Share

Susan SCM

Penulis: Danny Fabiano
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-03 22:47:24

Takut. Susan berjalan di belakang punggung Lucky, seolah ingin menyembunyikan dirinya dari tatapan tidak bersahabat kedua paruh baya itu, dan saat Susan menaiki anak tangga teras rumah itu, kedua paruh baya itu justru terpaku melihat wanita yang sudah putra mereka nikahi.

"Apa yang Mama dan Papa lakukan di sini? Apa  kalian lagi nungguin kang bakso lewat....?" Lucky menyapa dengan gaya sengkleng kedua orang tuanya, tapi Matteo hanya menatap putranya dengan tatapan tajam, sementara Wenda justru mendorong tubuh tinggi putranya untuk menyingkir dari hadapannya, agar dia bisa melihat secara langsung wanita yang katanya sudah dinikahi oleh Lucky beberapa jam yang lalu.

"Minggir kau Lucky... Mama mau liat menantu Mama!" ujarnya tidak sabaran dan Susan justru salah tingkah , kehilangan tubuh Lucky untuk menyembunyikan tubuh dan wajahnya.

"Mama... Pelan dikit napa!" Lucky protes , tapi Wenda sama sekali tidak peduli keluhan putranya.

"Oh my God. Dia manis sekali Lucky...!" Seru Wenda dengan mata berbinar, tapi Susan justru semakin merasa kikuk dengan perasaan serba salah dan gugup.

Wenda lantas mengitari tubuh Susan, seolah wanita itu ingin memeriksa Susan dari ujung kaki sampai ujung rambut dan dari depan sampai belakang. Memperhatikan warna kulit juga pakaian yang digunakan gadis mini itu dan Wenda masih tidak bisa merangkai kata untuk mengungkapkan bahwasanya ada yang aneh dari putri menantunya.

"Dia manis... Sangat manis. Hanya saja tubuhnya agak mini Lucky...!" ujar Wenda jujur. "Tapi tidak apa-apa.  Mama menyukainya. menyukai pilihanmu," sambung Wenda lagi. "Liat model rambutnya... Oh gaya apa ini?  Pasti di potong asal pake kapak ya...?" ucap Wenda seraya menyibak sedikit rambut pendek Susan, dan Susan hanya bergidik ngeri dengan penilaian Wenda akan dirinya yang begitu terus terang, seolah wanita itu tidak memikirkan, mungkin saja dia akan tersinggung dengan kalimat-kalimat yang baru saja lepas dari bibirnya.

"Mama... Jangan ngomong gitu dong. Nanti istri Lucky ngambek...!" Lucky mencoba menghentikan pandangan menelisik ibunya, tapi alih-alih berhenti dan acuh atas penolakan putranya, Wenda semakin geleng-geleng dengan ekspresi tersenyum ketika mata itu terus memperhatikan wanita berbadan mini itu.

"Tapi iya Lucky , sekali lagi Mama bilang jika dia sangat manis dan Mama suka!" ucap Wenda dengan senyum teduh juga ramahnya, dan setelahnya dia mengulurkan tangan di hadapan gadis itu untuk memperkenalkan diri.

"Mamanya Lucky!" seru Wenda dengan senyum yang terlihat begitu tulus, dan Susan membalas senyuman itu dengan senyuman yang sama seraya menerima jabat tangan paruh baya itu.

"Susan SCM!" balas Susan, dan Wenda kembali menatap gadis itu ketika menyebutkan namanya.

"Susan SCM?" kutip Wenda mengulang dua suku kata nama dari gadis itu, dan tentu saja Susan langsung mengangguk.

"Iya Nyonya. Susan SCM!" Susah mempertegas jika itu adalah benar.

"SCM itu nama kah?!" Wenda berseru dengan tatapan bingung ke arah gadis itu dan kali ini Susan justru kembali tersenyum dengan ekspresi nyengir.

"SCM itu singkatan Nyonya. Susan SCM,  atau Susan Si Centil Manis!" jawab Susan  sambil nyengir, dan Wenda justru langsung menoleh ke arah suaminya seolah dia benar-benar menemukan sesuatu yang menurutnya unik bin langka.

"Aaah iya. Susan SCM. Susan si centil manis. Ah nama itu benar-benar sangat cocok untuk kamu Sayang. Kamu memang benar-benar sangat manis!" seru Wenda dengan senyum lepas lalu merangkul  punggung Susan, putri menantunya, dan Susan yang justru kali ini semakin merasa kikuk.

"Mama benar. Dia memang sangat manis!" kali ini Matteo yang ikut menimpali seraya mengulurkan tangannya di hadapan Susan untuk memperkenalkan diri dan tentu saja Susan langsung membalas jabat tangan laki-laki tampan dengan rambut separuh memutih itu, dan tanpa memperkenalkan dirinya, Susan langsung tahu siapa laki-laki yang saat ini berjabat tangan dengannya karena itu sudah pasti ayah dari Lucky, tapi meski begitu laki-laki itu tetap memperkenalkan dirinya sendiri.

"Ayo masuk. Mama sudah menyiapkan sesuatu untuk kamu!" seru  Wenda benar-benar bersemangat dan Susan lagi-lagi hanya tersenyum kikuk.

Wenda membawa Susan masuk rumah besar itu, kemudian menariknya ke ruang tengah, lalu meminta asisten rumah tangganya untuk membawa apa yang mereka sudah siapkan. Lucky hanya mengikuti dari arah belakang, sementara Marni masuk dari arah pintu samping.

"Duduk Sayang. Duduk dulu!" seru Wenda, dan Matteo juga Lucky hanya mengikuti kedua wanita itu.

"Ooh katakan. Sejak kapan kamu sama Lucky saling kenal dan mulai saling jatuh cinta?" tanya Wenda terus terang dan Matteo terlihat bersemangat untuk mendengar jawaban gadis itu.

"Tadi pagi Nyonya!" jawab Susan santai.

"Tadi pagi? Maksudnya?" kutip Wenda dan Susan langsung mengangguk dengan sangat cepat, tapi Lucky buru-buru angkat suara, seraya bangkit dari duduknya, lalu berpindah tempat duduk ke sebelah Susan, kemudian merangkul punggung Susan seraya menariknya dalam pelukannya, berusaha untuk menghentikan kekacauan yang mungkin saja akan Susan katakan tepat di hari pertama mereka menjadi pasangan suami istri.

"Aah iya. Tadi pagi Mama!" potong Lucky buru-buru, dengan senyum yang dia paksa semanis mungkin. "Kami udah kenal lama, pacaran juga udah cukup lama, tapi memang baru tadi pagi Lucky mengutarakan niat Lucky untuk menikah dengannya dan ternyata dia setuju , begitu juga dengan ayahnya. Jadi sebelum dia berubah pikiran, Lucky langsung menyiapkan pernikahan dadakan. Secara Mama kan nggak sabaran pengen punya mantu, entar kalau Lucky menundanya besok atau lusa, bisa jadi dia justru berubah pikiran dan tidak mau menikah dengan Lucky, jadi itu tadi. Lucky menyegerakannya sebelum dia berubah pikiran!" jelas Lucky dan Susan langsung menoleh ke arah Lucky, tapi Lucky justru semakin menarik pundak Susan untuk berada dalam dekapannya.

"Apaan sih Tuan. Kan kita memang baru tadi pagi saling kenal. Kapan kita pacaran?!" bisik Susan dengan sangat lirih, tapi Lucky tetap hanya mengangguk seraya memamerkan senyum terbaiknya di hadapan ibu dan ayahnya.

"Aaah good job Lucky. Kamu emang anak Papa yang paling keren. Harusnya kamu mengajaknya menikah kemarin-kemarin, jadi Papa dan Mama tidak perlu sibuk-sibuk noh nyariin kamu calon istri kalau tahu kamu punya pacar semanis dia!" timpal Matteo dan Susan hanya terlihat nyengir.

"Nah itu. Itulah alasan kenapa dari kemarin-kemarin Lucky nggak mau Mama dan Papa cariin cewek buat Lucky, ya karena ini. Susan ini langka lho Ma. Dimana coba kalian akan mendapatkan mantu seperti dia, jadi kudu di sembunyikan dulu. Takutnya di curi laki-laki lain!" ucap Lucky dan Wenda langsung mengangguk setuju.

"Kamu benar Lucky. Meski dia berbadan mini, tapi dia unik. Mama suka!" Wenda ikut menyaut, dan Matteo langsung memberikan dua ibu jari tangannya di hadapan Lucky dan Susan, dan menit berikutnya dua asisten rumah tangga selain Marni datang membawa nampan berisi kue dan minuman.

Wenda mengambil satu cangkir minuman itu kemudian memberikannya secara langsung kepada Susan sebagai penghormatan jika Susan diterima di keluarga itu, dan tentu saja Lucky meminta Susan untuk menerimanya lalu meminumnya sebagai bentuk bahwasanya Susan kini sudah menjadi bagian dari keluarga mereka, karena memang itulah tradisi di keluarga itu.

Tidak hanya itu, kali ini Matteo juga mengambil alih satu piring kue di atas nampan yang asisten rumah tangga itu bawah, kemudian menyerahkannya secara langsung kepada Susan dan lagi-lagi Lucky meminta Susan untuk menerima kue itu dan memakannya karena itu adalah simbol keterikatan mereka satu sama lain mulai hari ini.

"Jadi katakan Lucky. Katakan sama Papa. Apa kamu pernah menikmati Susan?!" tanya Matteo yang justru terdengar ambigu di telinga Lucky juga Susan, detik berikutnya Wenda justru menepuk paha Matteo karena sudah begitu terus terang menanyakan perkara intim itu.

"Papa... Apaan sih!" bisik Wenda lirih.

"Menikmati Susan... itu maksudnya bagaimana ya Pa...!" heran Lucky, tapi Matteo justru terkekeh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SUSAN... OOH SUSAN   Malam Pengantin

    Kadang laki-laki bisa menjadi mahluk paling menakutkan jika sudah berada di level mendesak. Hal yang sama juga mungkin saja terjadi pada Lucky, jika Susan terus saja menantang dengan kalimat-kalimat yang belum pernah Lucky dapatkan selama ini. Lucky belum pernah mendapatkan penolakan dari seorang wanita, tapi Susan, Susan benar-benar membuat darah Lucky mendidih, hanya karena Susan menolak pesona seorang Lucky Diego Matteo. Hingga Lucky berniat ingin memberi pelajaran untuk Susan. Pelajaran manis yang mungkin bisa mengubah jalan pikiran Susan tentang kriteria laki-laki keren.Niat Lucky hanya ingin main-main saja dengan istri mininya, tapi sepertinya Susan benar-benar tidak bisa menahan diri atas gejolak aneh yang kini mendominasi pikirannya , hingga akhirnya Susan refleks berteriak.Namun belum sempat teriakan itu lepas dari bibir Susan, Lucky justru langsung membekap mulut Susan dengan telapak tangan besarnya dan detik yang sama pula pintu kamar itu dibuka dari arah luar.Lucky r

  • SUSAN... OOH SUSAN   Mulai Berulah Nakal

    Sungguh, Susan merasa di bodohi. Bisa-bisanya dia percaya begitu saja sama laki-laki yang baru dia kenal, hanya karena bibinya mengatakan jika laki-laki itu baik. Namun lihatlah, dia bahkan sudah langsung menunjukkan sisi mesumnya , bahkan sebelum genap dua puluh empat jam mereka saling kenal."Iya. Aku memang mengatakan untuk tidak akan melakukan itu sama kamu, Susan, tapi kan aku tidak mengatakan jika kita akan tidur di kamar atau ranjang terpisah!" balas Lucky dengan sangat jelas dan lugas, dan Susan langsung beranjak lebih dekat ke arah Lucky."Tapi Tuan...."Belum selesai kalimat yang ingin Susan katakan untuk menyanggahi semua argumen Lucky, saat tiba-tiba Lucky justru menarik tangan Susan hingga Susan jatuh ke atas tubuhnya, dan detik berikutnya, Lucky justru menggulingkan tubuh kecil Susan hingga kini posisinya Lucky seolah sedang menaungi tubuh kecil dan mungil Susan. "Kenapa? Apa kau justru berubah pikiran dan ingin mencobanya...?!" ucap Lucky dan Susan langsung mengeleng

  • SUSAN... OOH SUSAN   Tidur Bareng

    "Menikmati Susan...! Maksud Papa apa?!" heran Lucky."Aaah itu lho Ky... anu itu...?" ujar Matteo yang justru terdengar semakin ambigu di telinga Lucky juga Susan yang memang tidak mengerti kemana arah pembicaraan laki-laki beruban itu."Anu...anu apaan sih pa...?!" Lucky masih tidak mengerti. "Papa jangan gitu dong. Gak enak. Malu sama Susan!" bisik Wenda lagi , tapi Matteo benar-benar gendeng."Is kamu ini. Itu lho. Anu itu!" ucap Matteo sambil menepuk-nepuk tangannya dengan posisi tangan kiri di bawah tangan kanan di atas lalu menggerakkannya turun naik, tapi baik Lucky ataupun Susan benar-benar tidak mengerti apa maksud Matteo. "Apa...?!" Lucky bingung, tapi detik berikutnya Wenda justru menyumpal bibir suaminya untuk tidak berbicara, apalagi menanyakan perkara itu lagi."Sudah. Jangan di dengarkan. Papa kamu kehabisan obat. Jadi agak ngaco kalo ngomongnya!" ucap Wenda menengahi, dan meminta Susan untuk melanjutkan menikmati kue-kue yang dia suguhkan, jangan sampai wanita itu ju

  • SUSAN... OOH SUSAN   Susan SCM

    Takut. Susan berjalan di belakang punggung Lucky, seolah ingin menyembunyikan dirinya dari tatapan tidak bersahabat kedua paruh baya itu, dan saat Susan menaiki anak tangga teras rumah itu, kedua paruh baya itu justru terpaku melihat wanita yang sudah putra mereka nikahi."Apa yang Mama dan Papa lakukan di sini? Apa kalian lagi nungguin kang bakso lewat....?" Lucky menyapa dengan gaya sengkleng kedua orang tuanya, tapi Matteo hanya menatap putranya dengan tatapan tajam, sementara Wenda justru mendorong tubuh tinggi putranya untuk menyingkir dari hadapannya, agar dia bisa melihat secara langsung wanita yang katanya sudah dinikahi oleh Lucky beberapa jam yang lalu. "Minggir kau Lucky... Mama mau liat menantu Mama!" ujarnya tidak sabaran dan Susan justru salah tingkah , kehilangan tubuh Lucky untuk menyembunyikan tubuh dan wajahnya. "Mama... Pelan dikit napa!" Lucky protes , tapi Wenda sama sekali tidak peduli keluhan putranya. "Oh my God. Dia manis sekali Lucky...!" Seru Wenda denga

  • SUSAN... OOH SUSAN   Si Botol Yakult

    Cukup lama Lucky dan Susan berbicara berdua. Pak Mus, Marni dan Rudy memberikan ruang bagi Lucky dan Susan untuk berbicara berdua saja. Marni yang meminta demikian, karena sebelumnya Susan mengatakan beberapa syarat untuk menerima tawaran pernikahan yang Marni dan Lucky tawarkan padanya, dan Lucky yang sedang terdesak waktu pun sepertinya tidak punya pilihan selain mendengarkan syarat yang Susan minta.Terlalu beresiko baginya jika dia tidak segera membawa calon istri ke hadapan ayah dan ibunya. Sebenarnya, Lucky bisa saja menerima tawaran ibu atau ayahnya untuk menikahi salah atau putri dari sahabat atau rekan bisnis mereka , hanya saja Lucky belum siap jika harus di tuntut ini itu jika menikahi wanita modern, atau kota, dengan segala problematika kota atau sosialita kehidupan mereka.Ingat... Lucky pernah mengatakan pada ayahnya jika dia hanya menginginkan wanita yang masih murni dan belum tersentuh peradaban bebas, dan sepertinya memilih wanita kampung adalah salah satu alternati

  • SUSAN... OOH SUSAN   Gadis Mini

    Seperti yang Lucky minta, paruh baya yang sudah bekerja cukup lama di rumah Matteo itu, Marni akhirnya benar-benar menghubungi Susan, keponakannya di kampung, dan mengatakan jika dia akan pulang kampung besok paginya. Ada yang ingin dia bahasa dengan Susan dan ayahnya Susan.Marni lebih dulu berangkat ke kampung, dan rencananya Lucky akan menyusul wanita itu setelah meeting dia selesai siang nanti, dan di sinilah Marni berada saat ini, di rumah orang tua Susan, dengan Susan yang juga duduk di sampingnya.Marni langsung mengutarakan maksud dan tujuan dia pulang dan datang ke rumah orang tua Susan, meskipun Lucky masih belum sampai di kampung itu."Namanya Diego Lucky Mateo. Dia orangnya baik, tampan, mengerti cara menghormati orang tua. Bibi tau itu, karena bibi udah mengenal dia sangat lama. Saking lamanya, bibi sampai halal warna pakaian dalamnya, secara bibi kan kerja di rumah dia!" jelas Marni."Baik, kaya dan tampan, tapi gak punya cewek... Kok bisa?!" seru Susan sedikit tidak pe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status