Share

bab 4

Author: Kirani senja.
last update Last Updated: 2023-05-26 20:09:46

Deg!

Ucapan Bu Ida membuat ku monohok tak percaya. Rasanya tidak mungkin kalau bi Murti seperti itu, setaahu aku, bi Murti itu orang nya baik dan sayang padaku dan aku juga sudah menganga nya seperti saudara sendiri karena kebetulan orang tua ku agak jauh dari tempat tinggal ku yang sekarang.

"Mabk. Mbak Rina!" panggil nya sambil menepuk bahuku.

"Astagfirullah, maaf Bu Ida. Saya jadi ngelamun. Bu, rasa nya tidak mungkin Bibi ku seperti itu, selama ini dia baik sama saya," ujar ku.

"Terserah kamu saja, mbak Rina saya hanya menyampaikan apa yang saya dengar dan apa yang saya lihat. Mbak, terkadang apa yang kita lihat belum tentu benar. Kalau begitu saya permisi," ujar Bu Ida.

Wanita itu kemudian bangun dari duduknya dan aku pun ikut mengantar nya hingga ke teras rumah. Setelah kepergian Bu Ida, aku terus kepikiran sama ucapan nya tentang bibi dari suamiku itu.

Leleh bergulat dengan pikiran ku sendiri, akhirnya aku memutuskan untuk menemui bibi ku di rumah nya, karena kebetulan rumah kami berdekatan, aku masuk melalui pintu belakang supaya tidak terlihat oleh tenaga yang lain.

Tok!

Tok!

Tok

"Bi," panggil ku sembari mengetuk pintu berwarna coklat tersebut.

Aku mengedarkan pandangan ku, memastikan kalau di sekitar rumah ini tidak ada para tetangga julid.

Cklek!

"Eh Rina, masuk Rin," ucap nya terlihat biasa saja dan tidak ada yang mencurigakan dari nya.

Aku kemudian masuk kedalam rumah itu dan duduk di ruang dapur.

"Kok di situ duduknya, Rin. Di sini saja!"

"Nggak usah, Bi di sini saja," tolak ku.

"Oh baiklah."

Wanita berusia sekitar 40 tahunan tersebut kemudian duduk di samping ku. "Ada apa?" tanya nya.

Bagus!

Tanpa aku bertanya lebih dulu, dia sendiri yang bertanya padaku.

"Begini, Bi, ada yang ingin aku tanyakan sama bibi, apa benar, bibi yang memberi tahu ibu mertuaku kalau adik ipar ku menelpon kemarin pagi?" tanyaku.

Gelep!

Seketika wajah saudara suamiku berubah, tadi yang terlihat bisa saja kini berubah tegang. Melihat ekspresi nya yang tiba-tiba seperti itu, aku semakin yakin kalau yang di ucapkan sama Bu Ida itu benar adanya.

"Bi, jawab aku."

"I_ya. Bibi yang memberi tahu ibu mertua mu. Emang salah nya di mana? Tadi pagi, ibu mertua mu main kesini dan kebetulan dia menanyakan tentang kabar putranya, dan kebetulan bibi dengar kalau kemarin pagi Arga menelpon anak ku dan meminta tolong sama kamu untuk menelpon suami kamu, tapi kamu bilang tidak ada pulsa. Ya bibi bilang nya seperti itu. Mangkanya Rina, jadi menantu jangan perhitungan seperti itu. Kurang baik apa mertua mu sama Kamu," cemooh nya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Oh aku baru tahu, ternyata saudara suamiku sipat aslinya seperti ini.

"Astagfirullah, bi. Bukan nggak ada pulsa. Baterai hp ku habis dan memang hp ku sudah rusak. Terus nomor suamiku aku juga tidak aktif. Pantas saja mertua ku marah kalau bibi ngomongan nya seperti itu!" sentak ku kesal. Baru kali ini aku bicara agak keras padanya, karena ulahnya aku harus menerima hinaan yang membuat mental ku hancur berkeping-keping.

Wanita itu tak terima saat aku berkata seperti itu.

"Kenapa kamu malah nyalahin saya? Seharusnya kamu berpikir Rina! Bukan malah menyalahkan orang lain," cetusnya.

"Bi, bibi tahu karena perbuatan bibi. Kemarin aku di hina habis-habisan oleh kedua mertuaku. Aku di katakan menantu pelit, menantu tak tahu diri, ini dan itu dan masih banyak hinaan lainya," pungkas ku dengan bibir bergetar menahan rasa sakit dan kecewa yang bergemuruh di dadaku, aku kira wanita itu adalah wanita baik-baik padahal sama saja.

"Itu memang pantas kamu dapatkan, Rina!" cetusnya tanpa rasa iba sedikitpun.

"Astagfirullah." Aku menggeleng-geleng tak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut wanita yang sudah ku anggap seperti ibu sendiri, aku pikir, Bi Murti itu lebih baik dari ibu mertua ku ternyata mereka sama sama. Sama-sama berhati iblis!

"Ingat, Bi. Bibi juga punya seorang anak perempuan bahkan anak bibi dua-duanya perempuan. Aku bukan menyumoahkan atau apapun itu, hukum Allah itu adil. Suatu saat, anak-anak bibi akan merasakan apa yang aku rasakan! permisi!" ucap ku dengan bibir bergetar menahan tangis. Aku berusaha menahan air mataku sebisa mungkin supaya tidak menetes, sudah cukup aku menangis sekarang jangan lagi.

"Heh wanita tidak tahu di untung! Kutukan mu tidak akan mempan! Emang kamu pikir kamu siapa? Dukun! Sok-sokan nuyumpahin orang!" hardik nya, namun aku tak perduli. Aku memilih untuk buru-buru pergi dari rumah itu.

Brak!

Saking kesalnya, aku menutup pintu itu sembari di banting. Ku dengar dari luar, kalau bibi ku masih ngomel-ngomel nggak jelas di dalam sana. Namun aku tak peduli. Aku berusaha menutup telinga dan pergi dari rumah itu.

Bruk!

"Eh Mbak Rina. Habis dari mana, Mbak?" tanya tetangga ku yang kebetulan berpapasan dengan ku.

"Dari warung," jawab ku berbohong sambil berlari pergi.

Sreeet!

"Eh tunggu, Mbak!" cegah nya sembari menarik tangan ku, sontak langkah ku terhenti dan berbalik menatap nya. "Maaf, Mbak kalau Mbak juga mau menghina saya, jangan sekarang. Hati ku sudah benar-benar hancur," ucap ku.

Wanita di depan ku menatap ku heran, lalu ia berkata. "Siapa yang mau menghina Mbak Rina. Saya cuma main bilang, saya mau pesan beberapa kue basah untuk besok acara arisan di rumah saya, apa Mabk Rina bersedia?" tanya wanita itu padaku.

Seketika bibir ku tersenyum, aku pikir tentangku akan sama seperti tetangga-tetangga yang lainnya, menghina dan menghakimi tanpa ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Bisa kan Mbak Rina?" tanya wanita itu lagi.

"Oh bisa, Mbak bisa," jawab ku sesungging senyum di bibir ku.

"Ok kalau begitu, ini uang DP nya nanti kalau sudah pesanan nya jadi, Saya baru lunasi semuanya," ucap Nya sambil memberikan pecahan 100 sebanyak tiga lebar padaku.

"Baik, Mbak Yuni. Terimakasih karena Mbak sudah percaya sama saya," balas ku seraya mengambil uang itu.

"Sama-sama Mabk Rina. Kalau begitu, saya permisi."

Aku mengangguk mengiakan. Setelah kepergian Mbak Santi aku pun bergegas masuk kedalaman rumah dengan sedikit harapan. Mulai sekarang aku harus bekerja keras supaya bisa punya tabungan sendiri dan bisa membeli ucapan mertua ku yang menghina aku orang miskin. Aku memang terlahir dari keluarga miskin, tapi bukan tidak mungkin orang yang terlahir dari keluarga miskin akan selamanya miskin. Selagi ada kemauan dan berusaha, insyaallah Allah akan mempermudah jalan nya.

Mumpung ini masih pagi, aku berniat pergi ke pasar untuk membeli beberapa bahan-bahan kue untuk besok pagi supaya tidak terlalu mendadak dan kebetulan mas Arman dan anak-anak masih di rumah mertua ku.

Dorr!

Dorr!

Dorr!

"Rina! Keluar kamu!"

"Astagfirullah, suara siapa itu?" gumam ku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 24

    POV author.Tangan Arman gemetar saat menerima kartu undangan pernikahan manatan istrinya. Bahkan ia tak berani untuk membuka apalagi membaca tulisan di dalamnya. Arman tak sanggup membaca nana mantan istrinya bersanding dengan lelaki lain.Dengan langkah gontai, lelaki itu masuk kedalam rumah nya sambil berlinang air mata. Entah mengapa rasa nya begitu sakit saat sang mantan akan menikah lagi. Padahal mereka sudah tidak ada hubungan apapun lagi. Tapi tetap, hati Arman terasa amat sakit."Kartu apa itu, Arman?" tanya bu Nani s sambil mengambil kartu tersebut dari atas meja.Dengan cepat, Bu Nani membuka kartu tersebut tanpa membaca siapa pengirimnya. Wanita itu terkejut, matanya membulat serta mulutnya menganga."Ada apaan sih, Bu? Kok, ekspresi nya kayak gitu banget!" Anita datang dari arah belakang, dengan cepat gadis yang sekarang sedang hamil 3 bulan tersebut mengambil kartu undangan tersebut dari tangan sang ibu, lalu membacanya.Sama seperti Bu Nani. Gadis itu juga sangat terke

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 23

    Aku terenyuh dengan ucapan mas Haikal. Kalau di lihat dari raut wajahnya, dia serius mengatakan itu. Tapi entah mengapa, mendengar semua itu hatiku malah merasa sedih. Kegagalan rumah tangga ku dengan mas Arman membuat aku trauma untuk memulai nya lagi."Maaf, Mas. Aku masih betah sendiri," ucapku."Tapi mau sampai kapan, Rina? Kamu bercerai udah mau dua tahun, harus butuh waktu berapa lama lagi untuk kamu bisa membuka hati untuk orang lain, setidaknya aku!" ucap mas Haikal.Tubuhku bergetar, hatiku semakin tidak karuan. "Tapi aku belum siap, Mas. Maaf, aku permisi."Aku segera beranjak pergi dari tempat itu dan meninggalkan mas Haikal sendiri di sana. Aku tahu dia pasti kecewa, namun aku juga tidak tahu apa aku mencintai nya atau tidak.Hari berganti malam, walaupun malam sudah larut tapi aku masih terjaga. Kata-kata mas Haikal masih terngiang jelas di telinga ku. Ingin melupakannya dan menganggap semua itu tidak pernah terjadi nyatanya tidak bisa. Di dalam kamar terasa panas, padaha

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 22

    Siang itu aku mendapat telpon dari seorang karyawan yang bekerja di restoran ku. Katanya, di sana terjadi keributan oleh seseorang yang mengaku sebagai keluarga ku. Aku penasaran, siapa orang yang sudah mengaku sebagai saudara ku sehingga siang itu juga aku langsung datang ke TKP."Ada apa ini ribut-ribut?" tanyaku setibanya di sana. Semua orang diam saat mendengar suaraku. Dan kedua wanita itu berbalik badan menatap ku."Bu Nani, Anita?""Bu Rina, ini orangnya. Mereka sudah pesan makanan banyak di restoran kita, tapi mereka nggak mau bayar. Mereka bilang, katanya mereka saudara nya Bu Rina," pungkas karyawati yang menahan mereka berdua.Wajah ibu pucat pasi, begitu juga dengan Anita. Gadis yang dulu pernah menyiram ku dengan kuah bakso, dia terlihat tertunduk malu. Entah emang beneran malu atau ada alasan lain, ah aku nggak peduli lagi."Dulu memang mereka keluarga ku, tapi sekarang bukan," tegas ku."Tuh denger sendiri kan! Jadi kalian cepat bayar!" "Rina, saya ini masih nenek nya

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 21

    POV Arman.Satu tahun terkahir, setelah aku resmi bercerai dari Rina dan menikah wanita pilihan ibu, kehidupanku ternyata tidak lebih baik saat aku masih mengarungi bahtera rumah tangga bersama Rina.Liana, wanita pilihan ibu, ternyata dia bukan wanita baik-baik. Dia mau menikah denganku karena mengincar sesuatu dariku, harta satu-satunya yang aku miliki telah dia jual demi menutupi hutang-hutang nya sebelum menikah dengan ku tanpa sepengetahuan ku. Kini hidupku semakin tidak jelas karena sudah tidak punya apapun, apalagi sekarang bapak sudah meninggal dan ternyata meninggalkan hutang yang jumlahnya sangat banyak sehingga aku dan ibu terpaksa menjual semua aset-aset yang kami miliki demi menutup hutang-hutang bapak. Hanya rumah ini satu-satunya yang kami miliki. Pekerjaan pun mendadak sepi, sehingga aku hanya mengandalkan dari hasil kerja serabutan itu pun kalau ada orang yang membutuhkan jasa ku. Dari hasil usaha ku aku harus membaginya dengan ibu, istri dan juga adik ku sehingga aku

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 20

    Satu tahun sudah aku menyandang setatus janda. Tidak mudah bagiku melewati masa-masa itu, di mana aku harus menjadi ayah sekaligus ibu untuk kedua anakku. Setelah kami bercerai, mas Arman lepas tanggung jawab begitu saja, aku tidak masalah kalau dia tidak memberikan nafkah untuk anak ku, karena Alhamdulillah tanpa uang nya pun aku bisa memberikan materi yang cukup untuk anakku. Yang membuat aku merasa sedih, dia tidak pernah sekalipun mengunjungi anak-anaknya padahal aku tidak pernah melarangnya untuk bertemu dengan anak-anaknya.Dalam satu tahun ini Alhamdulillah usaha ku sudah berkembang. Dulu hanya warteg biasa, kini sudah menjadi rumah makan atau yang di sebut restoran. Omset yang di dapat dalam satu bulan, bisa mencapai puluhan atau bahkan ratusan juta itu total dari keseluruhan. Aku bersyukur atas semua rejeki yang Allah berikan padaku.Dari hasil kerja keras ku selama ini, aku berhasil membangun rumah impian di pinggir kota dengan model minimalis modern dan Alhamdulillah juga,

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 19

    Hari ini, tepat di hari Senin aku dan mas Arman menggelar sidang putusan di pengadilan. Aku sudah tidak sabar menanti hari ini, setelah hari ini aku akan terbebas dari hubungan yang begitu menyiksa batin ku.Aku datang di temani oleh bapak, Ratna dan juga pengacara ku. Ibu sebenarnya ingin ikut, namun aku larang. Aku takut ibu sedih melihat aku seperti ini.Aku dan Ratan duduk di bangku sambil menunggu pak hakim dan yang lainnya datang termasuk mas Arman. Dari tadi aku belum melihat wajah nya, apa mungkin dia tidak datang lagi? Tapi rasanya tidak mungkin, ini adalah sidang terakhir untuk kami."Bu Rina, pak Arman kalian di panggil pak jaksa," ucap seseorang yang baru saja keluar dari ruangan itu.Deg!Aku terkejut saat nama ku di panggil. Jujur, aku sangat-sangat gugup sekaligus takut. Takut kalau mas Arman beneran tidak datang, tentu sidang nya bakal di tunda lagi dan itu sangat merugikan waktu ku.Hari ini aku sengaja tutup warung sementara, aku ingin masalah ku dengan mas Arman seg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status