Share

Bab 4

Author: Galaxy
Aku menerima ponsel dari perawat dan segera menelepon Yohan.

Panggilan pertama langsung diputus.

Lalu panggilan kedua, ketiga, keempat...

Baru pada panggilan kesembilan, akhirnya ada yang mengangkat.

"Siapa, nih?"

Suara Chika terdengar manja, serak lembut, seperti baru saja selesai berhubungan di ranjang.

Kata-kata yang sudah siap keluar langsung menguap begitu saja di tenggorokanku.

Aku mencubit lenganku keras-keras agar sadar, lalu berkata dengan tenang dan dingin, "Aku Sania. Aku mau bicara sama Yohan."

Suara di seberang terhenti sesaat, lalu nada Chika berubah jadi genit dan lembut.

"Oh, adik iparku. Yohan lagi mandi, barusan keringetan. Jadi sekarang kayaknya nggak bisa diganggu."

"Kalau kamu ada urusan, ngomong saja sama aku dulu. Soalnya... kita sekarang baru istirahat sebentar, nanti masih mau lanjut lagi."

Aku menunduk, menahan perih yang mulai menggenang di mata.

"Nggak usah."

Setelah menutup telepon, aku menatap perawat yang masih menunggu jawabanku. Tapi, tenggorokanku seperti tersumbat.

Haruskah aku bilang padanya bahwa suamiku tidak akan datang, karena dia sedang sibuk tidur dengan cinta lamanya?

Mungkin melihat wajahku yang serba salah, perawat itu akhirnya menawarkan diri untuk menalangi biaya obatku.

Aku mengucapkan terima kasih, tapi hatiku terasa makin pedih.

Di usia 28 tahun, aku sudah menjadi seorang ibu.

Namun, ketika menghadapi kesulitan, orang yang menolongku bukan suami yang tidur di ranjang yang sama, bukan anak yang kukandung selama sembilan bulan, melainkan orang asing yang bahkan tidak kukenal.

Jika pernikahan ini adalah sebuah ujian, mungkin aku bahkan tidak lulus.

15 hari lagi sebelum perceraian resmi, aku akhirnya keluar dari rumah sakit.

Hari ini ulang tahun Leon, tapi aku sama sekali tidak ingin pulang.

Aku memilih sebuah restoran dan duduk sendirian. Baru saja duduk, aku melihat sepasang suami istri dan seorang anak kecil berjalan masuk.

Dengan senyum manis, Chika menggandeng lengan Yohan dengan satu tangan, tangan lainnya menggandeng Leon.

Seseorang lewat sambil tersenyum dan menyapa mereka, "Ini pasti istrinya Yohan, ya? Akhirnya bisa lihat langsung, ternyata cantik dan berkelas."

"Pantas saja Pak Yohan sembunyi-sembunyi simpan istri secantik ini."

Suaranya cukup keras hingga menarik perhatian banyak orang di sekitar.

Yohan sempat tertegun. Belum sempat menyangkal, Leon sudah berseru, "Ayah, Ibu malu tuh!"

Suaranya tidak keras, tapi terdengar jelas sampai ke telingaku.

Aku menatap senyum tulus di wajah Leon. Saat itulah aku baru sadar kalau dia sudah tumbuh besar.

Dia bukan lagi bayi lembut yang dulu kukenang, melainkan sebilah pisau tajam yang terus menusukku.

Untung saja, aku sudah tidak menginginkannya lagi.

Tiba-tiba terdengar suara orang-orang yang bersorak memotong lamunanku.

Rupanya para pengunjung melihat Yohan dan Chika begitu mesra, jadi mereka ikut menggoda.

"Cium! Cium!"

Bahkan Leon ikut tepuk tangan sambil berteriak, "Ayah, jangan pengecut, cepat cium!"

Chika melirik Leon dengan pura-pura marah. Dia penuh harap menatap Yohan. Bibirnya gemetar ingin bicara tapi urung.

Yohan tidak bergerak, wajahnya tampak ragu.

Melihat itu, Chika menggertakkan gigi. Dia mendekatkan dirinya, langsung melingkarkan tangannya di leher Yohan.

Tepat saat bibir mereka hampir bertemu, pandangan Yohan bertemu dengan mataku.

"Sania?"

Sekilas panik muncul di wajah Yohan. Dia segera menepis Chika dan buru-buru memberi penjelasan, "Mereka cuma bercanda. Kamu ngapain di sini?"

Mengikuti arah pandangnya, orang-orang lain juga melihat ke arahku.

Senyum di wajah Leon langsung menghilang. Dia sempat melangkah ke arahku.

Tapi, entah teringat sesuatu, dia enggan menatapku lagi.

Aku menghela napas pelan, lalu berkata, "Aku baru keluar dari rumah sakit. Cuma mau makan. Kalian lanjut saja."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Saat Cerai Bukan Lagi Sekadar Kata   Bab 11

    Aku menunduk dan mengeluarkan beberapa lembar dokumen fotokopi dari dalam tas, lalu menyerahkannya padanya."Surat cerai ini pasti sudah kamu lihat. Rumah yang dulu kamu kasih juga, aku kembalikan sekarang."Gerakan Yohan terhenti, dia menatapku dengan tidak percaya."Sania, maksud kamu apa?""Aku sudah bilang, foto itu bukan...""Bukan apa?"Aku memotong ucapannya, wajahku datar tanpa ekspresi."Bukan kamu dan Leon diam-diam foto sama Chika di belakangku?""Dan bubur seafood itu, bukan kamu yang maksa aku buat habisin?""Yohan, kamu tahu nggak, waktu itu aku hampir nggak bisa diselamatin?"Bibir Yohan bergetar, suaranya serak."Aku nggak tahu alergimu separah itu."Aku tertawa getir, tapi perih di dada terasa makin dalam."Terus setelah antar aku ke rumah sakit, kamu ke mana?""Aku..."Aku menoleh ke jendela, menatap orang-orang yang lalu-lalang di luar. Suaraku tenang tanpa emosi."Kamu pergi nemuin Chika, ninggalin aku yang baru saja selamat dari maut.""Aku nggak bawa dompet, nggak

  • Saat Cerai Bukan Lagi Sekadar Kata   Bab 10

    "Tante beda, Tante bisa...""Bisa apa kamu?"Yohan turun dari lantai atas, tatapannya tajam dan dingin."Jawab. Kamu bisa apa?"Leon langsung berlari ke arah ayahnya dan bersembunyi di belakang tubuhnya.Otak Chika sempat kosong, lalu buru-buru menampilkan senyum manis di wajahnya."Yohan, aku cuma bercanda sama Leon kok. Kamu kenapa tiba-tiba muncul?"Wajah Yohan tetap dingin, matanya dipenuhi tatapan penuh selidik."Tapi, aku dengar kamu bilang ke Leon kalau kamu mau jadi ibu barunya."Ekspresi Chika menegang, lalu dia mencoba meraih lengan Yohan."Yohan, kamu kenapa sih?""Kamu tahu sendiri aku itu..."Yohan menepis tangannya dengan kasar, menahan amarah yang mulai memuncak."Selain itu kamu ngajarin Leon apa lagi? Ayo jawab!"Tubuh Chika bergetar."Nggak... nggak ada lagi..."Yohan menunduk, menatap anaknya dengan serius."Leon, kamu yang cerita."Walau masih kecil, Leon tahu suasananya sudah tidak benar.Dia mencengkeram celana ayahnya erat-erat dan berkata dengan cemas, "Tante Ch

  • Saat Cerai Bukan Lagi Sekadar Kata   Bab 9

    "Dia itu cuma vampir yang bisanya nempel di Ayah buat nyedot uang."Mobil tiba-tiba berhenti mendadak. Wajah Yohan menggelap saat menatap anaknya yang masih bicara tanpa henti.Siapa yang akan menyangka, anak tujuh tahun bisa mengucapkan kata-kata sekasar itu.Leon terdiam ketakutan.Yohan menarik napas panjang dan bertanya, "Siapa yang ajari kamu ngomong kayak gitu?"Dia masih ingat, dulu Leon adalah anak yang manis dan pengertian.Sekarang, bagaimana bisa berubah sejauh ini?Dia juga masih ingat, dulu Leon selalu memanggil istrinya dengan manja. Di mana pun selalu memanggil ibu dengan suara lembut.Entah sejak kapan, Leon mulai berubah jadi anak yang keras kepala.Bukan hanya sering merengek ingin punya ibu baru, juga terang-terangan menunjukkan kebenciannya ke ibunya.Dulu Yohan pikir Leon cuma bosan melihat ibunya yang sering bikin ribut seenaknya, lalu kesannya jadi buruk.Tapi, sekarang dia baru sadar. Dulu istrinya adalah orang paling lembut dan penuh kasih yang pernah dia kenal

  • Saat Cerai Bukan Lagi Sekadar Kata   Bab 8

    Yohan mengernyit, lalu bertanya dengan heran, "Bukannya di SD ada makan siang, ya?"Guru itu menjelaskan dengan hati-hati, "Begini, Leon dulu kondisinya agak lemah. Banyak makanan yang nggak bisa dia makan.""Waktu pendaftaran, ibu Leon sudah berdiskusi dengan kami. Jadi, Leon bawa bekal sendiri setiap hari.""Selama ini memang begitu, tapi hari ini..."Yohan mengangguk. Dia menatap rapat yang terhenti sementara, lalu tanpa berpikir panjang berkata, "Kalau begitu, telepon saja ibu Leon. Aku sedang sibuk sekarang."Guru itu terdiam sebentar, lalu akhirnya bicara pelan, "Kami sudah menelepon, tapi ibu Leon bilang kalian sudah bercerai. Urusan Leon sekarang sepenuhnya jadi tanggung jawab Bapak."Yohan terdiam sejenak, lalu bertanya dengan nada tidak percaya, "Dia benar-benar bilang begitu?"Sebelum guru itu sempat menjawab, Leon sudah menangis sambil berteriak, "Ayah, ibu nggak mau sama aku lagi! Ibu beneran nggak peduli sama aku lagi!"Yohan memejamkan mata. Baru kali ini dia benar-benar

  • Saat Cerai Bukan Lagi Sekadar Kata   Bab 7

    "Ada apa cari Om?"Anak kecil itu mengusap pipinya, lalu berkata dengan malu-malu, "Tadi malam Tante Sania ngasih aku mainan edisi terbatas. Kata ibuku, itu mahal sekali. Jadi aku harus ngucapin terima kasih langsung.""Tante Sania ada di rumah nggak, ya?"Dia berkedip polos sambil bertanya dengan wajah lugu.Senyum di wajah Yohan langsung menegang."Mainan yang dikasih semalam?"Anak itu mengangguk cepat."Ya, bungkusnya cantik banget. Tante Sania bilang mainan itu sebenarnya mau dikasih ke seseorang.""Tapi, orang yang mau dikasih itu kayaknya nggak suka, jadi dikasih ke aku saja.""Siapa bilang aku nggak suka!" Leon berteriak keras."Itu hadiah ulang tahun dari ibu buat aku! Kamu nggak boleh ambil!"Setelah berkata begitu, dia langsung menarik mainan itu dari tangan anak tetangga dan melemparkannya ke tanah."Ibuku nggak bakal suka bunga dari kamu!"Mata Yohan membesar, dia cepat-cepat menarik tangan Leon."Kamu ngapain!"Anak tetangga itu terkejut, bibirnya bergetar dan hampir mena

  • Saat Cerai Bukan Lagi Sekadar Kata   Bab 6

    Aku tidak perlu melihat, aku sudah tahu.Itu surat cerai ke-99 yang Yohan lemparkan padaku.Sebenarnya, isi surat ke-99 itu hampir sama dengan yang pertama.Satu-satunya perbedaan mungkin hanya tanggalnya.Tapi, kali ini berbeda.Bagian yang dulu selalu kosong untuk nama pengaju, sekarang sudah terisi nama.[Sania Sahid.]Brak!Pandangan Yohan berkunang, tubuhnya menabrak tong sampah.Leon terkejut. Dia segera memegang lengan baju Yohan untuk menahan.Aku menatapnya sekilas, lalu pergi sambil membawa koper.Leon ingin mengejarku, tapi tidak bisa melepaskan pegangan pada Yohan.Dia menangis ketakutan tanpa henti."Ayah, Ayah nggak apa-apa, 'kan?"Yohan baru sadar dari lamunan, tangannya yang memegang surat cerai itu sedikit gemetar."Nggak apa-apa."Leon menghela napas lega, kemudian teringat dokumen itu dan cepat bertanya lagi, "Ayah, surat cerai apaan? Kenapa ibu mau cerai sama Ayah?"Dia menatap Yohan dengan panik, matanya memerah sambil melihat ke arah kepergianku.Untuk pertama kal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status