Share

Bab 7

Faqih menyantap menusarapan di rumahnya. Seorang asisten rumah tangga yang menemaninya mentanpa sarapan paginya sambil berdiri di dekat Faqih

"Kalau tuan sudah beristri, pasti makannya gak sendiri seperti ini." kata asisten rumah tangganya.

Faqih tersenyum. 

"Ehm doakan saja, biar makan bersama dengan istri bik." Jawab Faqih. 

"Amin, oh iya tuan nyanyo telfon tadi katanya bulan depan akan pulang ke sini."

Faqih mengguk sambil memakan roti. Setelah beberapa menit ia keluar rumahnya dan menuju bagasi mobilnya 

Berbeda dengan Syahid, Faqih mempunya beberapa mobil yg tertata rapi di parkiran bagasinya.

1. Honda jazz silver

2. Mercedes Benz GLA-Class Putih

3. Pajero Sport hitam 

4. Ferrari F430 merah

5. alphard 3.5 Q A/T

Seorang lelaki menghampiri Faqih.

"Mau pakai yg mana tuan? Untuk hari ini." kata lelaki tersebut.

Syahid menunjuk ke arah mobil Pajero Sport hitam 

"Mau di antar.?" kata lelaki itu.

"Tidak perlu," sambil berjalan dan manaiki mobilnya.

Sambil menyetir ia menelfon zahra.

"Hallo Zah kamu di mana?"

"Assalamuikum. " 

"Eh iya walaikum salam."

"Ngantor la, pikir aku pengangguran?"

"Waktu jam makan bisa ketemu nanti?" 

"Bisa bisa, tapi makan di dekat kantorku ya!" 

"Siap siap."

Sedangkan Aisyah langsung bergegas masuk menuju ruangannya, di dapati sebuah karanga bunga dan kue coklat.

"Pasti dari mas Syahid, dia kirim orang untukku."

Aisyah melihat selembar surat yg berisi 

'Hai kamuku selamat bekerja ya, ttd Faqih'

Aisyah mengerutkan keningnya.

"Faqih"

Tiba tiba suster diana mengetuk pintu ruangannya.

'tok tok tok'

"Masuk."

Suster Diana memasuki rungan itu.

"Selamat pagi dokter."

"Pagi juga sister Diana." 

"Wih dapat kiriman coklat dan bunga." 

Aisyah melihat ke kotak coklat tersebut.

"Ini buat suster de dan bagikan ke yang lain," sambil menyodorkan coklat itu.

Suster diana mengabil dari tangan Aisyah.

"Terimahkasih." 

Dan Suster Diana keluar dari ruangan .

"Bungannya buat siapa ya?" 

Setelah berfikir, Aisyah punya ide untuk memberikan pada pasien dan ia memberikannya pada seorang pasien yg sudah lanjut usia.

"Ini buat nenek," sambil memberinya.

"Dalam rangka apa dok?"

"Nenek sudah mau minum obat secara teratur." Kata Aisyah.

"Terimah kasih banyak dok!"

"Sama sama, nek!" 

Aisyah kembali ke ruangannya. Ia mengambil ponselnya.

"Mas syahid sudah di mana ya ? Kirim pesan saja de."

Di tempat lain Zahra sedang menunggu Faqih.

"Lama banget si Faqih."

Beberapa menit Faqih datang. 

"Hey lama ya?" 

"Pakek nanyak lagi, ya lah, lama banget." 

"Maaf macet." 

"Banyak alasanmu, oh iya sebenarnya ada apa si?"

"Mau minta pendapat." 

"Pendapat?" 

"Gini zah, menurutmu kapan waktu yang tepat buat aku ketemu sama orang tua Aisyah?" 

Zahra terkejut dan terdiam.

"Zah? Gimana?" 

"Ada yg ingin aku omongin sama kamu, qih!" 

"Apa ?" 

"Se....benarnya....sebenarnya." Zahra terbata bata. 

"Sebenarnya apa zah?" 

"Sebenarnya Aisyah," Zahra masih terbata bata.

"Aisyah kenapa ?" 

"Aisyah sudah." 

"Sudah apa?" 

"Sudaaah menikah." 

"Hah?" faqih terkejut dengan perekataan yang terlontar dari mulut Zahra.

"Kamu bohong, bercanda kan?, ah kamu ini bercanda muluk." 

"Enggak qih, aku serius"

"Gak mungkin, ini gak mungkin Aisyah nunggu aku lo Zah, nunggu aku pulang!" 

"Kamu terlalu lama ninggalin dia."

Faqih yg awalnya riang tiba taba murung

Dan menundukkan kepalanya 

"Dia kan bisa nunggu aku zah, apa susahnya menunggu si? Hanya menunggu saja" 

"Siapa bilang menanti itu gak ngapa-ngapain? Lihatlah ke dalam hatinya, tengoklah ke dasar jiwanya. Kau kan temukan kecemasan, kekhawatiran, serta rasa was-was yang berkecamuk. Sungguh jika kau perempuan, kau akan benar-benar mengerti bahwa menanti, jauh lebih melelahkan dari menjemput."

"Aku sudah mengharapkannya lama, sudah menunggunya begitu lama dan kini dia sudah di miliki yg lain." mata faqih sambil berkaca kaca 

"Ini sudah jalannya, qih!" 

"Penantian yang paling melelahkan adalah, kau lama menunggu tapi dia malah datang pada yang lain." Sambil menundukkan kepalanya seraya menahan air mata. 

"Percayalah, saat Kamu kehilangan seseorang yang sempat diidamkan, kelak pada waktunya, Allah akan menggantinya dengan sosok yang selain diinginkan, ia juga Kamu butuhkan." Zahra mencoba menenangkan Faqih.

Faqih terdiam dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya kemudian Faqih bangkit dari tempat duduknya.

"Aku harus ketemu Aisyah." bergegas Meninggalkan Zahra.

Zahra juga bangkit dan memangil faqih yang terus menjauhnya .

"Qih! qih! Tunggu!"

Sedangkan Aisyah sibuk di ruang kerjanya, ia sibuk dengan leptop dan map map di mejanya kemudian ponseonya berbunyi Aisyah meraih ponselnya ternyata pesan dari syahid Aisyah lansung membalasnya. Aisyah membalasnya sambil tersenyum. Saat asik membalas pesan Syahid tiba tiba Faqih menelfonya dan Aisyah sangat terkejut.

"Ngapain dia telfon?"

Namun ia tak menganggat telfon Faqih,

Faqih terus menelfonnya, lagi lagi aisyah mematikan telfon faqih.

"Ngapain si dia." dengan nada sebal 

Krna tak depat respon 

Faqih mengirim pesan pada aisyah 

Namun aisyah enggan membalasnya 

Krna tidak di reslon faqih mengirim pesan lagi. Aisyah masih enggan membalasnya pesan Faqih. Faqih kemudian nekat mendatangi Aisyah. Faqih tetap memaksa aisyah untuk bertemu sampai pada akhirnya Aisyah menyetujui untuk bertemu dengan Faqih. 

Usai membalas pesan saang istri Syahid bergegas menunju tempat rapat. Lagi lagi bertemu dengan Kirana.

"Hey ketemu lagi kita mas." 

Syahid hanya tersenyum dan sambil melihat ke arah jam tangannya, tiba tiba teman Syahid menepuk pundaknya.

"Hai boss apa kabar?" sambil berjabat tangan.

"Alhamdulillah baik"

"Selamat datang di riau, gimana istirahatnya tadi ?"

"Nyenyak banget tidurnya" 

"Ih kok aku di cuekin si" kata Kirana dalam hati dengan wajah beteknya. 

"Oh iya ini nona Kirana dan ini tuan Syahid" 

"Kita sudah kenal," kata Syahid.

"Dia ini investor terbesar kita dalam penggarapan restoran mewah kita, dia punya saham 45%." 

"Oh, mbak Kirana ini pembisnis juga rupanya." 

Kirana tersenyum pada Syahid.

"Mari keruangan saja biar bisa langsung mulai rapat kita." 

Mereka bertiga masuk keruang dan ternyata di sana sudah ada beberapa investor lain, saat rapat berlangsung kirana hanya fokus melihat ke arah Syahid dan hal itu di ketahui oleh asisten Kirana.

"Nona sepertinya hanya fokus pada laki laki itu saja dari tadi." 

"Bagaimana dia menurutmu?" tanya Kirana pada asistennya tersebut.

"Ehm lumayan, lumayan ganteng." 

"Kalau yang kayak gitu bukan lumayan lagi, ganteng bangettttttt."

"Bukannya nona dekat sama di rektur utamanya PT Agung Podomoro Group Tbk (APLN) tuan Faqih itu?" 

"Iyaa si!"

"Sudah la non sama Faqih saja lebih jelas tajirnya, perusahan yang di pimpinan sekarang kan sudah memiliki 24 anak usaha dengan proyek yang tersebar di Jakarta, Karawang, Bandung, Bali, Balikpapan dan Makassar, sedangkan dia mungkin masih pemula, dia itu hanya punya saham 7% di proyek ini itu pun dia mau investasi di sini karena direktur proyek ini temennya ya mungkin krna di paksa di mau masuk ke sini."

"Faqih itu tergila gila sama Aisyah, ya setidaknya kalau faqih jadi sama Aisyah saya itu gak terlalu patah hati gitu, kan ada dia sebagai penggantinya."

"Oh ini namanya dia jadi ban serep nona." 

"Ya begitulah."

Mereka tertawa kecil.

Usai rapat syahid bergegas pergi namun di hadang oleh kirana 

"Mas bisa kita bicara sebentar?" 

Syahid melihat ke arah jam tangannya.

"Maaf mbk kirana, saya tidak bisa." 

"Kenapa?" 

"Ini sudah waktunya shalat ashar, maaf ya saya buru buru" Syahid bergegas pergi.

"Tapi masss, huuuu sudah ganteng ternyata juga sholeh, ini si top banget, gak boleh lepas pokoknya." 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status