Sama sekali bukan kemauan Tara untuk selalu berjauhan seperti ini dan meninggalkan wanitanya sendirian. Tara masih membelai pipi Erica dengan netra birunya yang nanar karena tidak mau berpisah. Sehebat apapun dirinya, Erica merasa bisa jadi tidak kalah rewel dari anak-anak jika dalam kondisi seperti ini. Erica juga bisa takut, takut akan banyak hal.
Sungguh Tara juga ingin membawa wanita itu bersamanya andai bisa.
"Maafkan aku karena seharusnya aku membuatmu bahagia, bukannya malah sedih seperti ini." Tara memeluk Erica sekali lagi. "Aku akan segera pulang untukmu."
Erica cuma mengangguk dan rasanya sangat menyakitkan bagi Tara apalagi dia juga masih tidak tahu harus berapa kali lagi seperti ini. Tara tidak ingin terlalu banyak berjanji, dia hanya ingin segara layak untuk bisa me
Semua tamu undangan sudah berkumpul di sebuah ballroom mewah lengkap dengan layar super lebar di samping meja podium tempat kali ini Erica sedang berdiri untuk memberikan sambutan dan ucapan terima kasih kepada para undangan yang mau hadir di acara amalnya. Semua yang hadir malam itu adalah masyarakat kalangan kelas atas, mulai dari pengusaha, politikus dan pejabat.Erica terlihat sangat cantik dengan gaun biru metalik berleher V. Cantik dengan kombinasi yang menyenangkan karena kepandaiannya komunikasinya untuk berinteraksi dengan para donatur yang hadir di acara tersebut. Setelah dia menjelaskan beberapa rencana pembangunan rumah sakit dan pengembangan yayasan mereka, Erica juga mempersilahkan para donatur untuk bertanya dan memberikan masukan untuk semua program mereka yang barusan sudah Erica presentasikan di depan layar lebar.Dari tadi sebenarnya Nicola tidak bisa fokus pada projek yang sedang dijabarkan oleh Erica karena dia cuma fokus pada Erica yan
Erica kembali di kejutkan oleh suara ponselnya yang tiba-tiba berdering. Buru-buru dia mencari benda itu ke dalam tasnya yang ada di atas nakas dan ternyata telepon dari Tara. Walau masih belum siap dan takut untuk sekedar bicara di telepon tapi Erica tetap harus mengangkat panggilannya."Akhirnya kau angkat juga teleponmu." Sepertinya Tara agak kesal."Maaf,aku baru bangun," jujur Erica yang memang belum menemukan ide apapun untuk berbohong. Erica hanya bersyukur karena cuma panggilan suara bukan panggilan video."Apa kau sakit?" Tara langsung terdengar khawatir."Tidak aku hanya lelah.""Aku meneleponmu sejak semalam.""Sepertinya aku langsung tertidur setelah dari acara amal.""Jangan lupa jaga kesehatanmu, akhir bulan ini aku baru bisa pulang."Seharusnya Erica senang mendengar suaminya akan pulang tapi entah kenapa sepertinya dia malah takut seperti ini."Aku merindukanmu," tanbah Tara, "sangat merinduka
Erica masih belum bisa ikut pulang bersama Tara karena minggu ini Adam dan Jemy akan datang."Sebenarnya aku juga ingin bertemu Jemy tapi aku takut Adam masih tidak suka melihatku.""Dia memang agak berlebihan, kudoakan semoga nanti anak mereka jadi mirip denganmu biar Adam tambah kesal.""Semoga persalinannya lancar, sampaikan saja salamku untuknya.""Pasti." Erika memeluk Tara sebentar sebelum membiarkan pria itu masuk ke pintu keberangkatan dan kembali melambai dengan berat karena tidak rela untuk berpisah.Erica juga masih belum tahu sampai kapan mereka harus terus berpisah seperti ini. Kadang dia juga takut, takut dengan banyak hal yang bisa membuat pria itu tidak akan kembali p
Setelah hampir dua minggu mendapat pengawasan intensif, akhirnya Jemy dinyatakan siap untuk menjalani persalinan sang cara cesar, karena memang terlalu beresiko untuk persalinan normal. Semua keluarga menunggu cemas sementara Adam menemani istrinya di dalam ruangan operasi.Erica yang sudah biasa menghadapi situasi seperti ini pun ternyata juga gelisah ketika adik perempuannya sendiri yang sedang berada di ruang operasi. Untungnya persalinan tersebut berjalan lancar dan ketiga bayi serta ibunya dinyatakan baik-baik saja.Erica langsung ikut menangis memeluk ibunya karena sama-sama luar biasa terharu dengan tiga anggota baru keluarga mereka. Ketiga anak laki-laki yang pasti juga akan bisa menjadi obat bagi mereka semua atas kepergian Nathan."Akan ada anak laki-laki lagi di keluarga kita."Ibu Adam juga tidak kalah antusias setelah selama ini hanya memiliki Adam seorang dan tiba-tiba mendapatkan hadiah tiga orang cucu sekaligus.Sementara Jemy masih
Tara kembali mendayung papan selancarnya untuk meluncur menghadang gelombang. Setiap kali hanya itu yang bisa dia lakukan ketika sangat menginginkan wanitanya tapi sedang tidak tahu lagi harus berbuat apa karena nyatanya jarak tetap akan menjadi kesenjangan yang paling nyata untuk dia hadapi setiap hari dan setiap malam. Semakin hari semakin berat dan Tara sendiri tidak tahu sampai kapan akan tahan seperti ini. Selalu berjauhan dari wanita yang dicintainya.Tara meluncur lebih cepat untuk mengejar gulungan ombak yang lebih tinggi. Suara desingan angin dan permukaan air yang bergesekan keras dengan papan selancarnya ikut memacu andrenalin Tara untuk terus meluncur lebih cepat, tanpa henti, dan tanpa lelah. Mungkin Tara memang hanya ingin membuang sebanyak mungkin energinya yang sudah nyaris meledak karena sudah terlalu merindukan wanitanya tapi tiap kali yang bisa dia lakukan hanyal
Tara melihat ada kerumunan di depan warung kopi tempat biasanya dia duduk menunggu kapal motor. Dia langsung menghampiri kerumunan tersebut dan alangkah terkejutnya Tara ketika melihat Erica sedang di kelilingi anak-anak dan ibu-ibu yang keheranan karena tidak pernah melihat orang asing berada di dermaga. Erica memang terlihat mencolok dengan rambut pirang alami dan manik mata biru seperti laut dalam, persis seperti boneka yang cantik, sangat cantik meski sedang mengunakan sendal jepit yang Tara tahu dipinjam dari ibunya. Ketika Tara menyeruak kedalam kerumunan Erica terlihat masih berjongkok untuk memberikan penjepit rambut pada anak perempuan kecil berambut kemerahan yang tadi memuji kecantikan jepit rambutnya. "Bagaimana kau bisa sampai kemari?" "Aku mencarimu." Erica langsung bangkit berdiri.
"Rasnya masih sulit dipercaya ada bagian dari diriku yang sedang tumbuh di dalam sana. " Tara kembali mencium perut Eica yang masih berbaring seusai mereka bercinta."Kadang aku juga berpikir demikian.""Seperti apa rasanya?" tanya Tara benar-benar penasaran."Sebenarnya masih belum terlalu terasa.""Berapa usianya? ""Mungkin dua bulan.""Dua bulan? " kutip Tara dan langsung mendongak pada wanitanya."Sebenarnya aku hanya ingin memastikan sebelum memberitahumu." Sebenarnya Erica tidak berbohong dia hanya tidak mengatakan apa yang sebenarnya sedang dia pastikan dan berulang kali Erica kembali ngeri jika teringat ketakutannya kemarin."Belum ada yang tahu jika aku sudah mengandung anakmu.""Nanti kita akan menyampaikanya bersama. "Kali ini Tara merangkak naik untuk mencium kening Erica."Terimakasih, " ucap Tara masih sambil menghirup dalam puncak kepala istrinya."Bulan depan Jemy dan Adam akan mengad
Sudah berulang kali Erica coba memperhatikan motif ukiran lumba-lumba yang pernah dibuat oleh ayah Tara di tiang gubuknya. Erica yakin ada sesuatu yang ingin di sampaikan dalam rangkaian cerita lumba-lumba tersebut tapi Erica masih juga belum bisa menemukan jawaban apa-apa. Erica coba memperhatikan masing-masing lumba-lumba dan cuma ada begitu banyak nama Tara dan Mina karena menurut Tara ayahnya buta huruf dan hanya bisa menulis nama kedua anaknya karena itu nama Tara dan Mina juga tidak memiliki nama belakang agar mudah untuk dihafal ejaannya.Erica sudah membolak-balik rangkaian gambar tersebut tapi masih juga belum menemukan jawaban apa-apa hingga akhirnya ia putus asa dan merasa bodoh dengan pikirannya sendiri.Sepertinya Erica juga bukan tipe wanita yang bisa diam di rumah hanya untuk menunggu suaminya pulang bekerja. Baru sehari