Mereka berdua sudah tiba diwarung si ema, seperti biasa Syamsul yang memesan kopi hitam kesukaannya, dan Bagas es milo, Bagas memang tidak terlalu menyukai kopi, mungkin karena aromanya yang begitu menyengat baginya, lidahnya lebih enak meminum es milo, Saat sedang asik menikmati minumannya masing - masing, ponsel Syamsul berdering, Syamsul langsung mengangkatnya, itu dari Winda, Winda meminta tolong kepada Syamsul untuk membelikannya obat sakit kepala di apotek, Winda merasa sangat pusing sekali, sehingga Syamsul dengan cepat menutup telepon dan menjelaskan kepada Bagas kalau ia akan ke apotek dulu, kasihan Winda, takutnya sakit kepalanya berlarut dan mengganggu pekerjaannya, Syamsul bergegas ke parkiran karyawan, untuk mengambil motornya, sementara Bagas yang tidak enak minum sendirian diwarung, meminta si ema membuatkan es milo lagi, karena merasa masih kurang satu gelas es milo baginya, rencananya ia akan meminumnya di ruangan kerjanya, Bagas melangkah menuju hotel dengan membaw
Tak berapa lama mereka berempat sudah tiba diwarung si ema, Bagas mempersilakan Adelia dan Sinta untuk duduk, dengan segera Bagas memesan es milo tiga gelas dan kopi hitam hangat satu gelas, Samsul sendiri dari tadi malah duduk dengan mata yang curi - curi pandang ke arah Adelia, karena takut kepergok oleh Adelia dan memang tak berani menatap secara langsung, Bagas melihat gerak - gerik Syamsul langsung menyikutnya berulang kali, memberi kode dengan matanya agar Syamsul jangan bersikap seperti itu. Adelia tengah sibuk dengan ponselnya, wajahnya yang begitu cantik memiliki aura yang sangat memukau mata pria yang melihatnya, buktinya beberapa pelanggan si ema hampir jatuh kesandung karena melihat wajah Adelia. Sinta menoleh ke Adelia seraya bertanya. "Del, kita pulang kapan?" "Sebetahnya aja,"jawab Adelia dengan jari yang masih sibuk mengetik tanpa menoleh Sinta. "Serius amet, jangan bilang sedang sibuk chating orang gila." Sinta sebenar
Untung saja dengan cepat Bagas menghalanginya dan mulai berbicara dengan nada yang sopan kepada Tony"Pak Tony, tolong jangan kasar terhadap wanita."Tony dengan wajah yang marah menatap Bagas dengan tajam, merasa tidak suka dihalangi orang rendahan seperti Bagas, dengan cepat mulai mendorong Bagas sangat kencang, hingga jatuh, Adelia yang melihat itu segera menghampiri Bagas meraih tangan Bagas untuk membantunya berdiri, Syamsul yang melihat Tony, perlakukan Bagas seperti itu segera berlari menghampiri Bagas dan mulai mengajaknya pergi." Kamu baik - baik saja, kan? Lebih baik kita pergi saja, kita gak akan menang melawannya, percuma saja, ia orang kaya yang punya kekuasaan sementara kita cuma pekerja biasa."Bagas menahan emosinya yang sebenarnya hampir meledakan isi kepalanya, ia tidak mau kalau sampai Adelia terancam bahaya, Tony benar - benar laki - laki gila, buat apa banyak uang dan memiliki jabatan tinggi seperti ucapan Syamsul tempo hari kalau To
"Begini Bagas...aku pernah bilang ingin diantar oleh kalian, jalan - jalan melihat pemandangan yang asri disekitar sini," ucap Adelia."Oh, iya, ayo saja, kapan memang maunya, bukankah dihotel juga ada wisatanya dan suasananya asri sekali" ucap Bagas."Sudah pernah, memang bagus dan asri tapi aku ingin ketempat yang lain, dan menghindari Tony juga, takutnya balik lagi kesini.""Baiklah,"Terdengar oleh Bagas suara Sinta yang langsung berkomentar. "Del, gak usah jalan - jalan, bagaimana kalau kita camping saja, bermalam di alam bebas merasakan suasana malam.""Boleh, juga, pasti seru" ucap Adelia.Adelia kembali berbicara ditelpon dengan Bagas. "Bagas...kalau kita camping, kamu sama Syamsul mau tidak? kalau perlu ajak saja cewek kamu, sekalian ceweknya Syamsul juga, biar gak ada salah paham, kalau banyakan pasti ramai, sehari saja kita bermalamnya."Bagas menoleh ke Syamsul, dengan menutup speaker telpon, bertanya kepada Syamsul." Syam
"Maaf, bu Saras, bukan saya tidak sopan dan bengong didepan bu Saras, saya lagi ngerasain sakit kepala, jdi kebetulan, memang ada ibu, sekali lagi maaf, ya bu?" Bagas mencoba menjelaskan agar tidak terjadi salah paham, sebenarnya itu bukan alasan Bagas, untung saja Bagas bisa beralibi, membuat Saras tak curiga."Miris banget hidup lo, udah miskin penyakitan lagi, ya udah kalau begitu gw pergi, tapi kalau lo bohong, gw gak segan - segan laporin lo ke pak Ali." Dengan jari manis menunjuk muka Bagas.'Iya bu,' ucap Bagas.Saras
Mereka telah tiba di Capolaga, setelah membayar tiket masuk, dan mendatangi tempat penyewaan Tenda serta perlengkapan lainnya, mereka segera memilih tempat untuk mendirikan Tenda, Bagas dan Syamsul segera memasang Tenda, dua Tenda telah selesai, dengan posisi tidak jauh dari aliran sungai, Para cewek segera memasukan tas dan perlengkapan serta perbekalan ke tenda, Tenda Adelia lebih besar karena untuk berempat, setelah semua beres, Bagas dan Syamsul mencari kayu bakar, sementara para cewek, membuka perbekalan, menyiapkan bahan untuk dimasak, juru masaknya adalah Winda.Adelia, Sinta cepat akrab dengan Winda dan Heni sehingga mereka tidak terasa canggung, saling mengobrol dan bercanda.Bagas dan Syamsul sudah kembali, mereka langsung menyalakan kayu bakar untuk menghangatkan tubuh, karena suasana disana cukup dingin, tak berapa lama masakan sudah selesai, dengan tikar yang disewa, mereka duduk saling berhadapan mengitari api, dan memakan apa yang sudah dimasak oleh Wind
Bagas memang merasa lelah, tapi Bagas tidak mungkin membiarkan Adelia sendirian, Bagas tahu, ada sesuatu yang disembunyikan Adelia, makanya seperti kurang bersemangat, Bagas ingin mencoba mengobrol lebih dekat, siapa tahu Adelia mau mengutarakan apa yang menjadi beban fikirannya.Bagas menjawab pertanyaan Adelia. "Saya belum mengantuk, nanti kalau sudah ngantuk, saya ke tenda."Mereka saling terdiam, sibuk dengan fikirannya masing - masing, seakan malam menjadi saksi bisu diamnya dua insan, hanya angin malam yang terasa menembus kulit begitu dingin, malam yang gelap gulita ditengah hutan menambah suasana semakin diselimuti kesunyian, air yang mengalir dari celah - celah bebatuan di sungai seakan sedang bersenda gurau dalam gemericiknya yang terdengar menenangkan jiwa, ditambah pemandangan langit yang dipenuhi bintang berkelip sekan menjadi simbol langit yang bahagia.Bagas menoleh kearah Adelia, dilihatnya merasa kedinginan, tanpa harus diminta, Bagas segera ber
Mentari telah terbit diufuk timur, menyambut pagi yang begitu cerah, mereka berenam telah bersiap diri, untuk melakukan perjalanan ke curug dengan membawa baju ganti dan perbekalan, Bagas dan Syamsul jalan lebih dulu memandu para gadis, mereka berjalan secara berurutan mengingat kondisi jalan hanya setapak dengan kedua sisi lembah yang lumayan cukup dalam, tidak hati - hati melangkah sedikit saja bisa terpeleset, sehingga mereka berjalan dengan sangat hati - hati, sesekali mereka berhenti untuk istirahat sejenak, lalu kembali meneruskan perjalanan, jarak dari tenda mereka kecurug memang lumayan jauh sehingga mereka memerlukan persiapan matang, untung saja Winda sudah memberi info tentang kondisi perjalanan mereka, sehingga mereka benar - benar menyiapkan segalanya dengan matang.Keenamnya berhenti dengan Mata yang terbuka lebar melihat pemandangan yang begitu indah, penuh ketakjuban, melihat air yang jatuh dari atas curug dan mengalir kesetiap bebatuan, keindahan alam yang be
Bagas menjelaskan kepada Sinta, tentang pertanyaan Sinta yang belum sempat ia jawab, mencari benang merah akan hilangnya Adelia, Sinta menangis seraya menguncang - guncangkan tubuh Bagas, ia merasa bersalah karena lama didalam kamar ganti, ia takut Adelia terluka, fikirannya sudah meracau kemna - mana, tangisannya semakin memecah ke udara, Bagas mencoba menenangkan Sinta begitu juga Syamsul, berusaha membujuk Sinta agar lebih tenang, Bagas mengajak keduanya untuk melanjutkan mencari Adelia, karena kondisi Sinta yang masih kacau, sehingga mereka berpencar dua arah, Bagas sendiri, Syamsul bersama dengan Sinta, nanti berkumpul kembali ditempat awal.Disisi lain, seorang gadis sedang duduk dikursi dengan posisi tubuh,tangan dan kaki terikat, mulutnya di lakban agar tidak mengeluarkan suara, bajunya terlihat kotor dipenuhi tanah basah dan pipinya merah seperti bekas tamparan, gadis tersebut adalah Adelia, yang kini sedang terkurung dalam sebuah gubuk tua ditengah hutan.Men