Share

SUN TO YOUR NIGHT
SUN TO YOUR NIGHT
Penulis: Melodearose

Prolog

Aku menyesal.

Demi Tuhan, aku menyesal.

Sebab Mama sudah memintaku untuk menerima tawarannya untuk mengantarku pergi, tapi ku tolak. Mama juga meminta salah satu pekerjanya untuk mengantarku, dan aku juga menolaknya.

Dan sekarang, aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa.

Aku sedang dalam perjalanan pulang setelah mengantar uang kembalian dari penjualan hasil peternakan. Karena hanya mengantar kembalian dan tidak pergi lama, aku pikir tidak masalah jika tak diantar orang lain.

Aku pergi menggunakan sepeda oranye kesayanganku sejak dulu, dan lihatlah apa yang terjadi pada benda itu sekarang.

“Nona, sepedamu sudah rusak sekarang. Masih menolak untuk kami antar?” Lelaki berbadan besar yang berdiri  dua meter di depanku itu berkata. Dia dan tiga rekannya, melihatku seakan-akan melihat mangsa yang akan dilumat dalam sekali lahap.

Aku sedikit gemetaran, merasa takut sebab tempatku berpijak adalah ujung dari jalan sempit dan gelap yang diputus tembok besar.

“Siapa kalian sebenarnya? Apa mau kalian?” aku bertanya, dengan suara gemetar yang sebisa mungkin ditahan. Kalau aku panik dan bertindak gegabah, itu mungkin akan membahayakan diriku sendiri.

Para lelaki itu menatap kawanannya, sembari tertawa. Lalu mereka kembali menatapku, mengerikan.

“Kami datang untuk menjemputmu, dan membawamu.”

Aku makin mengerutkan kening, tak mengerti dengan apa yang lelaki berewok itu katakan. Lalu dia melanjutkan kata-katanya, “Kalau kau ikut kami, kau akan kami jadikan wanita penghibur yang populer, Nona! Satu kota akan mengenalimu dan kau akan dibayar mahal—”

“Minggir, gadis itu milik bos kami.” Suara lain memecah atensi kami yang ada di gang sempit itu. Suara yang berasal dari lelaki yang mungkin ada di kubu yang berbeda dengan lelaki berewok di hadapanku.

Empat orang yang menyebut diri mereka sebagai anggota Luciano itu memutar tubuh, menghadap rombongan yang berniat bergabung dalam pembicaraan.

“Ah, Heatens?”

“Iya. Kami anggota Heatens yang ditugaskan untuk membawa Nona McRay.”

Aku membulatkan mata. Apa lagi ini, Ya Tuhan?

“Tu-tunggu! Kenapa mau membawaku!? Siapa lagi kalian ini?” Keadaan terasa semakin runyam. Aku sempat berpikir tiga lelaki lain itu adalah bantuan.

“Ayahmu terjerat utang belasan tahun lalu dengan bos kami, dia tidak bisa membayar yang setimpal dan bos kami menginginkanmu untuk menjadi istrinya,” ungkap lelaki dari Heatens itu, membuat kepalaku makin pusing.

“Ha? Istri? Bos-mu yang tua dan bau tanah itu mau memperistri Nona McRay? Apa kalian tidak salah?”

“Tidak ada yang salah jika menyangkut perintah.”

“Nona McRay sudah jelas-jelas akan bahagia hidup sebagai wanita penghibur. Dia akan menjadi kebanggaan dunia bawah atas nama Luciano!”

“Gadis desa sepertinya tidak akan bisa menjadi wanita malam! Dia yang dibesarkan dengan lembut dan sangat hati-hati, tidak akan bisa menjadi lebih dari sekadar istri yang menaati suaminya.”

“Jadi, bagaimana? Mau bertarung?”

Detak jantungku terpacu cepat kala melihat mereka memasang kuda-kuda, dan beberapa ada yang mengeluarkan pisau kecil.

Jika orang dari Heatens itu menyanggupi, maka habis sudah aku yang tak bisa melindungi diri sendiri ini.

“Baiklah. Aku terima tantanganmu.”

Aku hampir menangis, tapi dia menahan kembali air mata itu dan berlari menuju pintu gang. Sialnya, tanganku langsung ditarik oleh lelaki berewok tadi. Tangan kekarnya mencengkeram kuat, aku tidak bisa berlari dan hanya pasrah mengikuti gerakan tubuh lelaki itu yang masih ingin mengalahkan lawan sementara ia tetap menjagaku agar tak kabur.

Aku kewalahan, napasku terengah-engah sejak tadi. Menangis pun sudah melelahkan. Terkadang, lelaki dari Heatens berhasil mengambilku, tapi kemudian direbut lagi oleh lelaki Luciano. Itu terus terulang, sampai tiba-tiba saja aku ditarik dengan kuat keluar dari kegaduhan itu.

Aku jatuh, menabrak tubuh seseorang.

Kala itu, aku yang sudah tak karuan, merasakan sentuhan hangat di tubuhku. Satu tangan yang dengan enteng, memelukku dan menenangkan. Kupikir dia adalah pahlawan yang benar-benar datang untuk menolongku, tapi cukup sampai pelukan itu saja aku menganggapnya pahlawan.

Kenyataannya, dia lebih gila.

-Bersambung-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status