Share

BAB 42

Nafisa sedang duduk di ruang tamu rumahnya sambil merajut dan ditemani oleh abahnya yang sedang meperhatikan dirinya.

“Ada apa abah?”

Abah hanya tersenyum melihat sang putri yang sedang duduk di sampingnya sambil menggenakan mukena putih.

“Sayang!”

“Iya? Kenapa?”

“Rumah kita sepi nak!”

“Jika baba ingin ramai ke masjid saja, para santri bisanya sedang ngaji kalau jam segini.”

“Bukan itu maksud baba nak! Ah kamu ini tidak pekaan.”

Nafisa tersenyum dan menaruh hasil rajutnya di meja di depannya.

“Terus apa?” 

“Baba ingin mendengar suara tangisan bayi.”

“Hah? Apa sih ba mulai deh.”

“Memangnya kamu tidak ingin menikah?”

“Keingin itu selalu ada dan pasti ada, cuman untuk punya bayi harus nikah dulu!”

“Seandainya babah carikan santri babah mau?”

Nafasi terdiam dan mulai menatap abahnya. Nafisa meraih tangan abahnya.

“Bukannya sudah ada? Kenapa tidak babah car

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status