Share

SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI
SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI
Author: DEAR GREEN

PESAN SAYANG

Author: DEAR GREEN
last update Last Updated: 2023-11-25 20:29:02

“Sayang?” Aku tak sengaja membaca pesan masuk ke aplikasi chat berwarna hijau milik suamiku. Keningku berkerut bingung. Pasalnya, kontak pengirimnya dengan nama laki-laki.

Sebuah nomor yang diberi nama ‘Suparman’ mengirim pesan aneh. Tak ada pesan apapun sebelumnya. Sejenak aku berpikir, apakah ini teman Bang Arlan yang iseng?

“Ada apa, Bund?” Suara Bang Arlan mengejutkanku. Raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan ketika melihat ponselnya berada di tanganku. “Bunda ngapain pegang HP Ayah?” tanyanya lagi, setelah beberapa detik aku tak menanggapi.

"Ini..." Aku menyerahkan benda pipih itu padanya dengan ruang obrolan masih terbuka. Sengaja, supaya dia bisa melihat apa yang baru saja aku baca.

Dia tampak terkejut, namun akhirnya tertawa. "Ya ampun si Suparman itu temen Ayah waktu SD dulu, dia emang sering iseng begitu orangnya," ucapnya menjelaskan. “Pasti mau pinjam uang dia nih,” tebaknya sembari meraih ponselnya dari tanganku.

"Coba telepon dia! Siapa tau penting," pintaku, untuk membuktikan bahwa ucapannya benar.

"Ok, bentar ya..." Suamiku yang bernama Arlan Suranta itu menekan tombol panggilan dengan tenang, tidak tampak dari sikapnya bahwa dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku.

Selama delapan tahun menikah, Bang Arlan selalu memperlakukanku dengan baik. Semua kebutuhanku dan Chika—anakku yang baru berusia 7 tahun, selalu terpenuhi. Bang Arlan juga suami yang giat bekerja, sikapnya ceria dan humoris.

Bisa jadi dia mempunyai teman yang kelakuannya sama dengannya, suka iseng dan bercanda. Tetapi, dua bulan terakhir ini memang ada yang berbeda dari suamiku yang jarang mau menyentuhku dan sering lupa memberiku uang belanja.

"Halo.. Suparmannya ada? Ooh.. mbak istrinya, ya? Maaf sudah mengganggu.." Terdengar suamiku sedang berbicara dengan seseorang dari teleponnya, aku mengerutkan kening sambil mendekat.

"Aktifkan loudspeaker-nya!" bisikku, Bang Arlan mengangguk, lalu menuruti perintahku.

"Maaf ya, tadi si Suparman itu ngirim WA 'sayang' sama saya, terus terbaca sama istri saya dan dia curiga, ya sudah nanti kalau Suparman sudah selesai mandi, suruh menghubungi saya, ya!" Bang Arlan nyerocos tanpa memberikan seseorang di seberang sana kesempatan untuk menjawab.

"Oke!" Suara seorang perempuan akhirnya terdengar olehku. Dari nada bicaranya, seperti dia sedang kesal. Lalu telepon dimatikan begitu saja.

"Tuh kan.. bininya marah," ujar Bang Arlan, lalu pergi meninggalkanku keluar kamar. Saat dia mandi tadi, aku memang sibuk berberes rumah, mengurus Chika berangkat sekolah, lalu kembali ke kamar dan melihat ponsel suamiku menyala karena ada notifikasi masuk.

Aku sampai lupa tujuanku ke kamar untuk mengambil ponsel milikku yang sedang diisi daya. Aku ingin mengabari ibu, bahwa hari ini aku ingin berkunjung setelah menjemput Chika pulang sekolah.

“Bundaaaa…” Panggilan Bang Arlan menyadarkan lamunanku. Aku tergesa menghampirinya ke meja makan. “Bunda cuma masak ini doang?” tanya suamiku ketika membuka tudung saji.

Hari ini aku hanya membuat telur dadar, karena semua stok bahan makanan di kulkas habis. Semua ini karena suamiku lupa memberi uang belanja. Biasanya dia selalu memberikan uang belanja seminggu sekali.

Aku mengangguk dan tersenyum tipis. “Abang kan udah seminggu lebih  belum kasih Bunda uang belanja. Semua stok bahan abis,” jawabku.

Bang Arlan menepuk jidatnya sambil melotot. “Ya ampun, Ayah lupa. Maaf ya, Bund.” Pria itu sibuk mengeluarkan dompetnya. “Aduh, Bund. Gimana ya,” ucapnya dengan ekspresi bingung.

“Kenapa?” tanyaku.

“Ayah lupa ke ATM, jadi ini gak ada uang cash. Tinggal selembar ini doang, buat pegangan Ayah di jalan, ntar.” Dia menunjukkan selembar uang merah. “Mana ATM-nya ketinggalan di kantor lagi,” gumamnya.

“Makanya buat M-Banking dong, Yah. Jadi kalau gak punya uang cash kayak gini kan bisa transfer ke akun e-wallet Bunda,” keluhku.

Aku menarik napas kasar.  Ini bukan pertama kalinya dia lupa memberiku uang belanja dan beralasan ATM-nya tertinggal atau dompetnya tertinggal di kantor.

Sudah dua bulan belakang ini, suamiku selalu pulang lembur dan sering lupa dengan jatahku, terutama jatah untuk batinku. Alasannya karena banyak kerjaan, kecapean, dan akhirnya lupa. Aku memaklumi, karena sudah hampir setahun ini, suamiku naik jabatan menjadi Manager di perusahaannya. Tentu pekerjaannya juga bertambah. Aku yang hanya tamatan SMA, tak tahu apa-apa soal pekerjaan kantoran.

“Ya udah, ntar Bunda ke kantor Ayah aja sekalian jemput Chika pulang sekolah,” ujarku.

Bang Arlan tampak panik. “Eh, ngpain Bunda ke kantor. Gak usah lah, ntar Ayah transfer aja uangnya, ya!” bujuknya. “Oh ya, Chika mana?”

Bang Arlan baru sadar kalau sejak tadi Chika tidak bersama kami.

“Chika sudah pergi duluan, Yah. Nungguin kamu bisa telat dia. Nebeng tadi sama Mamanya Cecil.” Aku menjawab sambil memperhatikannya yang sedang sarapan nasi putih dan telur dadar dengan rasa malas.

Setelah selesai sarapan, Bang Arlan pamit berangkat kerja. Dia tersenyum hangat menatapku, aroma parfumnya membuatku bergairah, aku mengerlingkan mata sambil bergelayut manja di lengannya untuk menggoda. Sudah lama Bang Arlan belum memberiku nafkah batin. Selalu pulang larut malam, sudah kelelahan dan aku pun terkadang sudah tertidur. Sementara waktu diakhir pekan, selalu kami habiskan bersama Chika.

"Bang... ayo bikin adek buat Chika..." bisikku dengan suara sedikit mendayu.

Bang Arlan malah tertawa keras. "Maaf, Bund. Ntar Ayah telat loh ini.. besok ya.. malam ini Ayah lembur lagi."

Aku mencebik, kesal.

"Sabar ya, setelah proyek ini tuntas, Ayah bakal lebih cepat pulangnya.." Dia membelai rambutku seraya meminta pengertian.

Setelah mengecup keningku, Bang Arlan berlari kecil menuju garasi sambil berkali-kali melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Tak lama, mobil yang baru beberapa bulan ini Bang Arlan beli secara kredit, keluar meninggalkan rumah. Aku sempat melambaikan tangan, tetapi dia mengabaikanku.

Aku teringat kembali dengan Si Suparman itu, karena baru pertama kali ini aku mendengar namanya. “Apa karena dia sering meminjam uang, makanya suamiku itu jadi lupa memberiku uang belanja?” gumamku.

Satu jam kemudian, masuk pemberitahuan ke ponselku bahwa uang belanja sudah masuk sebesar dua ratus ribu.

[Bund, udah masuk uangnya, kan? Itu sekalian untuk ongkos ke rumah Ibu, ya. Maaf aku gak bisa antar.] tulis Bang Arlan pada pesan WA.

Aku masih sibuk memperhatikan nama akun pemilik bank yang baru saja men-transfer uang ke rekeningku, dan juga jumlah uang yang masuk. Biasanya Bang Arlan memberi uang belanja lima ratus ribu, namun belakangan ini selalu kurang. Tetapi aku tidak protes dan kuterima saja.

[Yunita siapa, Bang?] tanyaku, membalas pesan Bang Arlan dan tidak bertanya menengenai jumlah uang yang dia berikan.

[Dia karyawan disini, Abang minta tolong sama dia] jawab Bang Arlan.

Tak berpikir panjang, aku langsung ke pasar untuk berbelanja kebutuhan dapur. Saat melihat cumi-cumi dan pete, aku teringat suamiku. Dia sangat suka balado cumi-cumi dan pete. Dengan hati riang, aku pulang untuk segera memasak makanan kesukaan suamiku dan berniat ke kantornya untuk mengantarkan makan siang, tentunya tanpa memberitahu lebih dulu karena aku ingin sesekali memberinya kejutan.

 “Sekalian ke rumah Ibu, singgah bentar ke kantornya Bang Arlan, dah.” Aku bicara sendiri sembari berkutat di dapur. Karena ini hari jumat, jam pulang sekola Chika akan lebih awal.

Setelah masak dan menyiapkan semua barang Chika yang akan dibawa ke rumah neneknya, aku bergegas menjemputnya ke sekolah. Sekali jalan ke kantor Bang Arlan lalu ke rumah Ibu karena searah.

Namun, saat sampai di kantornya, seorang Resepsionis dengan enggan mengizinkanku ke ruangan Bang Arlan. Tetapi, ada seorang pria berpenampilan rapi dan sangat tampan menegur Resepsionis itu, dia memperbolehkanku untuk mengantar makan siang ke lantai tiga, dimana suamiku bekerja. Kami berada dalam satu lift dan menuju lantai yang sama, lelaki itu hanya diam dengan wajah datarnya. Matanya fokus menatap ke depan.

“Om… kok om ganteng banget?” ucap Chika tiba-tiba nyeletuk.

Aku langsung membungkam mulut anakku dan menunduk sambil nyengir ke arah lelaki itu. “Maaf, anak saya suka iseng kayak Ayahnya.”

Lelaki itu hanya tersenyum tipis ke arah Chika, lalu dia berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Chika. “Banyak yang bilang begitu,” ucapnya dengan suara sedikit berbisik.

Pintu lift terbuka, pria berjas hitam itu melangkah lebar dengan kakinya yang jenjang, lalu masuk ke sebuah ruangan. Sementara aku langsung menuju ruangan suamiku yang sudah diberi petunjuk oleh Resepsionis tadi.

Baru akan membuka hendel pintu, aku mendengar suara manja dan tawa seorang wanita di dalam ruangan tersebut. Aku berdiam cukup lama disana, bingung. Jika aku masuk dan mendapati suamiku macam-macam dengan wanita lain, pasti Chika akan terluka.

“Nak… kayaknya lain kali aja kita temui Ayah di kantor, ya.” Aku berjongkok dan meletakkan kotak makan siang ke lantai. Chika mengerutkan kening. “Kayaknya Ayah lagi sibuk banget banyak kerjaan,” sambungku.

“Tapi kan…” Chika cemberut dan tampak keberatan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Titik Saraswati
ah perempuan bodoh ..gak peka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   AKHIR YANG DITEMPUH

    “Memang saya pelakunya,” ucap Tante Rusni dengan kepala menunduk.Setelah ketahuan bahwa dirinya menemui Aditya yang merupakan mantan calon menantunya untuk membantunya mencari Yunita yang beberapa hari ini menghilang, aku tidak berhenti bertanya hingga akhirnya tante Rusni lelah dan mengakui bahwa dirinyalah yang telah menjebakku di acara reuni sekaligus pengumuman oleh Yunita bahwa dirinya akan menikah. Saat itu, aku bahkan tidak mengingat wajah calon suami Yunita.“Kenapa tante tega ngelakuin itu sama Gita? Apa salah Gita sama tante?” Aku mulai terisak. Perih sekali hati ini ketika wanita yang sama kuhormati seperti ibuku sendiri ternyata diam-diam menyakiti lahir dan batinku.Percakapan kami saat ini sedang direkam video oleh Angga sebagai bukti untuk berjaga-jaga. Sebab, orang jahat dan licik bisa mengulangi perbuatannya jika ada kesempatan.“Tante minta maaf, Gita. Tante sudah memberikanmu minuman untuk menghilangkan kesadaranmu, lalu menyuruh Aditya untuk berhati-hati dan janga

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   MIE INSTAN BERISI BERLIAN

    “Kamu yakin gak mau ambil lagi rumah itu? Atau kamu mau aku renovasi semua bentuknya agar kamu bisa melupakan Arlan?” Angga berujar tanpa menoleh padaku, sedang tangannya sibuk menyusun berbagai stok makanan di dalam kulkas.Aku tidak mengindahkan ucapannya, yang kuperhatikan sejak tadi adalah, perhatiannya soal makanan. Lelaki ini sangat hobi membelikan makanan untuk orang lain. Aku duduk di mini bar dengan tangan menyanggah dagu. Semakin kuperhatikan, Angga semakin tampan meski wajahnya terlihat kaku dan jarang tersenyum, apalagi ekspresinya yang datar itu.“Kamu denger aku ngomong, gak?” Angga menyalakan kompor dan mendidihkan air, lalu menatapku dari dekat.Aku terkesiap ketika tiba-tiba mendapati dua bola matanya berada tepat di depanku. Bersamaan dengan degup jantung yang berdebar tak menentu.“Malah senyam-senyum sendiri. Apa aku terlihat seperti suami idaman?”Aku mendecih. “PD amat,” gumamku sambil melipat tangan ke dada.Dia tertawa keras dan menyiapkan mie instan ke dalam m

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   KUSERAHKAN

    “Baru kali ini aku mengenal orang segila Angga.” Aku menghela napas panjang dengan mata menatap langit-langit kamar.Hari yang melelahkan. Akhirnya aku kembali ke butik dan menginap di kamar lantai tiga, sebab rumah itu sudah kuserahkan pada Angga.Aku memang ingin menjualnya dan menebus kembali tanah peninggalan ayah. Tetapi, uang itu sudah diserahkan seluruhnya pada Bang Arlan.Kemarin, saat pertemuan terakhir kami, Bang Arlan masih dengan rasa gengsinya dan merasa harga dirinya dijatuhkan oleh Angga.“Saya tidak bisa menerima uang ini!” tegas Bang Arlan. Dari raut wajahnya, sepertinya dia memang serius. Aku jadi heran, kenapa dia menolak, padahal selama ini yang dia kejar hanya uang.“Apa permintaan saya susah, Pak Arlan?” tanya Angga dengan wajah yang ketat.Aku pun mengira setelah menerima uang miliaran, mereka akan pergi dan berhenti mengangguku, tapi ternyata Bang Arlan belum selesai.“Apa lagi yang kamu inginkan, Bang?” tanyaku dengan perasaan putus asa. “Kita selesaikan sampa

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   HANYA UANG

    “Pak Angga?” Yunita bersuara, memecahkan keheningan suasana yang menegang.Bang Arlan yang tadinya terpelongo karena terkejut, kini berubah pandangan menjadi sinis.“Kamu?” Aku juga tak sabar, kenapa bisa Angga yang menjadi pembelinya.“Apa anda tidak mau melayani saya sebagai pembeli rumah ini?” Angga bertanya dengan angkuh pada Bang Arlan yang seketika memasukkan ponselnya ke dalam tas setelah menekan tombol merah, mengakhiri panggilan.“Si*l!” Bang Arlan menggerutu dengan tangan mengepal dan rahang mengeras. “Sampai kapan kau akan terus ikut campur urusanku, hah?” Mata Bang Arlan melotot pada Angga dengan gigi yang dirapatkan, geram.Angga tertawa kecil dan melangkah maju, mendekati Bang Arlan.“Sampai kamu berhenti menganggu Gita.” Angga menyondongkan wajahnya dan sedikit berbisik pada Bang Arlan.“Wah, Cah Bagus! Apa kamu akan memberikan uang pada ibu kalau ibu berhasil membujuk Arlan untuk berhenti mengganggu Gita?” tanya Mamanya Bang Arlan dengan mata berbinar. Di kepalanya han

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   AKAN KUTUNGGU SAMPAI RAMBUT INI MEMUTIH

    “Chika ingat!” Putri kecilku itu berujar dengan tegas. “Nomornya B xx23 NJ.”Aku terperangah mendengar ucapan Chika. “Kamu cerdas sekali, Nak.” Aku berlutut, meraih tangannya. Dia hanya diam dengan ekspresi datar. Biasanya dia akan tersenyum manis jika kupuji, tapi hari ini, dia berubah sensi.“Chika mau ke kamar Nini dulu. Bunda boleh pergi selesaikan urusan dengan Ayah. Chika disini aja sama Nini.” Gadis kecilku itu melepas genggaman tanganku. “Nini, Chika ke kamar dulu ya, tinggal digoreng aja kan, donatnya?” Dia mengalihkan pandangan pada ibuku sambil berdiri, bersiap untuk meninggalkan dapur.Ibuku hanya mengangguk dengan senyum cerah. Gadis kecilku itu langsung pergi ke kamar Nini-nya dan mengunci pintu.Ibu mengusap bahuku dengan lembut. “Kamu yang sabar, ya, Nak. Chika, anak sekecil itu terlihat aneh jika bersikap seperti orang dewasa, tapi itu semua terjadi sebab tekanan batin yang dia rasakan. Bagaimana bisa dia menerima kenyataan secara tidak sengaja bahwa seorang pria yang

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   SERAKAH

    “Sayang … sini, biar bunda jelasin.” Aku merentangkan tangan, memintanya untuk datang ke pelukanku.Chika menggelengkan kepalanya sambil menangis sesenggukan. “Bunda sama ayah jahat! Bunda sama ayah gak sayang Chika!” Dia menjerit, meluapkan emosinya.“Chika … cucu Nini … sini sama Nini, Nak!” Ibuku yang sudah tenang berusaha membujuk gadis kecil itu, sedang aku terduduk di lantai menundukkan kepala.Meski dia benci dengan ayah bundanya, beruntung masih ada Nini yang menjadi labuhan hatinya.“Jangan terus menyalahkan bunda, Nak. Nanti kalau kamu udah besar, pasti mengerti kenapa semua ini terjadi,” ujar Ibuku memberikan Chika nasihat.Chika menenggelamkan kepalanya dalam pelukan ibu. “Tapi Chika gak mau ayah sama bunda pisah dan berantem, Nini. Chika maunya tante itu pergi jangan ganggu ayah lagi. Chika mau buang aja semua bonek itu!” Gadis kecil dengan dress rumahan berwarna merah muda itu membalik badan seketika dan menunjuk mainan baru yang diberikan Yunita.“Kalau Chika benci sama

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   MENDENGAR SEMUANYA

    “Astaghfirullah …” Ibu meneteskan air mata.Beliau sangat terkejut setelah mendengar semua ceritaku tentang Bang Arlan dan Yunita. Setelah tadi ibu memegangi dadanya dan mengatakan dia baik-baik saja, hanya reaksi terkejut saat merespon berita yang kusampaikan. Ibu memintaku menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutupi.“Bu … tapi Gita sekarang baik-baik aja. Ibu gak usah khawatir.” Aku berusaha menghiburnya yang tampak sangat terpukul menatapku dengan mata yang bergetar.“Bagaimana bisa kamu bilang baik-baik aja kalau ternyata Chika itu bukan anaknya Arlan. Lalu dia anaknya siapa, Nak?” Ibu sedikit berbisik dan mendekatkan wajahnya padaku. Air mata ibu akhirnya lolos setelah sejak tadi dia tahan.Aku terdiam sesaat.“Tentang itu, Gita juga sedang mencari tau, Bu. Dan sekarang sudah mendapat titik terang. Ada Angga yang membantu Gita.” Aku menjelaskan semuanya agar membuat Ibu tidak berpikir keras.Wanita yang melahirkanku itu menangis. Kepalanya menunduk dalam, dengan bahu terguncan

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   FIRASAT

    “Kamu…” Tante Rusni menunjukku dengan tangan gemetar. Dia seperti hendak protes. Dan mempertahankan sandiwaranya.Namun, aku mengalihkan keadaan ketika mendengar ponsel yang terus bergetar dari dalam tas.Aku menyibak rambut baru yang lurus sebahu berwarna kecoklatan ini lalu merogoh tas. Seketika panggilan yang sejak tadi berdering mati. Aku tak sempat menjawab panggilan dari ibu. Bola mataku melebar ketika pesan dari ibu sudah sejak tadi memberitahukan bahwa mantan suamiku datang bersama Yunita dan Mamanya Arlan.“Gita permisi dulu, Tante. Urusan kita belum selesai. Ada hal yang lebih penting saat ini.” Aku segra menyandang menyandang tasnya dan berlari terburu-buru menuju mobil.Tante Rusni ikut berjalan menuju pintu keluar dan melihatku dengan perasaan heran. Belum sempat dia mengutarakan apa pun yang sebenarnya sangat ingin kudengar, tetapi aku langsung pergi tanpa mendengarkan penjelasannya.“Ibu… ayo dong angkat telepon Gita!” Berkali-kali aku menekan tombol panggilan pada nomo

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   KENAPA TEGA?

    “Tante, gimana kabarnya? Tante lagi dimana?” Aku menelepon Tante Rusni, alias Mamanya Yunita dengan niat mengajaknya bertemu.“Kabar tante baik, Tante lagi di Bandung, ada apa, Git? Apa Yunita bikin masalah lagi sama kamu?” Suaranya terdengar mendayu terdengar sedang tak enak hati. “Tante minta maaf banget sama kamu ya, Gita. Kamu…”“Tante, maaf saya potong. Gimana kalau kita ketemuan aja buat bicarain semuanya?” ajakku.Dari seberang telepon aku mendengar desahan napas beratnya. Aku menerka, dia sedang keberatan dengan ajakanku.“Emm… gimana ya, tante agak sibuk belakangan ini, Git.” Dia akhirnya menolak.“Biar Gita aja yang ke Bandung, Tante. Gita sekalian mau ke rumah ibu. biar Gita mampir ke tempat tante,” ujarku menepis tolakannya.Dia terdiam sesaat, namun akhirnya menyetujui.“Oke deh. Kapan kamu mau datang?” tanya wanita itu.“Hari ini, Tante.”“Oke,” sahutnya dan telepon berakhir.Setelah kemarin mendengar penjelasan dari karyawanku yang bernama Chika, ciri-ciri yang dia sebu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status