Share

SURAT WASIAT NENEK
SURAT WASIAT NENEK
Penulis: Tha Kusuma

Bab 1

Di ruang keluarga, Bagas ivander dan Nenek sasmita sedang santai menonton acara TV.

"Bagas, segeralah cari pendamping, usiamu sudah cukup untuk menikah," tanya Nenek Sasmita.

"Bagas belum ada waktu Nek, untuk memikirkan itu, masih banyak urusan pekerjaan yang harus segera diselesaikan, Bagas harus fokus mempelajari semua bisnis ayah, Bagas malu Nek, kalau Bagas sampai mempermalukan nama besar ayah, karena Bagas belum bisa apa - apa, salah Bagas juga dulu."

"Urusan pekerjaan, bisa diserahkan kepada Om Adam, biar dia yang handle, kamu sambil belajar, tapi senggangin waktu mencari pendamping juga."

"Iya...Nenekku sayang, nanti Bagas bicara dulu sama om Adam, ya."

Bagas ivander berusia 25 tahun adalah seorang pewaris kaya, dengan wajah yang tampan, kharismatik, dan sifat yang baik hati, walaupun bergelimang kekayaan, tak menjadikannya sombong, sebaliknya sangat sederhana dan suka membantu sesama, karena kebaikannya, kadang banyak orang yang memanfaatkannya.

Terakhir kali, kejadian yang telah menimpanya, Kaila, perempuan yang di percaya dan di cintainya, telah membuatnya trauma, sehingga Bagas sekarang memilih untuk sendiri dan tidak pernah ingin dekat dengan wanita manapun dulu.

Nenek Sasmita memeluk tubuh Bagas dengan penuh kasih sayang,

"Bagas...cucu Nenek yang paling tampan dan baik, Nenek mengerti perasaan Bagas karena Kaila, sehingga Bagas sampai sekarang tidak mau dekat dengan wanita manapun, sampai kapan? Nenek ingin melihat, cucu kesayangan Nenek menikah dengan wanita yang tulus mencintai dan mendampingi sampai akhir, wanita yang benar - benar mencintaimu, bukan hartamu, Nenek ingin, Bagas bahagia dan tidak terluka karena salah memilih pendamping, karena Nenek tidak mau cucu Nenek sendirian menjalani hidupnya."

"Nenek...kenapa ngomongnya begitu, Bagas tidak sendirian, ada Nenek, yang selalu menemani Bagas dan selalu menyanyangi Bagas sepenuh hati."

Nenek Sasmita hanya tersenyum mendengar perkataan cucunya, matanya terpancar penuh kehangatan, menatap Bagas yang selalu manja bila di dekatnya.

Dari kecil, Bagas memang lebih dekat dengan Nenek dan ibunya, semenjak ibu dan ayahnya meninggal akibat kecelakaan mobil, Nenek Sasmita satu - satunya keluarga yang dimilikinya, itu membuat Bagas sangat sayang dan peduli sekali dengan Neneknya.

"Nek, Bagas pamit ke kamar dulu ya? besok harus bangun pagi, ada metting dewan direksi, untuk pembukaan Hotel baru di kota Subang. Nenekku tersayang jangan tidur malam - malam, ya?"

"Iya cucuku sayang, jangan lupa fikirkan lagi permintaan Nenek."

Malam semakin larut, hanya keheningan menemani, bintang pun seakan enggan menampakan dirinya, tertutup awan tebal menghitam di langit gelap. Dalam sebuah kamar, Nenek Sasmita belum juga memejamkan matanya, kegelisahan menghampiri jiwanya, seakan firasat telah menyemati dirinya, di ambilnya secarik kertas putih, jemarinya mulai menulis, kata demi kata.

                            ***

Teruntuk Cucuku Tersayang,

Cucuku...maafkan Nenek, karena Nenek tidak selamanya bisa menemanimu, bukan karena Nenek tidak mencintaimu, tapi ketetapan hidup sudah tergaris di setiap takdir manusia, Nenek sangat menyanyangimu...Cucuku. Bila Nenek pergi lebih dulu, maafkan Nenek, dan jaga dirimu baik - baik, ingat pesan Nenek, segeralah mencari pendamping hidup, carilah di titik terendahmu, tinggalkan sementara kekayaanmu, agar kejadian seperti Kaila tidak terulang, Nenek mengerti, permintaan Nenek itu tidak masuk akal dan memberatkanmu, percayalah, kelak kau akan mengerti, Nenek percaya Bagas adalah laki - laki yang baik, Nenek hanya kuatir dengan masa depan Bagas, terlalu banyak orang palsu di sekitar kita. Cucuku tersayang, kebahagiaan, akan kau temukan dari perjalanan hidupmu, maknai segalanya, jangan pernah mengeluh, jadilah laki - laki yang tangguh dan bijaksana, tetap sederhana dan rendah hati, selalu menolong sesama walau bagaimanapun keadaanmu, percayalah bahwa cinta sejatimu akan kau temukan ketika kau sudah benar - benar bisa membahagiakan orang lain.

Nenekmu tersayang, Sasmita Ivander.

                              ***

Nenek Sasmita kemudian melipat kertas tersebut, menyimpannya di kotak dan meletakannya di dalam laci riasnya, melangkah menuju ranjangnya untuk mengistirahatkan badannya yang di rasa lelah.

Keesokan harinya, Setelah selesai metting bersama dewan direksi, Bagas bersama Adam, segera meluncur ke kota Subang untuk peresmian Hotel baru.

Bagas memang baru beberapa bulan menggantikan posisi ayahnya, sebelumnya setelah menamatkan pendidikan S1, Bagas belum mau membantu ayahnya mengurus bisnis,  yang sebenarnya tinggal di jalani saja, bagi Bagas, karena memiliki orang tua yang sudah sangat kaya, yang kekayaannya tidak akan habis tujuh turunan, membuat Bagas terlena di dalamnya, sehingga malas untuk berkembang, kerjaan sehari - harinya, maen game, nongkrong dengan teman - temannya dan menghabiskan waktu bersama Kaila.

Titik balik hidupnya berubah, setelah kehilangan kedua orang tuanya, Bagas sangat terpukul dan depresi, di tambah kejadian soal Kaila.

Bagas mulai mengurung diri di kamar, dan tidak lagi memiliki keinginan apapun selain berdiam diri di kamar sendirian.

Nenek Sasmita yang sangat sabar menemani Bagas, merangkul setiap sedih dan luka yang Bagas rasakan, menjadi bahu bersandarnya Bagas, di kala Bagas merindukan kedua orang tuanya, menasehati Bagas tanpa mengintimidasi.

perlahan Bagas mulai bangkit dari keterpurukannya dan mulai menata hidupnya, yang kini sadar bahwa dirinya harus berubah memahami untuk apa dia hidup,  berusaha sendiri untuk tetap mempertahankan segala yang dimilikinya sekarang, menjaga Neneknya dan tidak mengecewakannya.

Bagas dan Adam telah tiba di kota Subang, peresmian Hotel Arimbi telah di mulai, banyak pengusaha - pengusaha yang menghadiri acara tersebut, karena Bagas memang baru terjun dalam dunia bisnis, membuatnya belum terbiasa dan belum banyak mengenal pengusaha lainnya.

Bagas menyerahkan semua urusan Hotel Arimbi kepada Adam Saseno, karena Bagas tidak mau memalukan nama ayahnya sehingga bagas sekarang - sekarang cukup mengamati saja sambil mempelajarinya.

"Tuan muda, untuk urusan Hotel Arimbi sudah beres, peresmian berjalan lancar, media promosi sudah di perluas dan akan di urus oleh bagian marketing dan advertising, karena Hotel Arimbi sangat asri dengan suasana Alam, memudahkan bagian pemasaran mengambil spot bagus dan keren untuk media promosinya." Adam mulai menjelaskan segala halnya kepada Bagas.

"Ok, saya percayakan segalanya kepada Om Adam."

"Oh iya Tuan, ada yang ingin mengenal Tuan, beliau dari perusahaan makanan, pak Roger Zamsha, katanya ingin berterima kasih langsung karena Hotel kita, menjalin kerjasama dengan perusahaannya."

"Om Adam handle saja ya, katakan saja kalau saya tidak hadir sekarang, alasannya, Om Adam buat saja bagaimana baiknya, jujur saya belum siap untuk memperkenalkan diri kepublik, karena saya tidak ingin mempermalukan nama ayah, saya masih banyak kekurangan, dan biarkan saya mempelajari segalanya dulu, di tambah saya tidak mengenal satupun para pengusaha."

"Baik, Tuan muda, nanti saya temui mereka, mewakili Tuan."

"Kalau begitu, saya mau jalan -jalan di sekitar sini, kalau semuanya sudah beres, hubungi saya, kita segera kembali ke Bandung.

"Baik Tuan."

Bagas segera berjalan, meninggalkan kamar hotel dan menuju area luar hotel, untuk menikmati pemandangan yang sangat indah dengan udara yang masih sangat sejuk.

Sementara Adam Saseno, menemui para pengusaha lainnya mewakili Bagas, membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hotel Arimbi, setelah semuanya selesai, seperti perintah Bagas untuk segera menghubunginya.

Saat sedang menikmati pemandangan dengan hembusan udara yang begitu sejuk, ponsel Bagas berdering, Bagas merogoh ponselnya di dalam saku jas, melihat nama Adam tertera di ponselnya, Bagas mulai menerima panggilan telepon dengan mata tetap memandang ke arah pemandangan di depan matanya. 

"Hallo Tuan muda, semuanya sudah beres," tukas Adam.

"Ok, segera ketaman, saya sedang menikmati alam sekitar sini."

"Baik Tuan."

Setelah menutup telponnya, Adam segera menghampiri Bagas, setibanya di depan Bagas, Adam menundukan kepalanya dengan hormat, Adam seraya berkata dengan sedikit gugup, karena pertanyaannya kali ini, takut mengganggu Bagas yang sedang menikmati alam sekitar.

"Tuan Muda, maaf, apakah Tuan masih ingin melihat - lihat atau akan segera pulang?"

"Kita pulang, tapi Sebentar, ada yang ingin saya sampaikan kepada Om Adam."

"Baik Tuan Muda...soal apa, Tuan?"

"Begini Om, setelah saya melihat secara seksama di sekitaran Hotel, bagian samping Hotel masih kosong dan luas, saya kira cukup kalau di bangun tempat wisata keluarga, dengan kolam berenang yang elegan dengan nuansa klasik dan tersedia beberapa permainan anak, lalu untuk area belakang Hotel, yang memang masih asri tempatnya dengan pepohonan yang rindang dan langsung mengarah kepegunungan, di buat outbound dan treak offroadnya lalu di puncaknya buat kafe nuansa pedesaan untuk terminal treak offroad, agar hotel ini bukan hanya sebagai tempat singgah, tapi bisa untuk objek wisata, yang ingin outbond, outing ataupun gathering."

"Baik Tuan, akan segera saya bicarakan dengan Raymond selaku manager disini, untuk sesegera mungkin, menghubungi beberapa pekerja yang ahli dalam bidangnya, untuk membangun tempat wisata, seperti yang Tuan inginkan."

"Terima kasih Om, tolong segala kebutuhan apapun yang di butuhkan Hotel ini, Om Adam saja yang mengurus, saya percayakan segalanya.

"Baik Tuan."

Komen (8)
goodnovel comment avatar
akunas
ceritanya menarik
goodnovel comment avatar
Teripang Gamat
lama sekali lanjutannya? seharusnya segera tamat Thor daripada buat yang baca nunggu tiap lanjutan ngak kira kira...
goodnovel comment avatar
Lia Ya
bagus ceritanya nya menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status