Share

Bab 3. Memikirkan Kembali

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2022-06-29 11:59:46

"Kita pulang bareng. Cancel saja taksi online nya," suruh Mas Dirga sambil berjalan mengikutiku.

"Tidak perlu. Terima kasih," jawabku tegas dan singkat.

Aku berjalan cepat menuju taksi online yang sudah menunggu di depan rumah. "Jalan Pak," kataku pada sopir setelah aku dan Zena duduk di kursi penumpang.

Tidak sekalipun aku menoleh pada Mas Dirga.

Kesabaran ku rasanya sudah tidak bersisa lagi. Sudah selama delapan tahun aku mengalaminya. Jika itu tentang aku yang di hina dan di remehkan aku bisa terima. Namun jika sudah melukai perasaan Zena, aku tidak bisa lagi menahan amarah ku. Tidak sekali dua kali anakku di salahkan. Tidak sekali dua kali anakku mengalami bullyan Verbal di depan Mas Dirga, namun tidak sekalipun Mas Dirga membelanya.

Arzena Ayu Kinara, dia tidak seperti Raya yang sangat pandai bicara. Zena putriku gadis pendiam yang tidak suka berdebat. Dia lebih sering mengalah jika bertengkar dengan temannya. Bagaimana bisa berhadapan dengan Raya yang sangat pandai bicara dan pintar mencari alasan untuk membela diri.

"Ma. Nanti kalau Papa marah bagaimana?" tanya Zena menatapku sendu.

"Kenapa Papa harus marah?" Aku merangkul putri cantikku.

"Karena kita pulang duluan. Tadi tidak pulang juga gak papa, dari pada nanti Mama di marahin Papa lagi," sahutnya sedih.

Aku menghela nafas sepenuh dada. Aku lupa jika putriku sudah hampir 7 tahun. Dia pasti mengerti jika melihat aku dan ayahnya bertengkar.

"Mulai sekarang, Zena kalau gak suka boleh bilang gak suka. Kalau suka boleh bilang suka. Tapi, harus ada alasannya, mengerti?" kataku sambil menatap Zena.

"Mengerti Ma," jawabnya sambil mengangguk.

Aku mencium pipinya gemas, "Kesayangan Mama memang pintar," pujiku sambil tersenyum.

"Gak tinggi juga bisa pintar kan Ma?" tanyanya polos.

Hatiku serasa tercubit mendengar pertanyaan Zena. Ternyata selama ini aku benar-benar tidak bisa melindungi putriku sendiri.

"Tentu. Tentu saja semua orang bisa pintar kalau mau belajar," jawabku memaksa untuk tersenyum. "Zena itu juga tinggi lo! Teman Zena di sekolah ada kan yang lebih pendek dari Zena, itu yang nama Cecil," tambahku mengingatkan.

"Oh iya. Aku lebih tinggi dari Cecil ya Ma," ucapnya dengan wajah kembali sumringah.

"Tapi Om Andika sama Tante Anita, selalu bilang aku kalah besar sama Adik Raya. Badanku kurus," adu nya kembali bermuka masam.

"Lain kali kalau ada yang bilang Zena kurus, jawabnya gini, tumbuh itu keatas bukan kesamping." Aku mencoba untuk mengajaknya bercanda agar dia tidak kepikiran lagi dengan perkataan Andika dan Anita.

"Ok Ma. Nanti aku jawab gitu," jawab Zena mengangguk sambil tersenyum lebar.

Aku ikut tersenyum meskipun hatiku terasa sesak penuh dengan amarah. Aku baru menyadari jika selama ini Zena bukan tak peduli dengan ucapan Anita dan Dika, tapi gadis kecilku memendamnya. Hatiku sakit mengingat semua bulliyan verbal yang mereka lontarkan kepada putriku.

"Maaf Bu," ucap sopir taksi online yang aku sewa.

"Iya Pak," jawabku memandang pak sopir.

"Mohon jangan tersinggung Bu, saya tidak punya niat apa-apa. Saya hanya ingin mengingatkan saja, bahwa bullyan verbal itu bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak. Itu sangat tidak baik bu, jika terus terjadi si anak akan cenderung minder dan tidak percaya diri. Namun ada juga yang berdampak si anak akan ganti membully anak lain untuk melampiaskan amarah yang di pendam nya ketika dia mengalami pembullyan." Pak sopir memberi penjelasan tentang dampak pembullyan.

Mungkin dia mendengarkan pembicaraan kami tadi. "Iya Pak. Terima kasih sudah mengingatkan saya," ucapku sambil tersenyum memandang pada kaca depan mobil.

"Sama-sama Bu," balasnya. "Keponakan saya juga mengalaminya. Di keluarganya dia selalu di bully, di bilang paling jelek, nakal dan susah diatur. Saat dia SMA dia jadi tukang bully, bahkan mengakibatkan temannya meninggal," ceritanya yang membuatku langsung tercengang.

"Yang benar Pak?" tanyaku tidak percaya.

"Benar Bu, saat kejadian itu keponakan saya masih umur 16 tahun. Karena pasal perlindungan anak, keponakan saya tidak di penjara. Dia mendapat konseling dari psikolog anak. Dari beberapa kali konseling di ketahui keponakan saya itu dendam karena sejak kecil selalu mendapatkan bullyan Verbal dari orang sekitar nya." Pak sopir menjelaskan.

Aku merangkul Zena menciumi kepalanya. Mungkin ungkapan, orang jahat terlahir dari orang baik yang tersakiti, itu memang benar.

Aku tidak ingin apa yang terjadi pada keponakan Pak sopir terjadi pada Zena. Aku tidak bisa lagi hanya berdiam saja, menunggu Mas Dirga berubah.

Sepertinya selama ini, aku memang sudah salah karena mengambil keputusan untuk bertahan. Aku berharap Mas Dirga berubah lebih memperhatikan perasaan Zena seperti janjinya dulu.

Namun sampai hari ini Mas Dirga tidakpernah berubah, dia sudah di butakan oleh kasih sayangnya kepada orang tua dan saudaranya sampai mengabaikan perasaanku dan putrinya.

Jika sudah seperti ini salahkah aku jika memilih untuk berhenti? Mas Dirga sudah berjanji akan lebih perhatian dan menyayangi Zena namun kenyataan nya aku lagi -lagi dikecewakan dengan janjinya.

Aku bisa terima jika aku yang di abaikan tapi Zena adalah darah dagingnya. Zena bukan hanya anakku dia juga putri kandung dari Dirgantara putra tapi mengapa begitu sulit Zena untuk mendapat perhatian Ayahnya sendiri.

🥀🥀🥀

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fahmi
Zena sulit untuk dapat perhatian
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 125 Tamat.

    "Sah" pekik sang penghulu yang langsung di sambut riuh para saksi. "Sah," Suara para saksi terdengar kompak disusul. lantunan do'a dari sang penghulu dan segera diaminkan oleh seluruh yang hadir di ruangan itu. "Alhamdulillah,," Suara lirih Rahma penuh syukur. "Iya Alhamdulillah ya Bun. Akhirnya Mas, Gibran menikah juga," sahut Serena sambil mengelus punggung wanita paruh baya itu. Rahma hanya menghela nafas dengan pandangan yang sendu kearah sepasang pengantin yang nampak bahagia dengan senyum sumringah di wajah keduanya. "Bunda, senyum dong. Pengantinnya mau minta do'a restu," ujar Serena saat Gibran dan Nurida mendekati sang Bunda untuk sungkem. Hari ini adalah pernikahan Gibran dan Nurida. Setelah satu tahun meminta berjuang akhirnya hari ini mereka bisa melangsungkan akad nikah dengan restu dari Rahma. Ya, awalnya Rahma menolak memberi restu Gibran menikahi sahabat Serena itu. Rahma menginginkan menantu yang statusnya sama dengan Gibran. Bukan seorang janda dengan satu ana

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 124 Sebenarnya Siapa Serena itu.

    "Ru rujuk? maksudnya?" tanya Serena menoleh pada Dirga. "Beberapa bulan yang lalu Anita mengajukan gugatan cerai pada Andika." Dirga menjawab pertanyaan Serena lalu mengalihkan pandangannya pada Hendrawan. "Bukannya perceraian mereka sudah di putuskan pengadilan?" "Iya tapi belum mengikrarkan talak. Selama perpisahan mereka Andika belum pernah mengucap talak." penjelasan Hendrawan mendapat anggukan mengerti dari Dirga. Serena hanya diam tanpa berniat berkomentar. Ia masih tidak percaya mendengar berita perceraian adik iparnya itu. Apalagi selama ini Hendra dan Mirna selalu membanggakan rumah tangga putri bungsunya itu sangat harmonis. "Rena, kenapa tamunya tidak di ajak masuk?" Rahma ikut keluar menyambut besannya itu. Dengan senyum ramah ibu Serena mengulurkan tangannya menyalami kedua orang tua menantunya itu. "Ayo silahkan masuk!" ajak Rahma menggiring besannya itu untuk masuk ke sisi lain ruang tamu yang memang di peruntukkan untuk menjamu tamu yang datang. "Maaf duduknya di

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 123 Acara tasyakuran rumah baru.

    Sudah dari kemarin Dirga dan Serena menempati rumah baru mereka. Tak ketinggalan Rahma dan Gibran juga keluarga kecil Indira ikut menginap sejak semalam. sudan dari selesai sholat shubuh Rahma sibuk mengatur persiapan acara ulang tahun sekaligus tasyakuran rumah baru putri bungsunya. Di bantu dua orang asisten rumah tangga ia sibuk di dapur. Rencananya pada jam 9 pagi akan diadakan pengajian bersama dengan mengundang para tetangga juga saudara dan teman-teman Dirga. Untuk ulang tahun Zena akan diadakan setelah dhuhur. Bukan hanya Rahma, Indira pun begitu. Kakak kedua Serena itu juga sibuk mengatur tempat dan bingkisan untuk para undangan. "Inah, kamu taruh semua bingkisan itu di depan. Di bawah tenda ya!" perintahnya pada seorang asisten rumah tangga yang baru di pekerjakan oleh Dirga sejak dua hari yang lalu. "Periksa juga bingkisan untuk undangan ulang tahun Zena! Jumlahnya kurang atau tidak?" sambungnya lalu berjalan menuju dapur. "Rena, cateringnya datang jam berapa? Acaranya

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 122 Rahma yang sudah tidak menahan diri lagi.

    "Siapa yang akan mengacaukan? Dirga bisa sesukses ini juga karena kita. Enak sekali keluarga Serena, tidak merasakan susahnya sekarang ikut menikmati hasil kesuksesan Dirga," gerutu Hendrawan. "Minta alamatnya. Minggu depan kita berangkat ke sana," "Apa Ayah Tidak malu bicara seperti itu?" Mirna menatap tajam suaminya. "Sudah lupa apa yang Ayah lakukan pada Dirga?" Pertanyaan Mirna sontak menyulut emosi di dada Hendrawan. Dengan rahang yang mengeras pria paruh baya itu membalas tatapan Mirna tak kalah tajam. Namun kali ini Mirna tidak takut apalagi segan. Ia sudah sangat jengah dengan dengan sikap dan perangai suaminya itu. "Aku pikir beberapa bulan ini kamu sudah berubah, tapi nyatanya aku salah. Kamu tetap egois dan tidak mau mengakui salah." "Apa maksudmu?" sentak Hendrawan emosi. "Apa perlu aku mengulangi perkataan Dirga dua tahun lalu? Apa perlu aku mengulik kesalahan suamiku yang tidak pernah mau kamu akui?" Mirna menarik nafas panjang untuk sedikit mengurangi rasa kesalnya

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 121 Kejutan untuk Zena.

    Sekitar pukul setengah tujuh malam, mobil dirga memasuki pelataran rumah besar mertuanya. Serena membuka pintu rumah bersamaan dengan Dirga yang keluar dari mobilnya dengan membawa banyak bawaan di kedua tangannya. "Biar kubantu Mas," ujar Serena segera mendekat dan mengambil satu kotak besar dari tangan kanan Dirga. "Hati-hati itu kue ulang tahun untuk Zena," sahut Dirga sedikit khawatir. "Iya," jawab Serena tersenyum lalu berjalan masuk lebih dulu. "Dimana Zena?" tanya Dirga berjalan dibelakang Serena. "Zena lagi di kamar Bunda bersama Rendy dan Raka." Serena segera meletakkan kuenya di sisi meja makan. "Malam Ga," sapa Indira yang berjalan keluar dari dapur dengan segelas air putih di tangannya. "Malam juga Mbak. Mana Mas Abimana?" sahut Dirga bertanya bersikap ramah."Tu," indira menunjuk ke arah ruang tengah. Dua orang pria duduk sambil berbincang. "Halo Ga," Abimana mengangkat tangannya menyapa yang di jawab anggukan oleh Dirga. Merasa sungkan Dirga hendak berjalan untuk

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 120 Bahagia setelah badai.

    Setelah sholat shubuh Dirga mendatangi ibu mertuanya untuk memberia tahu jika nanti malam dia akan membuat kejutan ulang tahun untuk putrinya. Dirga meminta Rahma untuk memberi tahu Indira dan Gibran untuk ikut datang. Sebenarnya Dirga ingin mengadakan pesta ulang tahun putrinya itu di rumah baru mereka namun dikarenakan rumah baru mereka belum siap untuk ditempati akhirnya Serena menyarankan untuk memberikan kejutan kecil dan nanti setelah rumah mereka sudah siap akan membuat pesta ulang tahun Zena bersamaan dengan tasyakuran rumah baru mereka. Setelah semua anaknya dan menantunya berangkat Rahma segera menelpon putri ke duanya untuk memintanya datang malam ini seperti permintaan menantu sulungnya. "Tentu saja kami akan datang Bun. Tanpa Bunda telfon aku dan anak-anak sudah berniat ke rumah Bunda sepulang sekolah nanti dan Mas Aby akan menyusul sepulang kerja. Kami tidak akan lupa dengan ulang tahun princess Zena," jawab Indira saat Rahma memintanya datang. Mendengar jawaban putr

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status