Sore setelah kepulangannya mengurus sebuah urusan, Sun Fleurry McRay dipertemukan dengan lelaki bernama Noah Bellion yang menolongnya dari dua kubu gangster yang berusaha membawanya pergi secara paksa. Sayangnya, pertemuan pertama Sun dengan Noah tak meninggalkan kesan yang baik di benak gadis itu, mengingat baru pertama kali bertemu, Noah tanpa ragu menumpahkan darah seseorang di depan matanya. Tanpa merasa bersalah, seakan lelaki itu sudah terbiasa melakukannya. Bagi Sun, semua terjadi dengan cepat dan membingungkan. Dia dan Noah tidak saling mengenal sebelumnya, tapi Noah tanpa ragu mengatakan jika dia akan membawa Sun untuk tinggal bersamanya. Noah ingin menjadikan Sun sebagai wanitanya dan itu membuat Sun sangat terkejut dan bersikeras menolak. Meski pada akhirnya Sun memilih untuk ikut sebab Noah yang mengancamnya menggunakan keselamatan sang ibu, tapi jangan kira gadis itu akan dengan suka rela menerima takdirnya menjadi wanita Noah. Sun tidak menyukai Noah, lelaki dingin yang tak berperasaan, yang untuk pertama kalinya memperkenalkan kejinyapembunuhan kepada Sun. Tapi berada di dekat Noah perlahan-lahan membuat Sun menyadari banyak hal. Noah memang jahat, namun dia tidak bercanda dalam menjaga keselamatan Sun. Hal itu membuat Sun sedikit demi sedikit luluh, membuka hatinya untuk mengenal Noah lebih dalam dan siapa sangka, banyak fakta tersembunyi tentang Noah Bellion yang menunggu giliran untuk memberinya kejutan.
view moreAku menyesal.
Demi Tuhan, aku menyesal.
Sebab Mama sudah memintaku untuk menerima tawarannya untuk mengantarku pergi, tapi ku tolak. Mama juga meminta salah satu pekerjanya untuk mengantarku, dan aku juga menolaknya.
Dan sekarang, aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa.
Aku sedang dalam perjalanan pulang setelah mengantar uang kembalian dari penjualan hasil peternakan. Karena hanya mengantar kembalian dan tidak pergi lama, aku pikir tidak masalah jika tak diantar orang lain.
Aku pergi menggunakan sepeda oranye kesayanganku sejak dulu, dan lihatlah apa yang terjadi pada benda itu sekarang.
“Nona, sepedamu sudah rusak sekarang. Masih menolak untuk kami antar?” Lelaki berbadan besar yang berdiri dua meter di depanku itu berkata. Dia dan tiga rekannya, melihatku seakan-akan melihat mangsa yang akan dilumat dalam sekali lahap.Aku sedikit gemetaran, merasa takut sebab tempatku berpijak adalah ujung dari jalan sempit dan gelap yang diputus tembok besar.
“Siapa kalian sebenarnya? Apa mau kalian?” aku bertanya, dengan suara gemetar yang sebisa mungkin ditahan. Kalau aku panik dan bertindak gegabah, itu mungkin akan membahayakan diriku sendiri.
Para lelaki itu menatap kawanannya, sembari tertawa. Lalu mereka kembali menatapku, mengerikan.
“Kami datang untuk menjemputmu, dan membawamu.”
Aku makin mengerutkan kening, tak mengerti dengan apa yang lelaki berewok itu katakan. Lalu dia melanjutkan kata-katanya, “Kalau kau ikut kami, kau akan kami jadikan wanita penghibur yang populer, Nona! Satu kota akan mengenalimu dan kau akan dibayar mahal—”“Minggir, gadis itu milik bos kami.” Suara lain memecah atensi kami yang ada di gang sempit itu. Suara yang berasal dari lelaki yang mungkin ada di kubu yang berbeda dengan lelaki berewok di hadapanku.
Empat orang yang menyebut diri mereka sebagai anggota Luciano itu memutar tubuh, menghadap rombongan yang berniat bergabung dalam pembicaraan.
“Ah, Heatens?”
“Iya. Kami anggota Heatens yang ditugaskan untuk membawa Nona McRay.”
Aku membulatkan mata. Apa lagi ini, Ya Tuhan?
“Tu-tunggu! Kenapa mau membawaku!? Siapa lagi kalian ini?” Keadaan terasa semakin runyam. Aku sempat berpikir tiga lelaki lain itu adalah bantuan.
“Ayahmu terjerat utang belasan tahun lalu dengan bos kami, dia tidak bisa membayar yang setimpal dan bos kami menginginkanmu untuk menjadi istrinya,” ungkap lelaki dari Heatens itu, membuat kepalaku makin pusing.
“Ha? Istri? Bos-mu yang tua dan bau tanah itu mau memperistri Nona McRay? Apa kalian tidak salah?”
“Tidak ada yang salah jika menyangkut perintah.”
“Nona McRay sudah jelas-jelas akan bahagia hidup sebagai wanita penghibur. Dia akan menjadi kebanggaan dunia bawah atas nama Luciano!”
“Gadis desa sepertinya tidak akan bisa menjadi wanita malam! Dia yang dibesarkan dengan lembut dan sangat hati-hati, tidak akan bisa menjadi lebih dari sekadar istri yang menaati suaminya.”
“Jadi, bagaimana? Mau bertarung?”
Detak jantungku terpacu cepat kala melihat mereka memasang kuda-kuda, dan beberapa ada yang mengeluarkan pisau kecil.
Jika orang dari Heatens itu menyanggupi, maka habis sudah aku yang tak bisa melindungi diri sendiri ini.
“Baiklah. Aku terima tantanganmu.”
Aku hampir menangis, tapi dia menahan kembali air mata itu dan berlari menuju pintu gang. Sialnya, tanganku langsung ditarik oleh lelaki berewok tadi. Tangan kekarnya mencengkeram kuat, aku tidak bisa berlari dan hanya pasrah mengikuti gerakan tubuh lelaki itu yang masih ingin mengalahkan lawan sementara ia tetap menjagaku agar tak kabur.
Aku kewalahan, napasku terengah-engah sejak tadi. Menangis pun sudah melelahkan. Terkadang, lelaki dari Heatens berhasil mengambilku, tapi kemudian direbut lagi oleh lelaki Luciano. Itu terus terulang, sampai tiba-tiba saja aku ditarik dengan kuat keluar dari kegaduhan itu.
Aku jatuh, menabrak tubuh seseorang.
Kala itu, aku yang sudah tak karuan, merasakan sentuhan hangat di tubuhku. Satu tangan yang dengan enteng, memelukku dan menenangkan. Kupikir dia adalah pahlawan yang benar-benar datang untuk menolongku, tapi cukup sampai pelukan itu saja aku menganggapnya pahlawan.
Kenyataannya, dia lebih gila.
-Bersambung-
Sun kehilangan alas kaki entah di langkah ke berapa dalam perjalanannya untuk sampai ke tempat ini.Ia berhenti untuk sejenak mengambil napas, sembari mengedarkan pandangan dan berharap dia bisa bertemu dengan Noah.Jika laki-laki bermata abu-abu dengan rambut coklatnya itu benar-benar Noah, maka seharusnya dia tidak perlu melakukan permainan kejar-kejaran seperti ini, kan? Kenapa dia tidak langsung menemui Sun saja?Kenapa dia harus membuat Sun sampai berlari sejauh ini ke pusat desa hanya untuk menemukannya di antara banyaknya manusia?"Noah ...."Sun mengedarkan pandangannya seperti orang linglung, dia berusaha mengidentifikasi setiap wajah dan menyamakannya dengan bayangan sosok yang ada dalam ingatannya.Rambut coklat dan tubuh tinggi kurusnya, dia berjalan tegak dan dia terlihat paling bersinar dari siapa saja yang ada. Seharusnya mudah menemukan Noah di tempat ini, tapi kenapa Sun tidak bisa melakukannya? Apa karena Noah memang tidak ada?Apa Shawn salah lihat? Apakah Sun hanya
Sun tidak tahu sudah berapa lama dia terduduk di bawah pohon rindang itu; dia merenung dan mengingat kembali tentang apa saja yang terjadi yang sempat ia lupakan karena insiden malam itu.Tapi yang ada, dia malah merasa menyesal dan kesal pada dirinya sendiri yang sempat hampir melupakan siapa itu Noah Bellion. Nyatanya, lelaki itu adalah orang yang membuat Sun tidak bisa hidup sedetik saja tanpa dirinya."Dasar bodoh ... bagaimana bisa kau melakukan ini pada Noah?" ujar Sun, memarahi dirinya sendiri dalam penyesalan. Ia menghapus air matanya, tapi itu tetap tidak membuat Noah muncul di hadapannya.Sun kembali bersandar dan menangis. "Kau di mana Noah ...? Kau tidak mau kembali?" ujarnya, "kenapa tidak mau kembali? Aku tidak akan marah karena kau telah berbohong. Nyonya Ash bilang kalau Eliot sudah mati, tapi kenapa kau masih tidak kembali ...?"Sun menundukkan kepala, menutup wajahnya yang pasti terlihat sangat jelek karena menangis tersedu-sedu.Saat ini dia sangat takut untuk berpr
[2 BULAN KEMUDIAN]"Nona Fleurry! Nona ...!"Seorang gadis dengan rambut pirang keemasan menoleh segera ketika seseorang memanggil namanya. Rambut panjang bergelombang milik wanita itu tersapu oleh angin ladang yang bertiup sepoi-sepoi, menjadikannya bak kain tergantung yang menari dengan cantiknya."Selamat pagi Paman, ada apa?" tanya gadis itu, tersenyum ramah dengan cantiknya."Kabar baik untukmu, Nona; lima domba kita berhasil melahirkan hari ini!""Oh, benarkah? Ada berapa anak domba yang lahir?""Ada 17 anak domba, Nona! Dan mereka semua sehat!"Senyum Sun Fleurry McRay tak bisa ia tahan ketika mendengar kabar bahagia di hari yang cerah ini. Ibu domba yang ada di peternakannya berhasil melahirkan bayi domba yang sehat; mereka pasti akan jadi anak domba yang lucu dan gemuk-sehingga membuat Sun tidak sabar untuk melihatnya."Apa kau akan melihatnya sekarang, Nona?" tawaran itu jelas tidak Sun tolak; gadis itu mengangguk lalu bergegas pergi dari tengah ladang bunga matahari yang su
Seorang perawat wanita memasuki kamar rawat Sun Fleurry McRay untuk melakukan pengecekan rutin; dia memeriksa setiap aspek perawatan Sun untuk memantau perkembangan sekaligus melakukan apa yang perlu ditindak lanjut.Tak lupa ia mencatatnya di kertas yang ia bawa, tapi tiba-tiba ...JDERRR!"Ah!" Suara petir yang menggelegar membuatnya terkejut dan tak sengaja menjatuhkan pena miliknya. "Astaga, membuatku kaget saja," ujarnya, lalu memungut pena.Ia melihat ke luar dinding kaca di kamar itu; memperlihatkan langit malam yang gelap tertutup awan mendung. Sudah begitu, terdengar petir beberapa kali dan menandakan sebentar lagi akan turun hujan besar."Apa akan ada badai?" tanyanya, menatap pemandangan langit dengan raut cemas. Tapi dia tidak punya waktu untuk itu, sehingga segera ia tutup tirai ruangan itu dan melanjutkan pekerjaannya. Ia selesai mencatat perkembangan, tapi perhatiannya sejenak jatuh pada Sun yang masih terpejam dengan alat rumah sakit mengitarinya-berusaha mempertahanka
Eliot terdiam, memperhatikan Noah yang berusaha berdiri tegak di atas sana. Tatapannya tajam, Eliot bisa merasakan itu; tapi tiba-tiba Noah tersenyum tipis dan berkata, "Atau jika kau ingin sekali bertemu dengan Joanne? Aku akan dengan senang hati mengantar?"Eliot tertawa; meski ia kesal luar biasa. Noah masih menantangnya dengan angkuh padahal lelaki itu terlihat akan mati sebentar lagi.Sebagian wajahnya ditutupi darahnya sendiri, kemeja putihnya lusuh dan ada banyak noda darah; pakaiannya compang-camping memperlihatkan sebanyak apa luka yang dia dapatkan. Dan yang lebih seru adalah ... tangannya yang erat memegang pistol rusak itu, sepertinya patah.Noah melihat ke arah pandang Eliot, dan ya-dia juga sadar apa yang terjadi pada tangan kanannya saat ini. Ia melempar pistolnya yang sudah rusak karena tertimpa reruntuhan, lalu kembali menatap Eliot dan berkata, "Ayo selesaikan ini ...."Eliot menahan tawa, sembari membuka telapak tangannya menghadap Noah; ia bermaksud menolak. "Kau y
"Akh!"Noah tersungkur, tapi rentetan peluru tak berhenti sehingga ia terpaksa merangkak dengan rasa sakitnya menuju ke tempat yang bisa melindunginya.Ia menarik kekinya yang seakan mati rasa untuk sejenak, dan menyadari peluru Eliot berhasil menyayat pergelangan kakinya lumayan dalam."Sial!" ujarnya, mengernyitkan kening tajam sembari merobek sebagian celananya untuk menghentikan pendarahan. Perjalanan masih jauh, dia tidak boleh lemas karena kehabisan darah untuk luka kecil seperti ini.Sementara dirinya sudah lusuh dan berdarah, Eliot masih berdiri di tempatnya seolah tak tersentuh. Jika saja Eliot hanya membawa satu pistol, pasti Noah bisa mengimbangi permainannya. Tapi bahkan dia memiliki pistol lain setelah dua pistolnya kehabisan amunisi.Noah berusaha mengatur napas sembari mendengarkan Eliot."Kau tahu, setelan yang aku pakai malam ini adalah hadiah dari kekasihku. Dia memberiku benda ini sebagai hadiah. Aku tidak suka, aku sempat membuangnya. Tapi kemudian aku ingat; kalau
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments