubah panggilannya saja Sky sampai harus memberikan syarat yang berat untuknya.

Meskipun mereka pernah berciuman, tapi tetap saja. Jika ia harus mencium Sky duluan itu akan sangat memalukan.

"Cepat! Cium aku di sini!" tunjuk Sean pada bibirnya.

"Sudahlah Tuan, tidak apa-apa jika anda ingin memanggilku Sapi, kambing atau pun kuda. A-aku tidak keberatan,"

"Di sini kau tidak punya hak untuk bernegosiasi denganku!"

"T-tapi ..."

"Cium aku, atau aku akan menyuruh orang-orangku untuk menghabisi paman dan juga bibimu sekarang juga! Jika kau tetap menolak maka aku akan emmmmppttt ...."

Shafiqa langsung membungkam bibir Sky dengan bibirnya, gadis itu takut jika orang jahat yang kini ada dihadapannya sampai melukai paman dan juga bibinya.

Walaupun mereka tak menyayangi Shafiqa, ia tak pernah menginginkan mereka berdua tiada. Bahkan setelah orang tuanya tiada, merekalah tempat bernaungnya selama ini.

Sedangkan Sky, pria ini kini tengah tersenyum senang dalam hatinya. Karena ia sudah berhasil menemukan kelemahan Shafiqa. Itu artinya Shafiqa akan mudah untuk dikendalikan, dan ia akan puas bermain-main dengan gadis kecil ini.

Sky menikmati bibir kecil yang kini menempel di bibirnya. Hingga ia pun memulai untuk mengecap rasa manis bibir kecil itu.

'Kau sangat menggemaskan kelinci kecilku, lihatlah permainanku selanjutnya. Karena aku belum puas bermain-main denganmu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status