Home / Rumah Tangga / SURGA YANG TAK DIINGINKAN / Bab 1. Kejutan Dari Suamiku

Share

SURGA YANG TAK DIINGINKAN
SURGA YANG TAK DIINGINKAN
Author: Aryan Lee

Bab 1. Kejutan Dari Suamiku

Author: Aryan Lee
last update Last Updated: 2025-02-11 07:40:05

"Assalamualaikum .., sayang," ucap Zian dari seberang sana.

"Waalaikumsalam ..., Mas," sahut Rani dengan senangnya.

"Sayang, maaf ya Mas tidak jadi pulang hari ini. Insha Allah besok baru bisa kembali ke Jakarta. Mendadak ada urusan penting," ujar Zian memberitahu.

Rani menarik senyumnya dan berkata, "Iya tidak apa-apa yang penting pekerjaan Mas lancar." Ia selalu mengerti keadaan suaminya yang sibuk bekerja.

"Aaminn .., terima kasih atas doanya. Sekali lagi maaf karena kamu pasti sudah ambil libur hari ini. Mas janji akan kasih kamu kejutan!" ucap Zian kembali.

"Iya Mas, aku tunggu ya!" sahut Rani kembali dan percakapan mereka pun berakhir.

Rani ada seorang staf di salah satu perusahaan retail. Setiap suaminya pulang dari luar kota ia selalu libur. Akan tetapi, sepertinya rencana penyambutan kali ini gagal. Biarlah tidak mengapa masih ada hari esok. Jadi semakin banyak waktu untuk mempersiapkan kejutan buat suami tercinta.

Sebenarnya sudah lama Rani ingin menjadi ibu rumah tangga saja. Akan tetapi, niat itu baru bisa terlaksana sekarang. Ia ingin melayani suaminya dan berisitirahat total. Mungkin dengan begitu mereka akan cepat diberi momongan. Lagipula pekerjaan Zian sebagai kontraktor sudah lebih dari cukup.

Sungguh Rani tidak menyangka bisa melewati hari-hari yang sulit pada awal pernikahan mereka. Dahulu pekerjaan Zian yang tidak tetap membuat wanita itu harus ikut terjun mencari nafkah. Bukan tidak mensyukuri rejeki yang didapat suaminya. Namun, beban Zian sebagai tulang punggung keluarganya membuat mereka harus bekerja keras.

Ketika Rani sedang berpikir makanan yang telah di masaknya akan dibagi ke siapa, tiba-tiba ponselnya kembali berdering. Ia segera menerima panggilan masuk.

"Halo Ran, hari ini kita mau menjenguk Meri di rumah sakit. Ikut Yuk, kamu kan sudah bebas sekarang!" ajak Tina teman sekantor Rani.

"Jam berapa dan kita ketemuan di mana?" tanya Rani dengan serius.

"Bagaimana kalau jam satu siang, kita langsung ketemu di loby rumah sakit saja. Nanti aku share lock ya!" jawab teman Rani kembali.

"Oke, nanti aku minta izin dulu sama suamiku ya!" sahut Rani menyetujui.

Rani segera mengirim pesan, kalau mau menjenguk temannya yang sakit. Setelah mendapatkan izin dari Zian, ia langsung bersiap-siap untuk pergi menjenguk temannya.

***

Setelah sejam perjalanan ke kota Bekasi, akhirnya Rani sampai di rumah sakit tempat rekan sekantornya dulu dirawat. Wanita itu bergegas menuju loby, di mana teman-temannya yang lain sudah menunggu.

"Akhirnya kita bisa ketemuan lagi," ujar salah satu rekan Rani.

"Makanya jangan direncanakan gagal terus. Lebih baik mendadak pasti jadi," sahut Tina yang disambut anggukan oleh Rani dan teman lainnya.

Setelah sejenak bertegur sapa, mereka kemudian menuju ke salah satu ruang inap.

"Kenapa bisa seperti ini Mer?" tanya Rani sambil menatap temannya yang sedang terbaring lemah itu dengan beberapa luka lebam.

Sambil berderai air mata Meri menceritakan, kalau dia mendapat kekerasan dari suaminya sendiri. Semua dipicu karena adanya orang ketiga yang hadir di dalam rumah tangga mereka.

"Kamu yang sabar ya, tapi jangan diam saja. Dengan bukti luka memar di tubuhmu itu sudah cukup untuk menjebloskan mereka ke dalam penjara. Beri pelajaran suamimu dan pelakor itu biar kapok!" usul Tina dengan geram.

"Iya betul itu, biar mereka merasakan dinginnya penjara!" sahut teman yang lainnya.

Sementara itu Rani hanya mendengarkan dengan miris. Tentu saja sebagai seorang perempuan dia tidak tega melihat kondisi temannya seperti itu.

"Kalau kamu butuh bantuan bilang saja, kami siap membantumu!" ujar Rani yang dijawab anggukan oleh Meri

Mereka terus mensuport Meri agar tetap kuat dan tegar sampai waktu jenguk habis.

"Aku kalau jadi Meri langsung ajukan gugatan. Biar lelaki itu tidak menganggap kita lemah," ujar Tina yang sangat membenci perselingkuhan. Ia paham sekali bagaimana rasanya dikhianati karena pernah mengalaminya.

"Kamu kan belum punya anak Tin, kalau Meri harus memikirkan semuanya dengan matang dulu. Apalagi suaminya berjanji akan berubah," sahut temannya yang lain.

Mereka kemudian berdebat saling memberikan masing-masing pendapat. Sementara itu Rani tidak berkomentar apa pun dan merasa bersyukur atas pernikahannya yang langgeng. Padahal sudah sembilan tahun belum dikaruniai momongan.

"Pokoknya jika usia pernikahan memasuki angka ganjil. Siap-siap saja pasti akan mendapatkan ujian, kalau kuat akan bertahan dan sebaliknya," ujar Tina kembali.

"Ah .., mitos itu, sudah jangan dibahas lagi. Sekarang kita jalan ke mana ni, mumpung libur bareng?" tanya teman Rani yang lainnya.

"Kita shoping ke mall saja yuk, sekalian makan siang bersama! Kamu bawa mobil kan Mel?" sahut Tina dengan antusias.

"Bawa dong, ayo kita pergi ke mall, tapi aku mau ke toilet dulu sebentar!" Rani menyetujui rencana temannya.

"Ya sudah, kalau begitu kami tunggu di loby saja ya!" sahut Tina yang dijawab anggukan oleh Rani.

Akhirnya Rani mencari toilet terdekat yang berada tidak jauh dari poli kandungan. Ia tersenyum melihat beberapa wanita hamil yang sedang mengantri di bangku tunggu.

"Ya Allah .., semoga aku cepat hamil seperti mereka," doa Rani di dalam hati dengan penuh harap.

Setelah selesai dari toilet, Rani hendak menuju ke loby. Akan tetapi, langkahnya terhenti ketika melihat seorang pria yang sedang duduk di bangku tunggu. Merasa secara pisik tidak asing, ia kemudian mendekat untuk memastikan siapa gerangan.

Sambil berdiri di samping pilar, Rani memperhatikan pria itu dengan saksama. Sayang posisinya membelakangi dan memakai masker, sehingga membuat Rani susah untuk mengenali.

Namun, rasa penasaran membuat Rani tetap bergeming sambil terus memperhatikan dengan saksama. Sampai suara ponsel membuyarkan konsentrasi wanita itu. Ia segera berlindung di balik pilar dan menerima panggilan itu.

"Ran kamu di mana sih kok lama banget?" tanya Tina dari seberang sana.

"Aku lagi di..." Mata Rani tampak terbelalak ketika menengok ke orang tadi. Di mana dia dengan jelas melihat pria itu yang sedang merangkul seorang wanita masuk ke poli kandungan.

Memang pria itu memakai masker, tapi dari jam tangan dan kemeja yang dipakainya sudah membuat Rani bisa menebak siapa gerangan.

"Mas Zian," lirih Rani tidak percaya.

Seketika jantung Rani berdetak sangat cepat, ketika melihat suaminya berada di rumah sakit ini bersama seorang perempuan di poli kandungan. Tanpa sadar ponsel yang sedang dipegangnya nyaris lepas dari genggaman.

Rani tampak mencengkeram ponselnya dengan kuat. Ketika melihat perempuan itu masuk ke ruang poli kandungan, sambil merangkul suaminya dengan manja. Tanpa bisa ditahan lagi air matanya pun berjatuhan menyaksikan semua itu.

Rani mulai berpikir jangan-jangan selama ini alasan Zian sering ke luar kota untuk membagi cintanya, bukan bekerja. Tiba-tiba ia merasakan hatinya seperti ditusuk ribuan jarum, sakit tak berdarah.

"Halo Ran, kok diam sih ada apa?" tanya Tina sampai beberapa kali.

Rani segera menyeka air matanya dan mematikan panggilan itu. Sambil menenangkan diri ia menemui teman-temannya dan mengatakan tidak bisa ikut pergi. Dengan alasan suaminya tiba-tiba memberitahu akan pulang dari luar kota.

"Aku kan sekarang sudah free, jadi kalian atur saja kapan kita jalan lagi!" pesan Rani.

"Ya sudah, kalau begitu kita pergi dulu!" sahut Tina yang dijawab anggukan oleh Rani.

Setelah memastikan teman-temannya sudah pergi dari rumah sakit, Rani segera kembali ke poli kandungan.

Langit hari ini tampak mendung, seperti hati Rani yang kelabu. Ia tampak terisak mengikuti mobil suaminya yang memasuki salah satu perumahan di Bekasi. Kendaraan itu terus meluncur dan memasuki car pot sebuah rumah minimalis.

Rani melihat Zian turun dari kendaraan itu bersama seorang wanita yang dikenalnya yaitu Dahlia, sekretaris suaminya di kantor. Pantas saja wanita itu mengajukan risign. Ternyata biar tidak diketahui orang, kalau diam-diam sudah menjadi simpanan suaminya. Dada Rani bergemuruh mengetahui kenyataan suaminya telah mendua.

"Tega kamu Mas mengkhianatiku dengan cara seperti ini?" tanya Rani sambil berderai air mata.

Pikiran Rani jadi kalut antara harus melabrak sekarang juga untuk membongkar kebohongan suaminya atau menunggu sampai Zian pulang ke rumah.

"Jadi ini kejutan darimu Mas? Sungguh jahat sekali," batin Rani yang telah terbakar api cemburu dan amarah.

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SURGA YANG TAK DIINGINKAN   Bab 34. Surat Terakhir

    "Kalau Mas Zian sudah membaca surat ini, berarti aku sudah pergi jauh. Jangan merasa bersalah karena keputusan ini murni pilihanku sendiri. Setelah tahu Mas Zian menikah lagi aku selalu berusaha menerima takdir ini dengan ikhlas. Tapi aku gagal, tidak bisa fokus beribadah terutama salat karena setiap saat bayangan kebersamaan kalian yang terus menggerogoti pikiranku."Tiba-tiba air mata Zian berjatuhan membayangkan betapa sakit dan hancurnya perasaan Rani. Dibalik kata tidak apa-apa dan sikapnya yang selalu pengertian ternyata Rani sangat menderita. Terpuruk, kesepian dan selalu merasa sendirian. Setelah menyeka air matanya, ia kembali melanjutkan membaca surat itu lagi. "Aku doakan Mas Zian bisa hidup bahagia bersama Dahlia dan Rizqi selamanya. Maafkan kalau selama ini sebagai istri aku banyak membangkang dan tidak menurut. Sungguh aku sudah belajar menerima, tetapi tetap tidak bisa. Apa pun yang Mas ketahui nanti pesanku jangan pernah lakukan kesalahan yang sama lagi. Selamat tingg

  • SURGA YANG TAK DIINGINKAN   Bab 33. Penyesalan Zian

    Sebenarnya berat bagi Zian untuk menceraikan Rani. Akan tetapi, pengkhianatan wanita itu baginya sudah fatal. Seandainya saja mereka baru melakukannya, mungkin Zian masih bisa memaafkan. Sayang ternyata sudah cukup lama dan tidak bisa ditolelir lagi. Terlebih Rani membandingkannya dengan Azka. Zian tidak menyangka Rani tega melakukan itu. Padahal selama ini selalu pengertian dan mengalah. Ternyata semua itu hanya kamuflase untuk menutupi perselingkuhan mereka. Zian memang masih mencintai Rani, tetapi perpisahan mungkin yang terbaik bagi keduanya. Zian dan Rani memilih untuk tidak hadir dalam panggilan sidang. Mereka hanya diwakili pengacara dari kedua belah pihak. Selama masa persidangan Rani tetap menempati rumahnya. Hingga tepat sebulan kemudian hakim mengetuk palu. Mengakhiri hubungan cinta dari yang pernah menyatukan mereka. Sebagai mantan istri, tentu saja Zian telah memberikan harta gono-gini yang sesuai untuk Rani. Ia berencana akan menemui wanita itu pada siang ini. Anggap

  • SURGA YANG TAK DIINGINKAN   Bab 32b. Keputusan Zian

    Seiring berjalannya waktu, Zian lebih memperhatikan Rani. Ia bahkan berusaha membagi waktu dengan seadil mungkin. Zian juga melarang Dahlia dan keluarganya memposting apa pun soal Rizqi. Namun, apa pun yang Zian lakukan belum bisa mengembalikan cinta Rani seperti dulu lagi."Sebaiknya aku anterin makan siang buat Mas Zian," ujar Rani yang ingin memperbaiki hubungannya dengan Zian agar bisa seperti dulu lagi. Selesai masak Rani langsung bersiap-siap. Setelah rapih, ia segera pergi ke kantor Zian. Dengan mengunakan taksi online. Ketika sampai di tempat tujuan, waktu menunjukan pukul setengah dua belas siang. Seorang security langsung menghampiri Rani yang memakai kaca mata dan masker. "Selamat siang Bu, ada yang bisa kami bantu?" tanya security itu dengan ramah. "Saya membawakan pesanan makan siang buat Pak Zian. Beliau minta saya untuk mengantarkan langsung ke ruangannya," jawab Rani yang berpura-pura sebagai pegawai catering. Dengan bingung security itu berkata, "Pak Zian baru s

  • SURGA YANG TAK DIINGINKAN   Bab 32. Emosi

    Alunan musik pop mengalun merdu di cafe Rain. Dua insan sedang duduk bercakap-cakap sambil menikmati coffee latte dan cappucino. Rani semakin dekat dengan Azka. Bahkan hampir setiap hari mereka bertemu di cafe untuk ngobrol sambil minum kopi. Tina dan Laras sudah biasa melihat keakraban mereka. Bahkan terkadang ikut nimbrung, kalau cafe sedang sepi."Kamu tidak bilang sama Zian, kalau madumu dan ibunya matre?" tanya Azka setelah mendengar cerita Rani. "Percuma, pasti Mas Zian menganggap aku cemburu. Lagipula mereka akan menggunakan anak itu sebagai ahli waris. Biarkan saja waktu yang memberitahunya kelak!" sahut Rani yang tidak mau menjelek-jelekan Dahlia dan ibunya. "Aku yakin sekali Zian pasti akan menyesal suatu hari nanti," timpal Azka kembali. Sambil mengangkat kedua bahunya Rani menimpali, "Entahlah, kalau aku lihat Mas Zian sekarang sedang bahagia menjadi seorang ayah. Menjalani kehidupan yang harmonis dan bahagia, semoga selamanya seperti itu.""Tapi tidak adil untukmu," c

  • SURGA YANG TAK DIINGINKAN   Bab 31. Hambar

    Hari demi hari berlalu Rani mulai merasakan ketidak adilan. Zian lebih sering berada di rumah Dahlia dengan berbagai macam alasan. Mulai dari anaknya sakit, rewel sampai hal-hal sepele yang sebenarnya bisa diatasi sendiri oleh Dahlia. Dari tiga hari jatahnya, paling hanya sehari Zian bersamanya itu pun hanya malam saja. Entah mengapa Rani merasa seperti wanita simpanan yang hanya dijenguk kalau diperlukan saja. Apakah seperti ini nasib istri yang tidak bisa punya anak. Harus sering mengalah demi kebahagian orang lain. Di perusahaan juga sudah banyak karywanan yang tahu perihal Zian menikah lagi dan mempunyai anak. Bahkan di media sosial Dahlia dan keluarga suaminya sudah terang-terangan memposting kebersamaan Zian dan Rizqi. Mereka sudah tidak lagi menjaga perasaan Rani. Apa yang Rani takutkan dulu kini bagaikan mimpi yang menjadi kenyataan. Dipaksa menerima keadaan dan kenyataan, sungguh sakit tak berdarah. "Sayang maaf ya, hari ini Mas tidak pulang, Rizqi sakit," ujar Zian member

  • SURGA YANG TAK DIINGINKAN   Bab 30. Cinta yang Berlebihan

    Mentari baru saja meninggi ketika Zian kedatangan tamu. Ia yang mau berangkat kerja menyempatkan diri untuk menemui orang itu. "Permisi Pak, apa benar di sini rumah Ibu Khairani?" tanya seorang pria yang berpakaian cukup rapi. "Iya benar, ada apa Mas?" jawab Zian sambil balik bertanya. Pria itu kembali menjawab, "Kami dari tim marketing Abadi Jaya mau mengantarkan pesanan motor Ibu Rani!" Zian tampak terkejut mengetahui istrinya membeli motor. Setelah marketing itu menyerahkan motor dan kuncinya, ia segera menemui Rani di kamar. "Buat apa kamu beli motor, Mas bisa belikan mobil yang sama kayak punya kamu dulu?" tanya Zian dengan heran. "Naik mobil macet," jawab Rani secara logis. Zian tampak menghela nafas panjang mendengar jawaban Rani yang hanya seperlunya saja. "Mas nggak bolehin kamu bawa mobil apalagi motor. Resikonya lebih besar, Sayang!" tegas Zian yang tidak mau terjadi sesuatu sama Rani. "Hidup mati kita sudah ditakdirkan Allah, jadi jangan terlalu mencemaskan aku!"

  • SURGA YANG TAK DIINGINKAN   Bab 29. Janji di Atas Ingkar

    "Biarkan Dahlia tinggal di sini, dia dan anak itu lebih membutuhkan Mas daripada aku!" ujar Rani yang membuat Zian terkejut. "Tolong jangan bicara seperti itu, kamu juga sangat berarti di dalam hidup Mas. Tapi bukankah kamu bilang dalam satu istana tidak boleh ada dua ratu?" sahut Zian yang tidak mengerti dengan pemikiran Rani. Rani tampak mengangguk kecil dan membenarkan dengan berkata, "Memang benar, tapi Dahlia sudah melahirkan anak Mas. Jadi biarkan aku yang ke--""Cukup!" potong Zian yang sudah tahu arah pembicaraan Rani. Ia kemudian berkata dengan tegas, "Bagiku kamu adalah ratu di rumah ini sampai kapan pun!""Baiklah, kalau begitu Dahlia dan anak itu tidak boleh pergi dari rumah ini. Aku berangkat dulu, assalamualaikum!" pamit Rani yang segera menyalami tangan Zian dan segera berlalu. Zian ingin sekali melarang setidaknya menemani Rani pergi karena tidak bekerja hari ini. Akan tetapi, ia ingat pesan Teh Ratih yang tidak boleh memaksakan kehendak karena Rani masih perlu wakt

  • SURGA YANG TAK DIINGINKAN   Bab 28. Permintaan Rani

    Sebuah mobil tampak berhenti di parkiran ruko. Tidak lama kemudian Zian turun dari kendaraan itu dan tergesa-gesa masuk ke cafe Rain. Tentu saja ia sudah diberitahu oleh asisten, kalau Rani telah pulang. Akan tetapi, pergi lagi setelah membawa sebuah tas berukuran cukup besar. Zian bertemu dengan Teh Ratih di lantai dasar. Setelah berbicara sebentar, ia segera naik ke lantai atas untuk menemui Rani. "Sayang, alhamdulilah kamu sudah sadar. Mas kangen sekali sama kamu, ayo kita pulang!" ujar Zian sambil memeluk Rani dengan penuh kerinduan. Namun, Rani tidak membalas pelukan suaminya. Ia begitu dingin, sampai Zian melepas pelukannya. Zian menatap Rani dengan saksama, masih cantik alami seperti sebelum tragedi itu terjadi. Akan tetapi, sangat dingin seolah bukan Rani yang dikenalnya. Tentu saja ia tahu apa yang menyebabkan istrinya berubah. "Maaf, Mas tidak pernah bermaksud menduakan kamu dengan menikahi Dahlia secara sah. Tapi anak itu butuh kepastian hukum secepatnya karena kata do

  • SURGA YANG TAK DIINGINKAN   Bab 27. Setelah Koma

    Rani tidak tahu berada di mana karena sekelilingnya hanya berwarna putih. Tidak ada siapa pun di tempat itu, baik orang hewan atau tumbuhan. Hanya terdengar suara yang sangat jauh. Seolah menuntunnya untuk terus berjalan ke arah sumber suara. Rani terus melangkah hingga suara yang tadi jauh mulai terdengar samar. Lalu sedikit-sedikit ia mulai tahu kata-kata itu dan akhirnya semakin jelas. "Mas Zian," batin Rani sambil membuka matanya dengan perlahan, tetapi cahaya terang membuatnya harus berkali-kali mencoba lagi. Sampai akhirnya ia dapat mengetahui siapa pemilik suara merdu itu. "Shodaqallah hul'azim ....""Teh Ratih," panggil Rani dengan suara yang lemah. Teh Ratih menoleh dan tampak terkejut melihat Rani sudah siuman dari komanya. Dengan spontan ia berucap, "Allahu Akbar, Alhamdulillah .., Rani akhirnya kamu sadar juga," ujarnya dengan haru. "Aku kenapa ada di sini Teh?" tanya Rani ketika menyadari berada di kamar inap. Teh Ratih tidak menyahuti dan langsung memanggil tenaga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status