Share

bab 5

Penulis: Kirani senja.
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-26 20:32:12

Pagi itu sekitar pukul 10:00 WIB Arman dan kedua buah hatinya pergi ke rumah orang tuanya untuk menyelesaikan masalah antara istrinya dan kedua orang tuanya.

Setibanya di sana, Dani enggan masuk kedalam rumah neneknya dan memilih untuk duduk di motor saja.

"Kenapa kamu nggak mau ikut masuk, Nak?" tanya Arman kepada bocah laki-laki itu.

"Tidak Ayah. Dani takut," jawab nya.

"Takut? Takut kenapa, Nak?"

"Aku takut Nenek sama kakek marah lagi seperti kemarin," jawab Dani dengan polos nya.

Dani yang kini duduk di bangku TK B di usia nya yang masih terbilang sangat kecil untuk mengerti semua nya, tapi sepertinya kejadian dua hari yang lalu masih membekas di dalam ingatan nya.

Arman tidak mempermasalahkan Dani yang enggan ikut masuk dengan nya. Lelaki itu kemudian menggendong si kecil Kirani dan membawa nya masuk kedalam rumah yang cukup besar itu.

"Asalamulikum," ucap Arman seraya masuk bersama putri bungsunya.

"Waalaikumsalam," jawab Bu Nani dan pak Wahyu serentak.

Mereka tersenyum senang saat melihat putranya datang. Bu Nani langsung mengambil Kirani dari pangkuan Arman, namun gadis kecil itu malah mengais, Bu Nani kemudian urungkan niatnya dan memberikan gadis kecil itu tetap di dalam gendongan ayah nya.

"Bagus kamu datang Arman. Ada yang ingin ibu bicarakan sama kamu. Ini soal istri mu, Rina. Ibu selama ini sudah cukup sabar menerima dia menjadi menantu Ibu, padahal Ibu sama sekali tidak suka pada nya. Wanita itu memang pembawa sial, Arman. Ibu mau kamu ceraikan dia!"

Deg!

Arman diam saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut ibu nya. Arman tahu dari dulu memang ibu nya tidak menyukai Rina tapi hari permintaan ibu nya sungguh di luar dugaan.

"Bu, aku nggak bisa menceriakan Rina begitu saja. Pernikahan kami juga baik-baik saja, tidak ada masalah. Terus alasan apa yang harus aku kata sama Rina kalau aku harus menceraikan nya?" ucap Arman.

Wajah Bu Nani langsung berubah seketika saat mendengar jawaban dari Arman. Gigi nya di rekatkan kuat-kuat sehingga terdengar bunyi seperti keret-keret.

Pak Wahyu juga sama, ia terlihat tidak senang dengan jawaban Arman barusan.

"Ibu pokonya tidak mau tahu, Arman. Kamu harus menceriakan dia sekarang juga. Masih banyak wanita yang lebih baik di luar sana, Arman. Kalau kamu masih tetep bersama Rina, kehidupan kamu akan tetap miskin karena wanita itu turunan dari keluarga miskin."

"Cukup, Bu! Sudah cukup. Jangan katakan itu lagi. Rina adalah istri ku, aku tidak terima jika ibu terus menghina nya," ucap Arman.

"Kamu bernai sama Ibu, Amran?"

Nani seakan tak percaya, putra yang kini berusia 35 tahun tersebut berani membantah ucapan apa lagi hanya demi istri nya itu.

"Maafkan akun Bu. Aku bukan bermaksud kurang ajar sama Ibu, tetapi_"

"Tetapi apa? Tetapi Rina istri mu, iya? Hanya karena wanita itu kamu berani membentak Ibu, Arman! Ibu yang sudah melahirkan kamu ke dunia ini, bukan wanita itu. Tapi hari ini kamu benar-benar sudah keterlaluan semua ini tidak bisa di biarkan. Wanita itu harus di beri pelajaran," ucap Bu Nani, geram.

"Ibu mau kemana?" tanya pak Wahyu.

Bu Nani tidak bisa menahan rasa kesalnya kepada Rina, sehingga detik ini juga wanita itu berniat untuk menemui nya dan memberikan pelajaran kepada menatu nya itu.

"Bu, jangan Bu. Jangan membuat masalah lagi dengan Rina. Kalau tidak rumah tangga ku akan hancur," pinta Arman memohon.

"Amran dengar! Selema ini Ibu yang membantu kamu untuk membiayai kebutuhan rumah tangga mu, tapi istri kamu tidak tahu diri. Berani-beraninya dia menyuruh kamu untuk durhaka sama Ibu!"

"Rina tidak menyuruhku untuk mengatakan ini. Aku hanya ingin Ibu dan istriku bermai, itu saja."

"Berdamai kata mu! Ibu tidak akan bisa berdamai dan menerima orang miskin menjadi menantu Ibu!"

"Bu, aku yang miskin. Aku yang tidak becus usaha. Jadi kalau Ibu mau menyalah, salahkan saja aku, Bu!" ucap Arman.

Arman tidak tahu lagi harus berbuat apa, kedatangan nya bukan memberikan solusi namun malah menambah pelik masalah yang ada.

Bu Nani tidak peduli dengan ucapan Arman. Wanita itu memaksa untuk pergi menemui menantunya itu seorang diri.

Melihat kegaduhan yang ada di rumah itu, tiba-tiba Kirani gadis kecil berusia tiga tahun itu menangis histeris. Arman yang berniat untuk menyusul ibu nya, namun terhalang karena Kirani yang terus menangis tanpa henti.

"Bapak, tolong hentikan ibu," ucap Arman, lirih.

"Biarkan ibu mu melakukan apa yang ingin dia lakukan. Dan bapak mendukung nya." ucap Pak Wahyu.

"Astagfirullah, apa bapak mau rumah tangga ku hancur?"

"Kamu tenang saja, bapak sama ibu sudah menyiapkan wanita yang lebih baik dari si Rina."

Arman menggelengkan kepalanya, ia tak menyangka ternyata bapak dan ibunya tenyata sama saja. Sama-sama mengingatkan rumah tangga nya hancur. Tidak banyak yang bisa Arman lakukan karena Kirani masih menangis dan ibu nya juga sudah pergi ke rumah nya yang berada di RT sebelah.

****

Setibanya di depan pintu rumah menantunya, wanita itu langsung menggedor-gedor pintu rumah itu dengan sekuat tenaga.

Dorr!

Dorr!

Dorr!

"Rina, keluar kamu!" panggil nya.

"Rian!" teriak nya lagi lebih kencang dan di iringi ketukan pintu yang lebih keras sehingga membuat jendela rumah ku ikutan bergetar.

Aku hapal betul siapa pemilik suara itu, itu adalah suara ibu mertua ku, Bu Nani. Ku langkahkan kaki berjalan menuju pintu dengan perasaan dibuat setenang mungkin.

Cklek.

"Buka pintu saja lama banget! Ngapain saja di dalam? Tidur yah?" tuduh nya sembari nyelonong masuk kedalam rumah dan berdiri di ruang tamu.

Aku mendengus kasar, pasti kedatangan nya kali ini akan menghina ku lagi.

"Duduk, Bu," ucap ku berusaha untuk ramah pada nya, bagaimana pun dia adalah orang tua yang perlu di hormati.

Namun mertua ku dengan angkuhnya menolak untuk duduk dan memilih untuk tetap berdiri.

"Rina kamu ngomong apa sama Arman, hah? Kamu jelek-jelekin saya, iya? Kamu mau membuat anak menjadi durhaka sama ibunya sendiri. Ingat Rina! Arman itu terlahir dari rahim saya dan hari ini untuk pertama kalinya dia menasehati saya semua itu gara-gara kamu!" Sentak nya sambil menunjuk-nunjuk wajahku dengan sangat murka.

"Saya tidak meminta mas Arman untuk durhaka sama ibu. Saya cuma meminta pembelaan dari dia karena dia adalah suamiku itu saja!" tegas ku.

Dulu aku selalu diam saat mertua ku bicara apa saja padaku, namun setelah kejadian itu, aku tertantang untuk menjadi sedikit lebih berani.

Harga diriku yang sedang di pertaruhan sekarang, aku tidak mau ada orang lain yang menjatuhkan harga diri ku lagi cukup dan cukup.

"Dengerin ucapan saya baik-baik, Rina. Sayang menyesal karena dulu merestui Arman menikah dengan kamu, wanita miskin. Coba saja waktu itu Arman nurut dan mau menikah dengan gadis pilihan saya pasti sekarang hidupnya sudah bergelimang harta. Tapi dia memilih batu kali dari pada batu permata."

Aku tersenyum mendengar ucapan ibu mertua ku, mana ada gadis kaya yang mau punya suami cuma seorang kuli bangunan. Bersyukur aku mau menerima nya tapi di malah tidak peduli.

"Bu, kalau Ibu mau menjodohkan mas Arman, silahkan saja. Aku nggak keberatan. Lagi pula, di jaman sekarang mana ada cewek kaya mau sama seorang kuli bangunan," decit ku.

Sekali-kali bicara seperti itu nggak apa-apa deh. Biar ibu mertuaku sadar.

Namun bukan sadar, wanita itu malah semakin menggila.

"Saya akan pastikan secepatnya kamu akan menjadi janda!" cetusnya sambil keluar dari rumah ku.

"Janda?" gumaman ku.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 24

    POV author.Tangan Arman gemetar saat menerima kartu undangan pernikahan manatan istrinya. Bahkan ia tak berani untuk membuka apalagi membaca tulisan di dalamnya. Arman tak sanggup membaca nana mantan istrinya bersanding dengan lelaki lain.Dengan langkah gontai, lelaki itu masuk kedalam rumah nya sambil berlinang air mata. Entah mengapa rasa nya begitu sakit saat sang mantan akan menikah lagi. Padahal mereka sudah tidak ada hubungan apapun lagi. Tapi tetap, hati Arman terasa amat sakit."Kartu apa itu, Arman?" tanya bu Nani s sambil mengambil kartu tersebut dari atas meja.Dengan cepat, Bu Nani membuka kartu tersebut tanpa membaca siapa pengirimnya. Wanita itu terkejut, matanya membulat serta mulutnya menganga."Ada apaan sih, Bu? Kok, ekspresi nya kayak gitu banget!" Anita datang dari arah belakang, dengan cepat gadis yang sekarang sedang hamil 3 bulan tersebut mengambil kartu undangan tersebut dari tangan sang ibu, lalu membacanya.Sama seperti Bu Nani. Gadis itu juga sangat terke

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 23

    Aku terenyuh dengan ucapan mas Haikal. Kalau di lihat dari raut wajahnya, dia serius mengatakan itu. Tapi entah mengapa, mendengar semua itu hatiku malah merasa sedih. Kegagalan rumah tangga ku dengan mas Arman membuat aku trauma untuk memulai nya lagi."Maaf, Mas. Aku masih betah sendiri," ucapku."Tapi mau sampai kapan, Rina? Kamu bercerai udah mau dua tahun, harus butuh waktu berapa lama lagi untuk kamu bisa membuka hati untuk orang lain, setidaknya aku!" ucap mas Haikal.Tubuhku bergetar, hatiku semakin tidak karuan. "Tapi aku belum siap, Mas. Maaf, aku permisi."Aku segera beranjak pergi dari tempat itu dan meninggalkan mas Haikal sendiri di sana. Aku tahu dia pasti kecewa, namun aku juga tidak tahu apa aku mencintai nya atau tidak.Hari berganti malam, walaupun malam sudah larut tapi aku masih terjaga. Kata-kata mas Haikal masih terngiang jelas di telinga ku. Ingin melupakannya dan menganggap semua itu tidak pernah terjadi nyatanya tidak bisa. Di dalam kamar terasa panas, padaha

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 22

    Siang itu aku mendapat telpon dari seorang karyawan yang bekerja di restoran ku. Katanya, di sana terjadi keributan oleh seseorang yang mengaku sebagai keluarga ku. Aku penasaran, siapa orang yang sudah mengaku sebagai saudara ku sehingga siang itu juga aku langsung datang ke TKP."Ada apa ini ribut-ribut?" tanyaku setibanya di sana. Semua orang diam saat mendengar suaraku. Dan kedua wanita itu berbalik badan menatap ku."Bu Nani, Anita?""Bu Rina, ini orangnya. Mereka sudah pesan makanan banyak di restoran kita, tapi mereka nggak mau bayar. Mereka bilang, katanya mereka saudara nya Bu Rina," pungkas karyawati yang menahan mereka berdua.Wajah ibu pucat pasi, begitu juga dengan Anita. Gadis yang dulu pernah menyiram ku dengan kuah bakso, dia terlihat tertunduk malu. Entah emang beneran malu atau ada alasan lain, ah aku nggak peduli lagi."Dulu memang mereka keluarga ku, tapi sekarang bukan," tegas ku."Tuh denger sendiri kan! Jadi kalian cepat bayar!" "Rina, saya ini masih nenek nya

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 21

    POV Arman.Satu tahun terkahir, setelah aku resmi bercerai dari Rina dan menikah wanita pilihan ibu, kehidupanku ternyata tidak lebih baik saat aku masih mengarungi bahtera rumah tangga bersama Rina.Liana, wanita pilihan ibu, ternyata dia bukan wanita baik-baik. Dia mau menikah denganku karena mengincar sesuatu dariku, harta satu-satunya yang aku miliki telah dia jual demi menutupi hutang-hutang nya sebelum menikah dengan ku tanpa sepengetahuan ku. Kini hidupku semakin tidak jelas karena sudah tidak punya apapun, apalagi sekarang bapak sudah meninggal dan ternyata meninggalkan hutang yang jumlahnya sangat banyak sehingga aku dan ibu terpaksa menjual semua aset-aset yang kami miliki demi menutup hutang-hutang bapak. Hanya rumah ini satu-satunya yang kami miliki. Pekerjaan pun mendadak sepi, sehingga aku hanya mengandalkan dari hasil kerja serabutan itu pun kalau ada orang yang membutuhkan jasa ku. Dari hasil usaha ku aku harus membaginya dengan ibu, istri dan juga adik ku sehingga aku

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 20

    Satu tahun sudah aku menyandang setatus janda. Tidak mudah bagiku melewati masa-masa itu, di mana aku harus menjadi ayah sekaligus ibu untuk kedua anakku. Setelah kami bercerai, mas Arman lepas tanggung jawab begitu saja, aku tidak masalah kalau dia tidak memberikan nafkah untuk anak ku, karena Alhamdulillah tanpa uang nya pun aku bisa memberikan materi yang cukup untuk anakku. Yang membuat aku merasa sedih, dia tidak pernah sekalipun mengunjungi anak-anaknya padahal aku tidak pernah melarangnya untuk bertemu dengan anak-anaknya.Dalam satu tahun ini Alhamdulillah usaha ku sudah berkembang. Dulu hanya warteg biasa, kini sudah menjadi rumah makan atau yang di sebut restoran. Omset yang di dapat dalam satu bulan, bisa mencapai puluhan atau bahkan ratusan juta itu total dari keseluruhan. Aku bersyukur atas semua rejeki yang Allah berikan padaku.Dari hasil kerja keras ku selama ini, aku berhasil membangun rumah impian di pinggir kota dengan model minimalis modern dan Alhamdulillah juga,

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 19

    Hari ini, tepat di hari Senin aku dan mas Arman menggelar sidang putusan di pengadilan. Aku sudah tidak sabar menanti hari ini, setelah hari ini aku akan terbebas dari hubungan yang begitu menyiksa batin ku.Aku datang di temani oleh bapak, Ratna dan juga pengacara ku. Ibu sebenarnya ingin ikut, namun aku larang. Aku takut ibu sedih melihat aku seperti ini.Aku dan Ratan duduk di bangku sambil menunggu pak hakim dan yang lainnya datang termasuk mas Arman. Dari tadi aku belum melihat wajah nya, apa mungkin dia tidak datang lagi? Tapi rasanya tidak mungkin, ini adalah sidang terakhir untuk kami."Bu Rina, pak Arman kalian di panggil pak jaksa," ucap seseorang yang baru saja keluar dari ruangan itu.Deg!Aku terkejut saat nama ku di panggil. Jujur, aku sangat-sangat gugup sekaligus takut. Takut kalau mas Arman beneran tidak datang, tentu sidang nya bakal di tunda lagi dan itu sangat merugikan waktu ku.Hari ini aku sengaja tutup warung sementara, aku ingin masalah ku dengan mas Arman seg

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status