Bagas menghela napas panjang, karena hari pertama saja sudah bnyak sekali masalah yang dihadapinya.
Memang selama berjalannya hotel, bagas tidak ikut turun langsung menyerahkan semua hal kepada Adam untuk mengevaluasi semuanya, dari pembangunan, perekrutan dan hal - hal lainnya, Bagas hanya datang ketika peresmian saja, itupun ia tak ikut andil hanya memperhatikan dari jauh, dan menerima laporan - laporan dari Adam, karena memang seperti yang pernah ia bahas dengan Adam alasan dirinya belum ingin tampil sebagai pemilik sah hotel.
Bagas tetap terdiam, menunggu perintah selanjutnya dari Ali, yang masih terus marah - marah, semua hal dibahas, sementara Anto merasa kasihan kepada Bagas, karena bagaimanapun Anto yang bekerja dari pertama Hotel berdiri, dari belum ada apa - apa, masih kotor dan kosong, Anto dan teamnya yang membersihkan dan merapihkan semuanya, Anto sangat hapal karakter para atasan di hotel, sebenarnya hal yang dilakukan Bagas tidak begitu fatal, memang sal
Setelah mereka selesai makan, karena masih ada waktu empat puluh lima menit lagi untuk istirahat, Syamsul mengajak Bagas dan juga Roni untuk minum kopi disebrang hotel, sekalian santai - santai sejenak.Mereka bertiga melangkah keluar kantin karyawan, menuju warung kopi disebrang jalan, saat Syamsul akan memesan kopi kepada pemilik warung, Bagas seraya berkata. "Syam, saya lagi gak pengen ngopi, pesen es milo ada nggak disini?""Bentar aku tanya dulu," ucap Syamsul.Setelah bertanya kepada pemilik warung, ternyata es milo juga tersedia, Syamsul memesan dua gelas kopi hangat dan satu es milo, Bagas merasa senang karena di warung ada es milo, jadi tidak perlu menunggu sampai pulang kerja, tidak berapa lama minuman mereka sudah tersedia di meja, sembari memakan gorengan mereka menikmati setiap tegukan kopi, Bagas sendiri begitu menikmati es milonya, dalam hatinya berbicara sendiri. Rasanya tidak terlalu jauh beda sama buatan si mbok, akhirnya kesampaian juga ingin
Bagas sudah berada diruangan Ali, berdiri didepan Ali yang sedang duduk, lalu Ali mulai berbicara kepada Bagas."Kamu tahu? mengapa saya memanggil kamu lagi.""Tidak, Pak," jawab Bagas."Tenang saja, kali ini saya memanggil kamu, bukan karena kamu bermasalah lagi, saya hanya ingin menyampaikan bahwa, masalah yang kamu buat tadi siang sudah tidak akan diperpanjang, Saya sebagai atasan kamu sudah berusaha mempertahankan kamu didepan Pak Raymond, jadi saya minta kedepannya, kerja yang benar, ada hal - hal yang tidak kamu mengerti segera tanyakan jangan diam saja, paham!""Iya, Pak terima kasih atas bantuan Bapak, sehingga saya masih di ijinkan tetap bekerja disini.""Ya sudah, karena sekarang sudah waktunya jam pulang, kamu bisa kembali.""Iya, pak, kalau begitu saya permisi, Pak.""Iya."Sebenarnya Ali kurang suka terhadap Bagas, semenjak Bagas masuk kerja sudah telat belum lagi masalah yang ditimbulkannya dengan Saras, ditambah
Mereka berdua sudah tiba diwarung si ema, seperti biasa Syamsul yang memesan kopi hitam kesukaannya, dan Bagas es milo, Bagas memang tidak terlalu menyukai kopi, mungkin karena aromanya yang begitu menyengat baginya, lidahnya lebih enak meminum es milo, Saat sedang asik menikmati minumannya masing - masing, ponsel Syamsul berdering, Syamsul langsung mengangkatnya, itu dari Winda, Winda meminta tolong kepada Syamsul untuk membelikannya obat sakit kepala di apotek, Winda merasa sangat pusing sekali, sehingga Syamsul dengan cepat menutup telepon dan menjelaskan kepada Bagas kalau ia akan ke apotek dulu, kasihan Winda, takutnya sakit kepalanya berlarut dan mengganggu pekerjaannya, Syamsul bergegas ke parkiran karyawan, untuk mengambil motornya, sementara Bagas yang tidak enak minum sendirian diwarung, meminta si ema membuatkan es milo lagi, karena merasa masih kurang satu gelas es milo baginya, rencananya ia akan meminumnya di ruangan kerjanya, Bagas melangkah menuju hotel dengan membaw
Tak berapa lama mereka berempat sudah tiba diwarung si ema, Bagas mempersilakan Adelia dan Sinta untuk duduk, dengan segera Bagas memesan es milo tiga gelas dan kopi hitam hangat satu gelas, Samsul sendiri dari tadi malah duduk dengan mata yang curi - curi pandang ke arah Adelia, karena takut kepergok oleh Adelia dan memang tak berani menatap secara langsung, Bagas melihat gerak - gerik Syamsul langsung menyikutnya berulang kali, memberi kode dengan matanya agar Syamsul jangan bersikap seperti itu. Adelia tengah sibuk dengan ponselnya, wajahnya yang begitu cantik memiliki aura yang sangat memukau mata pria yang melihatnya, buktinya beberapa pelanggan si ema hampir jatuh kesandung karena melihat wajah Adelia. Sinta menoleh ke Adelia seraya bertanya. "Del, kita pulang kapan?" "Sebetahnya aja,"jawab Adelia dengan jari yang masih sibuk mengetik tanpa menoleh Sinta. "Serius amet, jangan bilang sedang sibuk chating orang gila." Sinta sebenar
Untung saja dengan cepat Bagas menghalanginya dan mulai berbicara dengan nada yang sopan kepada Tony"Pak Tony, tolong jangan kasar terhadap wanita."Tony dengan wajah yang marah menatap Bagas dengan tajam, merasa tidak suka dihalangi orang rendahan seperti Bagas, dengan cepat mulai mendorong Bagas sangat kencang, hingga jatuh, Adelia yang melihat itu segera menghampiri Bagas meraih tangan Bagas untuk membantunya berdiri, Syamsul yang melihat Tony, perlakukan Bagas seperti itu segera berlari menghampiri Bagas dan mulai mengajaknya pergi." Kamu baik - baik saja, kan? Lebih baik kita pergi saja, kita gak akan menang melawannya, percuma saja, ia orang kaya yang punya kekuasaan sementara kita cuma pekerja biasa."Bagas menahan emosinya yang sebenarnya hampir meledakan isi kepalanya, ia tidak mau kalau sampai Adelia terancam bahaya, Tony benar - benar laki - laki gila, buat apa banyak uang dan memiliki jabatan tinggi seperti ucapan Syamsul tempo hari kalau To
"Begini Bagas...aku pernah bilang ingin diantar oleh kalian, jalan - jalan melihat pemandangan yang asri disekitar sini," ucap Adelia."Oh, iya, ayo saja, kapan memang maunya, bukankah dihotel juga ada wisatanya dan suasananya asri sekali" ucap Bagas."Sudah pernah, memang bagus dan asri tapi aku ingin ketempat yang lain, dan menghindari Tony juga, takutnya balik lagi kesini.""Baiklah,"Terdengar oleh Bagas suara Sinta yang langsung berkomentar. "Del, gak usah jalan - jalan, bagaimana kalau kita camping saja, bermalam di alam bebas merasakan suasana malam.""Boleh, juga, pasti seru" ucap Adelia.Adelia kembali berbicara ditelpon dengan Bagas. "Bagas...kalau kita camping, kamu sama Syamsul mau tidak? kalau perlu ajak saja cewek kamu, sekalian ceweknya Syamsul juga, biar gak ada salah paham, kalau banyakan pasti ramai, sehari saja kita bermalamnya."Bagas menoleh ke Syamsul, dengan menutup speaker telpon, bertanya kepada Syamsul." Syam
"Maaf, bu Saras, bukan saya tidak sopan dan bengong didepan bu Saras, saya lagi ngerasain sakit kepala, jdi kebetulan, memang ada ibu, sekali lagi maaf, ya bu?" Bagas mencoba menjelaskan agar tidak terjadi salah paham, sebenarnya itu bukan alasan Bagas, untung saja Bagas bisa beralibi, membuat Saras tak curiga."Miris banget hidup lo, udah miskin penyakitan lagi, ya udah kalau begitu gw pergi, tapi kalau lo bohong, gw gak segan - segan laporin lo ke pak Ali." Dengan jari manis menunjuk muka Bagas.'Iya bu,' ucap Bagas.Saras
Mereka telah tiba di Capolaga, setelah membayar tiket masuk, dan mendatangi tempat penyewaan Tenda serta perlengkapan lainnya, mereka segera memilih tempat untuk mendirikan Tenda, Bagas dan Syamsul segera memasang Tenda, dua Tenda telah selesai, dengan posisi tidak jauh dari aliran sungai, Para cewek segera memasukan tas dan perlengkapan serta perbekalan ke tenda, Tenda Adelia lebih besar karena untuk berempat, setelah semua beres, Bagas dan Syamsul mencari kayu bakar, sementara para cewek, membuka perbekalan, menyiapkan bahan untuk dimasak, juru masaknya adalah Winda.Adelia, Sinta cepat akrab dengan Winda dan Heni sehingga mereka tidak terasa canggung, saling mengobrol dan bercanda.Bagas dan Syamsul sudah kembali, mereka langsung menyalakan kayu bakar untuk menghangatkan tubuh, karena suasana disana cukup dingin, tak berapa lama masakan sudah selesai, dengan tikar yang disewa, mereka duduk saling berhadapan mengitari api, dan memakan apa yang sudah dimasak oleh Wind