Share

Bab 3

Author: Galaxy
Aku tidak ingin menanggapinya. Nada suaraku datar tanpa emosi.

"Maaf, aku memang nggak bisa jadi ibu. Biar Chika aja yang gantiin."

Aku benar-benar berkata jujur. Tapi, entah kenapa amarah Yohan malah padam.

Dia menatapku beberapa kali, lalu mengeluarkan sekotak bubur dengan isi makanan laut yang sudah dingin dan meletakkannya di meja.

"Jangan ngomong sembarangan di depan anak. Ini bubur buatanku sendiri, khusus kubawa buat kamu."

Gerakanku menuang air terhenti sejenak, mataku memantulkan rasa sinis dan sedih.

Aku sudah melihat unggahan Chika di media sosial tadi malam.

Foto punggung seorang pria di dapur, mengenakan celemek, sedang mengaduk bubur.

[Semua orang suka yang kurus, cuma kamu yang nyuruh aku makan dengan baik.]

Meski pencahayaannya redup, aku langsung tahu pria itu Yohan.

Soalnya di jari manis tangan kirinya masih melingkar cincin pernikahan kami.

Sekarang, cincin itu sudah tidak ada.

Yohan refleks menatap jari manisnya yang kini kosong saat menyadari arah pandangku.

Sekilas ada ekspresi canggung di wajahnya.

"Cincinnya aku pinjemin ke Chika. Dia cuma mau mainin dua hari."

Masuk akal sekali. Rupanya cincin kawin memang bisa dipinjam untuk mainan.

Aku tersenyum tipis, berusaha keras menahan rasa sakit di dada.

Yohan malah tersulut emosi melihat senyumku.

"Cuma cincin doang, kamu nggak usah lebay. Cepat makan buburnya."

"Aku peringatkan, selagi masih ada cara untuk mundur, turunin egomu sekarang."

"Atau kamu mau aku kasih surat cerai lagi?"

Suaranya serak, tapi penuh ancaman dan keyakinan diri.

Dia tidak tahu kalau aku sudah menandatangani surat itu.

Aku menatap mangkuk bubur itu. Karena dibiarkan semalaman, nasi di dalamnya sudah menggumpal.

Beberapa potong kulit udang dan duri ikan sisa terlihat di permukaan.

"Maaf, aku alergi bahan makanan laut."

Yohan tertegun, wajahnya tampak canggung.

Leon yang masih kesal karena tadi tidak kuhibur, berjalan ke arahku dengan mata merah dan menatapku tajam seperti menatap musuh.

"Cuma alergi doang, 'kan? Tante Chika bilang alergi ringan nggak bakal bikin orang mati."

"Aku tahu kamu cuma pura-pura. Kamu cuma mau rebut perhatian ayah dari Tante Chika. Ayah, jangan percaya dia."

Aku terpaku. Belum sempat bereaksi, Yohan sudah menekanku ke meja makan.

Ekspresinya berubah dari canggung menjadi marah, seperti sedang memarahi anak kecil yang tidak tahu aturan.

"Sania, kamu ini dikasih hati minta jantung."

"Makan sampai habis."

Dia mencengkeram pipiku dan memaksa menuangkan bubur seafood yang dingin itu ke dalam mulutku.

Leon bertepuk tangan sambil tertawa terbahak-bahak, seperti sedang menonton pertunjukan lucu.

Setelah suapan terakhir masuk, Yohan melepaskan cengkeramannya dan menyeka mulutku dengan lembut.

"Begini lebih baik, 'kan? Sania, kamu harus nurut, ya."

Aku mendorongnya menjauh. Aku menekan tenggorokanku dengan panik, berusaha memuntahkan semuanya.

Tapi, sudah terlambat. Tenggorokanku mulai terasa gatal dan melepuh, napasku makin sesak.

Dalam detik terakhir sebelum kehilangan kesadaran, aku melihat satu orang dewasa dan satu anak kecil berlari panik ke arahku.

...

Saat aku membuka mata, aku sudah berada di ruang perawatan.

Bau cairan disinfektan begitu kuat, anehnya justru membuatku merasa tenang.

Perawat menjelaskan padaku, "Kamu kena reaksi alergi berat. Untung suamimu cepat bawa kamu ke rumah sakit, kalau nggak, bisa fatal."

Aku menoleh ke samping, merasa geli sendiri.

Bukankah justru mereka yang tahu aku alergi, tapi tetap memaksaku makan bubur itu?

Perawat masih terus bicara tanpa henti, "Tapi suamimu juga aneh. Setelah antar kamu, dia malah nerima telepon lalu pergi. Sampai sekarang belum bisa dihubungi."

"Mending kamu telepon suamimu deh, biaya rawat inapnya belum dibayar."

Aku terpaku sejenak, baru sadar kalau aku masih mengenakan piyama dan tidak membawa dompet maupun ponsel.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Saat Cerai Bukan Lagi Sekadar Kata   Bab 11

    Aku menunduk dan mengeluarkan beberapa lembar dokumen fotokopi dari dalam tas, lalu menyerahkannya padanya."Surat cerai ini pasti sudah kamu lihat. Rumah yang dulu kamu kasih juga, aku kembalikan sekarang."Gerakan Yohan terhenti, dia menatapku dengan tidak percaya."Sania, maksud kamu apa?""Aku sudah bilang, foto itu bukan...""Bukan apa?"Aku memotong ucapannya, wajahku datar tanpa ekspresi."Bukan kamu dan Leon diam-diam foto sama Chika di belakangku?""Dan bubur seafood itu, bukan kamu yang maksa aku buat habisin?""Yohan, kamu tahu nggak, waktu itu aku hampir nggak bisa diselamatin?"Bibir Yohan bergetar, suaranya serak."Aku nggak tahu alergimu separah itu."Aku tertawa getir, tapi perih di dada terasa makin dalam."Terus setelah antar aku ke rumah sakit, kamu ke mana?""Aku..."Aku menoleh ke jendela, menatap orang-orang yang lalu-lalang di luar. Suaraku tenang tanpa emosi."Kamu pergi nemuin Chika, ninggalin aku yang baru saja selamat dari maut.""Aku nggak bawa dompet, nggak

  • Saat Cerai Bukan Lagi Sekadar Kata   Bab 10

    "Tante beda, Tante bisa...""Bisa apa kamu?"Yohan turun dari lantai atas, tatapannya tajam dan dingin."Jawab. Kamu bisa apa?"Leon langsung berlari ke arah ayahnya dan bersembunyi di belakang tubuhnya.Otak Chika sempat kosong, lalu buru-buru menampilkan senyum manis di wajahnya."Yohan, aku cuma bercanda sama Leon kok. Kamu kenapa tiba-tiba muncul?"Wajah Yohan tetap dingin, matanya dipenuhi tatapan penuh selidik."Tapi, aku dengar kamu bilang ke Leon kalau kamu mau jadi ibu barunya."Ekspresi Chika menegang, lalu dia mencoba meraih lengan Yohan."Yohan, kamu kenapa sih?""Kamu tahu sendiri aku itu..."Yohan menepis tangannya dengan kasar, menahan amarah yang mulai memuncak."Selain itu kamu ngajarin Leon apa lagi? Ayo jawab!"Tubuh Chika bergetar."Nggak... nggak ada lagi..."Yohan menunduk, menatap anaknya dengan serius."Leon, kamu yang cerita."Walau masih kecil, Leon tahu suasananya sudah tidak benar.Dia mencengkeram celana ayahnya erat-erat dan berkata dengan cemas, "Tante Ch

  • Saat Cerai Bukan Lagi Sekadar Kata   Bab 9

    "Dia itu cuma vampir yang bisanya nempel di Ayah buat nyedot uang."Mobil tiba-tiba berhenti mendadak. Wajah Yohan menggelap saat menatap anaknya yang masih bicara tanpa henti.Siapa yang akan menyangka, anak tujuh tahun bisa mengucapkan kata-kata sekasar itu.Leon terdiam ketakutan.Yohan menarik napas panjang dan bertanya, "Siapa yang ajari kamu ngomong kayak gitu?"Dia masih ingat, dulu Leon adalah anak yang manis dan pengertian.Sekarang, bagaimana bisa berubah sejauh ini?Dia juga masih ingat, dulu Leon selalu memanggil istrinya dengan manja. Di mana pun selalu memanggil ibu dengan suara lembut.Entah sejak kapan, Leon mulai berubah jadi anak yang keras kepala.Bukan hanya sering merengek ingin punya ibu baru, juga terang-terangan menunjukkan kebenciannya ke ibunya.Dulu Yohan pikir Leon cuma bosan melihat ibunya yang sering bikin ribut seenaknya, lalu kesannya jadi buruk.Tapi, sekarang dia baru sadar. Dulu istrinya adalah orang paling lembut dan penuh kasih yang pernah dia kenal

  • Saat Cerai Bukan Lagi Sekadar Kata   Bab 8

    Yohan mengernyit, lalu bertanya dengan heran, "Bukannya di SD ada makan siang, ya?"Guru itu menjelaskan dengan hati-hati, "Begini, Leon dulu kondisinya agak lemah. Banyak makanan yang nggak bisa dia makan.""Waktu pendaftaran, ibu Leon sudah berdiskusi dengan kami. Jadi, Leon bawa bekal sendiri setiap hari.""Selama ini memang begitu, tapi hari ini..."Yohan mengangguk. Dia menatap rapat yang terhenti sementara, lalu tanpa berpikir panjang berkata, "Kalau begitu, telepon saja ibu Leon. Aku sedang sibuk sekarang."Guru itu terdiam sebentar, lalu akhirnya bicara pelan, "Kami sudah menelepon, tapi ibu Leon bilang kalian sudah bercerai. Urusan Leon sekarang sepenuhnya jadi tanggung jawab Bapak."Yohan terdiam sejenak, lalu bertanya dengan nada tidak percaya, "Dia benar-benar bilang begitu?"Sebelum guru itu sempat menjawab, Leon sudah menangis sambil berteriak, "Ayah, ibu nggak mau sama aku lagi! Ibu beneran nggak peduli sama aku lagi!"Yohan memejamkan mata. Baru kali ini dia benar-benar

  • Saat Cerai Bukan Lagi Sekadar Kata   Bab 7

    "Ada apa cari Om?"Anak kecil itu mengusap pipinya, lalu berkata dengan malu-malu, "Tadi malam Tante Sania ngasih aku mainan edisi terbatas. Kata ibuku, itu mahal sekali. Jadi aku harus ngucapin terima kasih langsung.""Tante Sania ada di rumah nggak, ya?"Dia berkedip polos sambil bertanya dengan wajah lugu.Senyum di wajah Yohan langsung menegang."Mainan yang dikasih semalam?"Anak itu mengangguk cepat."Ya, bungkusnya cantik banget. Tante Sania bilang mainan itu sebenarnya mau dikasih ke seseorang.""Tapi, orang yang mau dikasih itu kayaknya nggak suka, jadi dikasih ke aku saja.""Siapa bilang aku nggak suka!" Leon berteriak keras."Itu hadiah ulang tahun dari ibu buat aku! Kamu nggak boleh ambil!"Setelah berkata begitu, dia langsung menarik mainan itu dari tangan anak tetangga dan melemparkannya ke tanah."Ibuku nggak bakal suka bunga dari kamu!"Mata Yohan membesar, dia cepat-cepat menarik tangan Leon."Kamu ngapain!"Anak tetangga itu terkejut, bibirnya bergetar dan hampir mena

  • Saat Cerai Bukan Lagi Sekadar Kata   Bab 6

    Aku tidak perlu melihat, aku sudah tahu.Itu surat cerai ke-99 yang Yohan lemparkan padaku.Sebenarnya, isi surat ke-99 itu hampir sama dengan yang pertama.Satu-satunya perbedaan mungkin hanya tanggalnya.Tapi, kali ini berbeda.Bagian yang dulu selalu kosong untuk nama pengaju, sekarang sudah terisi nama.[Sania Sahid.]Brak!Pandangan Yohan berkunang, tubuhnya menabrak tong sampah.Leon terkejut. Dia segera memegang lengan baju Yohan untuk menahan.Aku menatapnya sekilas, lalu pergi sambil membawa koper.Leon ingin mengejarku, tapi tidak bisa melepaskan pegangan pada Yohan.Dia menangis ketakutan tanpa henti."Ayah, Ayah nggak apa-apa, 'kan?"Yohan baru sadar dari lamunan, tangannya yang memegang surat cerai itu sedikit gemetar."Nggak apa-apa."Leon menghela napas lega, kemudian teringat dokumen itu dan cepat bertanya lagi, "Ayah, surat cerai apaan? Kenapa ibu mau cerai sama Ayah?"Dia menatap Yohan dengan panik, matanya memerah sambil melihat ke arah kepergianku.Untuk pertama kal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status