Pagi itu kirana turun dari mobilnya di dapati Faqih sedang berdiri di depan pintu kantornya.
Kirana berjalan Menghampiri Faqih.
“Kirana aku mau minta maaf sama kamu.”
Kirana berjalan begitu saja tanpa menghiraukan Faqih.
“Kirana tunggu,” sambil berjalan di belakang Kirana.
Semua karyawan Kirana melihat ke arah mereka.
“Itu tuan Faqih kan ya, anak konglong tbk kan,nona kirana punya hubungan apa dengannya?” kata kariawan kirana
“mungkin mereka pacaran kalik” kata kariawan kirana yg lain
“cocok si meraka berdua, sama sama tajir” kata kariawan kirana
Kirana membuka pintu ruangannya dan duduk di sofa sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya
“Maaf kirana, sunggu aku menyesal.” sambil berlutut dan menyatuhkan kedua telapak tangan faqih
Kemudian terdengar suara dari luar ruangan kirana
Usai acara seminar yang ia isiSyahid berkeliling are bazar untuk melihat lihatlangkah kaki syahid di hentikan oleh seorang ibu ibu penjual di bazar tersebut“Wah ini yang ngisi di dalam tadi ya? Ganteng banget”Syahid tersenyum.“Hu pak ustadz ceramahnya keren meresap ke hati.”“Terimah kasih buk.”“Belum nikah ya? kalau dari tampangnya masih unyu unyu, sepertinya belum nikah.”Mendengar hal tersebut syahid seolah enggan menjawabnya.“Oih ini ada Sesuatu buat ustadz,” sambil menyodorkan bingkisan.“Apa ini buk?” sambil mengambil bingkisan dari ibu ibu tersebut“Gamis ustadz.”“Gamis laki laki?”“Gamis wanita, kasih sama wanita yang menurut ustadz wanita tersebut spesial."“Oh iya terimah kasih.”&nb
Malam semakin larut, angin kian kencang masuk ke dalam kamar Aisyah dan Syahid melewati jendelah kamar mereka kemudian Syahid menutup jendelah tersebut dan bergegas menuju Aisyah berada di tempat tidur.Ia duduk di sebelah aisyah“Kakinya masih sakit?”“Sudah lumayan, kan di pijat mas tadi.”“Perlu di pijat lagi?”“Tidak perlu, mas istirahat saja!”Syahid melihat ke arah barisan buku buku yang tertata rapi di meja kerjanya.“Mama pandai banget kalau suruh menata.”“Memang mas Syahid gak pernah bersin sendiri?”“Iya pernah la, kalau berantakan si mama kadang suka ngomel dan dari kecil sudah di ajari rapi.”Syahi bangkit dari duduknya dan mengambil sebuah catatan di meja kerjanya dan kemabali pada posisi semula.
Faqih sedang berdiri di balkon melihat taman dibelakang rumahnya. Melihat berbagai macam tanaman bungan dan jernihnya air kolam.Sang ibu menghampirinya.“Kok kamu disini, kamu tidak pergi kantor?”“Entahlah, hari ini faqih hanya ingin di rumah saja.”“Kenapa sayang?”“Ada masalah dengan kantor?”Faqih menggeleng ngelengkan kepalanya.“Nak, ayo yang semangat dong, kayak mami dan papi selalu bersemangat hingga kita punya semuanya dan tak kekurangan.”Faqih terdiam.“Ya sudah mami tinggal dulu ya.”Sang ibu berjalan meninggalkan faqih“Apa mami bahagia dengan semua ini?”Langkah kaki sang ibu berhenti dan ia pun membelikkan badannya.“Tentu saja mami bahagia sekali.”“Tapi kenapa hal tersebut tidak terjadi pada
Syahid sedang duduk di kursi dekat tempat tidur sang ayah.Sang ayah mulai membuka mata dan melihat syahid yang masih ada di sebelahnya"Jam berapa sekarang nak?""Jam 08 malam pa.""Kok kamu masih di sini?""Syahid mau menemani papa.""Jangn nak, kamu harus pulang istrimu pasti sudah menunggu.""Tapi.""Papa tidak apa apa, kamu pulang saja, jangan suka bikin istrimu khawatir.""Baik pa, Syahid akan pulang.""Iya, kamu harus pulang."Syahid mencium tangan sang ayah."Assalamualaikum.""Walaikum salam."Berat rasanya meninggalkan sang ayah, namun Syahid tidak bisa menolak permintaan sang ayah karena ia tidak pernah sekalipun menolak permintaan sang ayah.Setelah beberapa langkah ia menoleh pada sang ayah dan sang ayah membe
Syahid sedang duduk di balkon kamarnya sambil memengang buku dan aisyah bergegas menghampiri. Syahid sambil membawah teh hangat dan menaruhnya di meja depan Syahid.“Terimah kasih, “ ucapan Syahid.“Sama sama, di toko rameh ya? Kok di telfon gak di angkat,” sambil duduk di dekat Syahid.“Mas tadi gak di toko?”“Terus dimana?” penuh tanya.“Di pesantren."“Di pesantren?”“Iya, di pesantren Nurul Hikmah.”“Ngisi acara?”“Enggak”“Terus?”“Pengasuhnya itu ayahanda dari sahabat karip mas, semasa di Cairo.”“Oh jadi mas ke pesantren ketemu sama sahabat mas itu sama ayahnya.”“Kalau sama sahabat mas ketemunya cuma sama k
“Assalamuaikum,” sambil membuka pintu ruangan sayang ayah.“Walaikum salam,” sambil tersenyum.“Untuk ketemu papanya, anaknya perlu janjian dulu?”Sang ayah hanya tersenyum.“Ayo duduk.”Syahid mangangguk dan duduk di kursi depan meja sang ayah.“Ada apa? Ini kali pertamanya kamu ke kantor nak.”“Saat papa sakit, Syahid di minta mama untuk membantu papa di sini.”Mendengar kata kata tersebut dari sang putra, ayah Syahid hanya tersenyum.“Putraku tersayang, terimah kasih sudah mau membantu papa di sini.”“Sama sama, dengan hal ini papa bisa istirahat di rumah.”“Nak kamu di sini hanya membatu bukan memeng kendali atas perusaan ini.”Mendengar kata kata tersebut syahid
Pagi pagi Kirana mengendarai mobilnya seorang diri.“Si supir pakek acara sakit lagi, kan harus bawah mobil sendiri,” dengan wajah kesalnya.Mobil yang ia kemudikan melaju dengan sangat cepat dan di dalam mobil full music. Tiba tiba mobilnya berhenti dan dia turun dari mobil.“Adu pakek acara kempes segala si,” sambil melihat ban belakang mobilnya.“Pagi pagi gini mana ada bengkel buka, tuhan lengkap sudah penderitaanku,” sambil duduk di sebelah mobilnya.“Eh bentar, ini kam dekat rumah faqih, aku telfon saja si faqih minta supir atau siapa kek yang bisa ganti ban.”Ia bergegas menuju mobil untuk memgambil ponselnya yg masih ada di dalam mobil dan segera menelfon Faqih.“Hallo qih kamu di mana?”“Ya di rumah la kir, kenapa?”“Kamu bisa kirimin orang buat bantu aku qi?”
Faqih tetap melihat Adita yg mulai jauh darinya."Cewek aneh tapi baik dan cerdas"Ia meraih ponselnyan dan menelfon seseorang."Hallo, bang Fahmi, Faqih minta tolong kirimin satu unit iphone keluar terbaru untuk kariawan media.com yang namanya Adita Sari dan beri tulisan 'maaf' di box nya, tolong langsung di kirim hari ini," dan langsung mematikan ponselnya dan bergegas menuju mobilnya.Sedangkan Adita masuk pada sebuah kantor."Wow jam berapa ini?" teguran kawannya."Telat lima menit saja kalik" sambil melihat ke arah jam tangannya."Lu emang hoby telar dit!""Eh tahu gak si sama laki laki yg pakai jas dongker itu."Sambil menujuk pada Faqih yang berada di parkiran.Kantor tersebut di kelilingi oleh kaca sehingga terlihat jelas ke arah parkiran mobil."Emang lu gak tahu siapa dia?""Enggak," sambil