Menceritakan kisah romantis sepasang suami istri yang baru saja menikah. Pada awalnya sama - sama menaruh rasa dan kekagumana antar keduanya
View More"Pernikahan itu menyatukan dua makhluk Allah yang berbeda. Laki-laki sangat didominasi oleh logika. Sementara wanita, lebih mengemuka perasaannya. Belum lagi latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan, dan lain sebagainya. Jadi jarang atau mustahil, dalam pernikahan itu langsung cocok, persis. Selalu saja ada kurangnya."
"Tugas suami itu mengayomi istri. Buat istri nyaman dengan kehadiran suami. Dan suami itu imam di rumah. Makanya dia yang paling tahu kemana arah rumah tangganya dibawa. Suami bersama istri harus bisa merumuskan visi keluarganya dibawa kemana. Tentu, semua merujuk kepada al-Qur'an dan as-Sunnah."
Syahid dan Aisyah berfoto dengan keluarga besar mereka masing masing. Hari itu hari yg bahagia untuk kedua keluarga besar tersebut, Aisyah dan Syahid berkeliling area masjid.
Syahid berjalan di depan Aisyah, mereka masih kaku, setelah itu Syahid dan Aisyah masuk ke dalam mobil dan bergegas pergi menuju rumah.Semua keluarga besar Aisyah dan Syahid berkempul di rumah aisyah, saat semuanya makan bersama Syahid di luar rumah sedang menerima telfon dari kerabat yg jauh, mereka mengucap selamat dan mendoakan Syahid.
Aisyah mulai mendekati Syahid.
"Mas syahid sudah makan"
Syahid menggelengkan kepalanya.
"Makan dulu ayo."
Mereka berjalan menuju meja makan, Syahid melihat ke arah meja makan dan duduk di kursi meja makan.
"Mau makan apa ?"
"Nasi putih sama ayam goreng saja."
Aisyah mengambil makan yg diinginkan Syahid dan memberikan pada Syahid, Syahid membalasnya dengan senyuman pada Aisyah.
Aisyah menuangkan air pada gelas dan menaruhnya di dekat Syahid, Syahid menyantap makan itu
Dan Aisyah duduk di samping syahid.Zahra kemudian datang
"cie cie yg sudah halal"
Syahid dan Aisyah hanya tersenyum.
Abah Aisyah datang."Syahid setalah ini, kamu bersih bersih ya, terus kita shalat jamaah di masjid bersama keluarga yg belum pulang."
"Baik abah"
Mendengar syahid memanggilnya dengan sebutan itu abah Aisyah tersenyum.
"Untuk para muslimah shalat di rumah saja."
Aisyah dan zahra mengangguk.
"Kamar mandinya di mana?"
"Mas syahid mandi di kamar kita saja."
"Cie kamar kita" ledekan Zahra.
Syahid mengangguk, mereka berjalan bersama melewati tangga dan aisyah membuka pintu sebuah kamar dan mereka bersama mamasukinya.
Syahid melihat ke sudut ruangan kamar tersebut
"Koper mas ada di sebelah lemari."
"Oh iya"
"Mau Aisyah siapain bajunya."
"Ehh tidak usa biar saya ambil sendiri saja, baju saya."
"Enggak apa apa kok mas."
"Jangan."
Aisyah melihat syahid yg masih malu-malu.
"Baik la, sya tinggal ya!"
Syahid bersiap.
Aisyah keluar dari kamar itu masih dengan baju pengantingnya dan turun dari tangga, saat turun ia bertemu dengan zahra.
Mereka saling bertatapan, Aisyah memengang tangan Zahra.
"Selalulah belajar tuk menjadi shalihah. Dan sebaik-baik guru bagimu adalah suami yang shaleh. Seorang lelaki yang senantiasa menyebut nama Allah di hadapanmu. Seorang lelaki yangsenantiasayang senantiasa menyebut namamu di hadapan Allah..Banyak perempuan yang kehilangan sabar-nya, hingga ia kehilangan lelaki shaleh-nya..Maka, nikmati sabarmu, ya. Semoga kesabaranmu menjadi wasilah dipertemukan-nya dirimu dengan lelaki shaleh itu." kata aisyah
"Amin,bagaimana dengan Faqih? Apa kamu sudah melupakan kenangan tentangnya?"
Aisyah menarik nafas dan berdiri membelakangi Zahra.
"Kenangan itu tidak akan pergi. Masa lalu tak akan beranjak pergi sesentil pun dari pikiran."
"Lantas, apa yang harus kamu lakukan?"
Mendengar hal tersebut Aisyah membalikan badannya pada Zahra dan Aisyah melihat syahid yg turun dari tangga.
"Sederhana, hampiri dia dengan senyum termanis. Sapa dia dengan ucapan tersantun. Namun jangan lupa, kita menghampiri dan menyapanya tidak sendirian, tapi dengan menggandeng seseorang yang jauh lebih baik dari dirinya." Sambil menggenggam tangan syahid yg baru turun dari tangga
Syahid terkejut
"Ada apa ini?"
Kemudian aisyah mencium tangan syahid yg di ngenggam dan melepaskannya
"Mau keluarkan?"
Syahid tersenyum Dan memegang kepala aisyah, Syahid dan bergegas pergi.
Usai shalat dzuhur berjamaah, Kini tinggal orang tua syahid dan orang tua Aisyah yg duduk di sofa. Mereka sedang berbincang bincang, Abah Aisyah duduk di satu sofa dengan umminya. Mama dan papa syahid juga, Sedangkan Aisyah dan syahid duduk berpisa namun masih berhadapan.
"Untuk Aisyah dan Syahid papa ada hadiah untuk kalian" kata papa Syahid.
"Hadian?"kata syahid.
Papa syahid mengeluarkan sebuah kunci dari dalam sakunya.
"Ini buat kalian!"
"Apa ini pa?" kata syahid.
"Kunci rumah" kata papa Syahid.
"Kunci rumah?" kata Aisyah.
"Iya papa sudah siapkan sebuah rumah beserta isinya untuk kalian berdua tempati, ya Agar kalian bisa mandiri dan kalian juga bisa leluasa juga bisa saling mengenal satu sama lain" kata papa Syahid.
Aisyah yg duduk berhadapan dengan syahid hanya saling menatap
"Ya memang benar kata papamu nak, kamu sama istrimu memang harus tinggal berdua saja, agar bisa mengenal satu sama lain" kata abah Aisyah
"Fatimah putri rasul pun setelah menikah, ia tingggal hanya bersama suaminya" kata ummi Aisyah.
Ketika kedua orang tua syahid pulang, Aisyah masuk ke kamarnya kemudian Syahid juga masuk, di dapatinya istrinya tersebut di depan meja hias sedang membersikan make up nya. Syahid masuk dan langsung duduk di kasur sambil memainkan poselnya.
Matanya melihat ke arah sang istri, Aisyah yg awalnya tidak memgetahui sedang di perhatikan sang suami.
Beberapa menit kemudian aisyah sadar bahwa syahid sedang memperhatikannya
"Ada apa?"
Syahid hanya tersenyum dan tertunduk.
"Ada yg salah?"
"Oh tidak"
"Sungguh?"
Syahid tersenyum kembali. Syahid melihat ke arah jam dinding di kamar Aisyah.
"Saya mau salat asar + magrib ya."
"Maksudnya?"
"Iya setelah asar nanti sya di masjid sambil nunggu magrib."
"Oh iya, mau makan apa nanti malam?"
"Apa saja de"
Syahid pergi ke kamar mandi dan bergegas pergi. Di masjid syahid habiskan untuk tilawah dan murojaah hafalan Qur'annya, sesekali ia berbincang bincang dengan sang mertua yg juga menemaninya di masjid.
"Pengantin baru, kok betah di masjid,bukan betah di rumah sama istri." ledakan sang mertua
Syahid hanya tersenyum malu, sedangkan Aisyah membantu umminya memasak. Usai shalat magrib syahid dan mertuanya pulang ke rumah dan mereka sudah di siapkan makan malam setelah itu meraka berbicang bincang
kemudian pergi lagi ke masjid untuk shalat isyah, selepas dari masjid mereka semua duduk di ruang keluarga, Syahid duduk di sebelah Aisyah meski sudah sah aisyah masih saja merasa kaku Ia gerogi duduk di dekat syahid"Kalian gk mau istirahat?" tanya abah.
Syahid dan Aisyah terdiam.
"Kalau tidak abah yg istirahat duluan, sudah capek."
"Silahakan abah." kata syahid
Abah masuk ke kamar begitupun syahid
Setelah sampai kamar ia duduk di kasur kakinya selonjor dan sambil bersender Aiyah kemudian masuk membawa segelas air. Aisyah menaruh air tersebut di sebelah tempat tidurnya dan aisyah duduk di sebelah syahid"Besok dokter kerja?"
"Iya besok kerja."
"Mau sya anterin dok?"
"Mas jangan panggil dokter lagi."
Yang awalnya syahid duduk bersebelahan kemudian ia mengarahkan badanya ke aisyah yg duduk di sebelahnya.
Ia duduk di sambil bersilah
Aisyah juga demikian, mereka berhadapan."Mau di panggil apa?"
"Terserah" kata Aisyah sambil tertunduk.
"Zaujati"
Aisyah tersenyum dan tertunduk
"Panggilan yg bikin baper kaum hawa itu cuman 1 yaitu panggilan 'istriku' (zaujati)"
Syahid mendekatkan wajahnya pada Aisyah
"Sosok yg dulu hanya di lihat dari jauh sekarang atas karuniaNya mampu di lihat dari dekat."
Aisyah tersipu malu.
"Sosok yg dulu hanya di idamkan sekarang atas kuasaNya kini bisa di miliki" kata Aisyah.
"Kamu bukan cuma orang yang saya impikan tapi juga orang yg saya nantikan, bukan cuma orang yg saya kagumi Tapi juga orang yg saya inginkan" kata Syahid.
Aisyah tersenyum.
"Jadilah imamku untuk dunia dan akhiratku."
Syahid tersenyum dan membuka kedua tangannya.
"Izinkan mas untuk memelukmu untuk kali pertama."
Mendenger kata itu aisyah mendekat pada syahid dan sedikit demi sedikit, Aisyah menaruh kepalanya di dada Syahid dan syahid memeluk erat tubuh aisyah
"Yang dulu hanya melihat dari jauh, sekarang dapat di peluk erat."
Aisyah tersenyum dalam dekapan syahid kemudian syahid melepaskannya.
Mereka duduk berhadapan, Lutut Syahid menempel dengan lutut Aisyah, tatapan keduanya pun bertemu.
"Masih punya wudhu?"
Aisyah terdiam
"Kenapa diam?"
"Aisyah sedang datang bulan mas."
Syahid tersenyum padanya.
"Ya sudah istirahat saja"
Aisyah membuka kerudungnya depan syahid, Syahdi melihat rambut aisyah terurai.
"Subhanallah, ternyata Allah memberiku sosok yg selain shaleha dan cerdas ia juga cantik, mampu membuat diri ini terpesona dengannya"
Aisyah tersipu malu
Udarah subuh kala itu masuk ke kamar Aisyah dan Syahid memalui sela – sela jendela rumah mereka.Sebelum membangunkan Syahid, Aisyah terlebih dahulu mengambil wudu ke kamar mandi kemudian menggunakan mukena putihnya. Syahid masih berada di atas kasur dengan tubuh masih di tutupi oleh selimut..Aisyah perlahan berjalan menuju tempat tidur dimana suaminya masih terlelap.“Massssss,”bisik Aisyah pada telinga kanan Syahid.Syahid tak kunjung membuka matanya.“Sayanggggggggg,” tetap berbisik di telinga Syahid.Masih belum ada respon dari Syahid.“Dia tidur apa gladi mati? Susah sekali banguninnya.”“Sayang subuh, sayang bangun.”Tetap tidak ada respon dari Syahid.“Bangun yang, ih, ayo buka matanya.”“Aku mau buka mata asal di cium,” jawab syaid yang masih menutup matanya.“Oh modus rupanya dia, eh kamu yah.”
Nafisa sedang duduk di ruang tamu rumahnya sambil merajut dan ditemani oleh abahnya yang sedang meperhatikan dirinya. “Ada apa abah?” Abah hanya tersenyum melihat sang putri yang sedang duduk di sampingnya sambil menggenakan mukena putih. “Sayang!” “Iya? Kenapa?” “Rumah kita sepi nak!” “Jika baba ingin ramai ke masjid saja, para santri bisanya sedang ngaji kalau jam segini.” “Bukan itu maksud baba nak! Ah kamu ini tidak pekaan.” Nafisa tersenyum dan menaruh hasil rajutnya di meja di depannya. “Terus apa?” “Baba ingin mendengar suara tangisan bayi.” “Hah? Apa sih ba mulai deh.” “Memangnya kamu tidak ingin menikah?” “Keingin itu selalu ada dan pasti ada, cuman untuk punya bayi harus nikah dulu!” “Seandainya babah carikan santri babah mau?” Nafasi terdiam dan mulai menatap abahnya. Nafisa meraih tangan abahnya. “Bukannya sudah ada? Kenapa tidak babah car
Syahid duduk di balkon rumahnya sambil memegang kitab Al Hikam.Aisyah membawakan secangkir teh hangat untuk Syahid yang sedang menyantai di rumahnya."Masku sayang, Aisyah bawakan teh hangat untuk kamu.""Adu Istri mas yang cantik ini sangat perhatian.""Aisyah cantik?""Masak ganteng?""Iya enggak lah, sayang.""Kita mau belajar bareng yuk!""Belajar apa sayang?""Belajar Al hikam, mau?""Mau dong sayang.""Baik kita bahas tentang "Dia telah memberikan padamu nikmat, yang pertama adalah nikmat penciptaan dan kemudian dipenuhi (disempurnakan) pemberian-Nya itu secara terus-menerus.""Maksudnya gimana?"“Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu p
Usai menghabiskan waktu dengan Aisyah Syahid tak lantas pulang, dia mengajak Aisyah jalan-jalan ke pusat perbelanjaan.Syahid berniat membalikan baju baru untuk sang istri. Saat sampai di are parkir Syahid tak menemukan tempat untuk memarkir mobilnya dan dia berinisiatif memarkir di luar parkirkan pusat perbelanjaan tersebut.Usai memarkir mobilnya, Syahid keluar dan berlari menuju pintu mobil Aisyah untuk membukakannya."Maaf ya sayang kita harus agak jalan sedikit.""Tidak apa-apa mas, biar sedikit olah raga."Mereka berjalan beriringan. Aisyah berjalan sambil memegangi lengan Syahid. Saat sedang asyik berjalan tiba-tiba mereka berpapasan dengan seorang wanita yang dikenal. Melihat wanita itu Syahid langsung memegang tangan Aisyah yang posisinya merangkul tangannya."Neng Nafisa?""Mas Syahid!" sambil melihat ke arah tangan Syahid yang memegang tangan Aisyah yang posisinya merangkul lengannya.&nbs
Nafisa sedang berkaca di meja hiasnya dan tanpa disadari abahnya memperhatikan dari luar kamar. pintu kamar Nafisa sedikit terbuka dan dari cela itu abah Nafisa melihat putrinya yang sedang berias."Cantik anak babah.""Eh ada babah ternyata.""Mau ke mana?""Mau ke toko buku. oh iya belum izin ke babah, boleh ya!""Iya boleh! asal ajak santri juga jangan sendiri.""Siap!""Kok tambah besar kamu tambah mirip ummimu.""Allah ingin ketika babah rindu ummi cukup lihat wajah Nafisa saja.""Babah takut nanti kalau kamu sudah menikah kamu akan meninggalkan babah dan pesantren ini.""Jika nikahnya masa mas Syahid tentu saja Nafisa akan tetap tinggal di sini bah, dan pastinya mas Syahid mau diajak tinggal di sini."Abah Nafisa terkejut dengan pernyataan putrinya tersebut."Bercanda bah, ih si babah tidak bisa diajak bercanda," jawab Nafisa yan
Aisyah merapikan bajunya di depan meja hiasnya sedangkan syahid memperhatikan Aisyah.“Uda cantik, tak perlu di apa-apain lagi,” kata Syahid.Aisyah hanya tersenyum malu.Syahid mulai mendekati tubuh Aisyah dan memeluknya dari belakang sambil mencium bahu Aisyah.“Kalau begini sepertinya tak akan jadi jalan,” kata Aisyah.Syahid menaruh kepalanya pada pundak Aisyah.“Maaf jika selama ini mas belum bisa membahagiakanmu.”Mendengar kalimat tersebut Aisyah hanya tersenyum dan memegang kepala Syahid yang sedang tidur di bahunya.“Apa kamu kira istrimu ini belum bahagia?”Syahid hanya terdiam.“Ada di sisimu saja sudah cukup membuatku bahagia, dan tak perlu apa-apa lagi.”Aisyah membalikkan badannya dan mereka kini sedang berhadap-hadapan.Aisyah memegang kedua pipi Syahid dengan kedua
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments