Share

Bab 2

Walaupun Bagas adalah pemilik hotel dan atasan dari Adam, Bagas tetap rendah hati, dan bersikap sopan, karena itulah sifat Bagas, yang tidak pernah sombong dan selalu merendah, tidak pernah membedakan antara kaya atau miskin, tidak perduli setinggi apapun jabatan, di matanya semua orang sama, mahluk sosial yang pantas dihargai dan dihormati, Bagas sadar, harta yang dimilikinya semua hanyalah titipan dari Allah SWT.

Adam sendiri sangat menghormati Bagas, tidak pernah berniat mengkhianati kepercayaannya, walau sebenarnya sangat mudah bagi Adam untuk menggelapkan uang perusahaan dan memindah namakan semua hotel yang dipercayakan kepadanya, karena selama ini, Adam yang mengurus segalanya, tidak sedikitpun hatinya untuk berniat jahat.

Adam selalu bersyukur karena selama ini bekerja untuk keluarga ivander, di mana dia dulu hanyalah seorang akuntan biasa yang bekerja di hotel ayahnya Bagas, dengan hidup serba kekurangan, yang menjadi tulang punggung keluarga, membiayai ketiga adiknya dan kedua orangtuanya yang hanya bekerja sebagai petani, Ayah Bagas merasa puas dengan kinerja Adam dan melihat Adam memiliki potensi bagus serta orang yang sangat rajin, ulet, jujur dan bertanggungjawab, sehingga menjadikan Adam orang kepercayaannya.

Hampir dua puluh lima tahun Adam bekerja di keluarga Ivander, dari masa single sampai sudah beristeri dan di karuniai dua anak, baginya, Bagas sudah seperti anaknya sendiri, begitupun Bagas sudah menganggap Adam sebagai keluarganya.

Bagas melihat arlojinya dan seraya berkata.

"Kita pulang sekarang."

"Baik Tuan muda."

"Oh iya Om, tas saya masih di kamar hotel."

Adam segera menelpon recepsionis untuk meminta satu orang pegawai room service, mengambil tas milik Bagas yang masih di kamar hotel, untuk segera membawakannya ke lobi hotel.

"Kita langsung ke lobi saja Tuan, tas akan dibawa oleh salah satu pegawai.

"Oke."

Bagas berjalan lebih dulu di susul Adam untuk menuju ke lobi hotel, tidak ada satu orang pun yang tahu kalau Bagas adalah pemilik hotel Arimbi, karena Bagas tidak mau identitasnya terbongkar dulu, Bagas masih harus belajar banyak menangangi segala hal untuk membangun relasi dan reputasinya, pegawai hotel hanya tahu kalau pemiliknya adalah Adam saseno.

***

Bagas sudah kembali ke rumah, langsung menemui neneknya dan memeluknya penuh kasih sayang, bercerita kepada neneknya tentang berjalannya peresmian Hotel Arimbi, dan ide - idenya untuk kemajuan hotel, Bagas yang memang sangat manja kepada neneknya dan selalu bercerita apapun tentang kehidupannya dan pekerjaannya.

Nenek Sasmita adalah Nenek sekaligus orangtua dan sahabat bagi Bagas, semenjak kejadian Kaila, Bagas tidak lagi berhubungan dengan dunia luar, lebih menyendiri dan hanya berinteraksi dengan orang - orang terdekatnya saja, trauma yang di milikinya, membuatnya sangat terpukul, ditambah dulu Bagas hampir saja mati, karena insiden Kaila.

Setelah mendengar cerita Bagas, Nenek Sasmita tersenyum sembari membelai rambut cucu kesayangannya.

"Kamu sudah besar sekarang, Nenek bangga sama Bagas."

"Bagas belum bisa apa - apa Nek, masih harus banyak belajar lagi."

"Tapi Nenek merasa senang, karena cucu Nenek sekarang sudah mau berusaha lebih baik dan jadi orang yang bertanggungjawab."

"Semua berkat Nenek, Bagas sayang banget sama Nenek, Bagas tidak tahu kalau tidak ada Nenek, mungkin Bagas sekarang sudah hancur."

Sekali lagi Nenek Sasmita tersenyum menatap penuh kehangatan.

"Itu semua karena diri kamu sendiri, Nenek yakin, kalau cucu Nenek adalah seorang laki - laki hebat, tidak  ada masalah yang berat didunia ini selama kita mampu memyelesaikannya dengan kepala dingin dan pemikiran yang logis."

"Iya Nek...oh iya, Nenek, sudah makan?" tanya Bagas.

"Sudah sayang, kamu pasti belum makan ya?"

"Bagas sudah makan tadi di hotel."

"Ya sudah, sekarang Bagas istirahat, ya? pasti cape."

"Iya Nek."

Setelah mencium pipi Nenek Sasmita, Bagas menuju ke kamarnya, merebahkan badannya yang terasa lelah, karena lelahnya, sampai tidak sempat berganti pakaian apalagi mandi, tidak selang berapa lama, Bagas sudah tertidur.

Tiba - tiba Pintu kamar Bagas dibuka oleh Saripah, Saripah adalah pembantu yang sudah lama bekerja di keluarga Ivander, Saripah perlahan membangunkan Bagas yang sedang terlelap tidur.

"Tuan..Tuan..Bangun."

Bagas membuka matanya, dan kaget karena ada Saripah di kamarnya.

"Ada apa mbok!?" seru  Bagas."

"Maaf Tuan, Mbok lancang masuk kamar, dan membangunkan Tuan."

"Iya tidak apa - apa Mbok, ada apa Mbok membangunkan saya," tanya Bagas."

Bagas duduk ditempat tidurnya, dan meregangkan otot - ototnya, menatap kearah Saripah, dengan masih mengucek - ngucek matanya.

"Tuan, nyonya dibawa ke Rumah Sakit."

Bagas tersentak kaget dan langsung berdiri.

"Nenek kenapa, Mbok? kenapa saya tidak dibangunkan dari tadi."

"Nenek penyakitnya kerasa lagi Tuan, sebelum dibawa ke ambulance saya sudah mau membangunkan Tuan, tapi Nenek melarangnya, karena kasihan katanya, Tuan cape baru pulang dari luar kota."

Dalam batin Bagas, 'Nenek, bisa - bisanya berkata seperti itu, dalam kondisi begini'.

"Mbok saya mau menyusul nenek ke Rumah Sakit, Nenek dibawa ke Rumah Sakit mana?"

"Rumah Sakit Hasan Sadikin, Tuan."

Bagas bergegas mengambil kunci mobilnya, karena merasa khwatir memikirkan kondisi Nenek Sasmita, Bagas tidak sempat untuk mandi dan berganti pakaian, Bagas tidak peduli dengan badannya, yang sebenarnya sudah tidak nyaman, karena belum mandi, yang terpenting sekarang adalah neneknya.

Bagas yang mengendarai mobil Jeep Wrangler Rubicon, melaju sangat cepat, pikirannya sudah tidak bisa dikontrol, tidak perduli dengan keselamatan dirinya sendiri, ingin segera tiba di Rumah Sakit dan menemui neneknya.

Saat Bagas tiba di Rumah Sakit, sudah ada Asep, Asep sendiri adalah supir kepercayaan keluarga Ivander, yang memang menemani nenek ikut mobil Ambulance, dan ada Adam juga, mereka semua sedang menunggu Bagas di depan IGD.

Bagas menghampiri mereka dengan wajah yang sangat cemas.

"Om, Nenek di mana?"

Adam saseno hanya terdiam, tertunduk menahan sedihnya, tak kuasa untuk berkata apapun, Bagas yang melihat itu merasa semakin kuatir dan panik sendiri.

Bagas mendekat kearah Adam, tangannya memegang pundak Adam dan mengguncang - guncangkannya, suaranya terdengar sedikit marah karena Adam tidak juga menjawab pertanyaannya.

"Om, jawab!! Nenek di mana?"

Adam tidak kuasa berkata, langsung memeluk Bagas dan menangis.

Melihat Adam yang bersikap seperti itu, membuat Bagas semakin penasaran dan pikirannya mulai berkecamuk kemana - mana, Bagas tak mau berpikir yang tidak - tidak soal yang terjadi kepada neneknya, mencoba bersikap rasional dan menepis semua pikiran buruknya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
semoga nemek.bagas baik.baik.saja
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
Ceritanya amazing...
goodnovel comment avatar
irwin rogate
Cerita yang baik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status