"Kamu masih mau membahas yang kemarin, Vid?" tanya Ayu. Wanita berhijab hitam itu menaruh ponselnya setelah bervideo call bersama kedua anaknya.
"Iya, apalagi kamu kemarin bilang kalau aku calon suami kamu," ucap David sambil menggoda."Astaga, itu, kan hanya di depan Ibunya Mas Damar." Ayu mencoba memberi penjelasan."Aku maunya sungguhan." Lagi, David mencoba meyakinkan Ayu.Ayu terdiam, ia teringat perbincangan dengan kedua anaknya tadi malam. Si kecil bertanya tentang sang ayah, kemudian di susul dengan yang besar, ikut bertanya dan ingin bertemu dengan ayahnya. Walau bersama sang ibu, mungkin sosok ayah sangat mereka butuhkan.Sejak sibuk dengan pernikahannya, Damar belum sempat bertemu dengan kedua anaknya. Memang, pernah ada pesan dari Damar, kalau mungkin bukan ini ia sibuk. Nanti, setelah itu akan bertemu dengan kedua anaknya."Yu, masih dengar, aku, kan?" Panggilan David membuat Ayu terbanguSetelah menikah, Erika masih bekerja. Namun, dengan catatan berbeda kantor atau cabang dengan Damar. Akhirnya sang suami yang mengalah dan pindah di cabang Jakarta Selatan, sedangkan Erika masih tetap di cabang Jakarta Barat."Pengantin baru, hawanya adem kayanya," goda Bu Dinda pada Erika.Sementara, Erika hanya bisa tersenyum saat wanita paruh baya itu menggodanya. Hari pertama masuk ia sudah diberikan banyak tugas. Pekerjaan yang tertunda dan pekerjaan baru.Erika mengusap keringat yang membasahi dahi. Sejak semalam ia tidak bisa tidur karena sang ibu ngambek tidak mau masak dan hanya ingin memesan masakan online saja.Ia bangkit untuk mengambil air hangat ke pantry, sembari netranya mencari seseorang untuk bertanggung jawab pada hidupnya."Ayu, tunggu!" Erika menghampiri Ayu yang baru saja datang dan mau masuk ke ruangannya.Ayu menghentikan langkah dan menunggu Erika menghampirinya."Ada apa?" ta
"Kenapa diam?" Oma begitu sinis melihat mereka.Mereka terdiam dan tidak berkutik. Keluarga Hana pun tidak berani banyak bicara. Setelah selesai, mereka semua langsung pamit untuk meningkatkan restoran.Oma Meria tidak meneruskan pertanyaannya. Ia punya cara untuk meyelesaikannya sendiri."Oma, saya terima kasih untuk makan siangnya," ujar Ayu sekaligus pamit untuk pulang."Saya yang berterima kasih." Oma Meria tersenyum pada Ayu.Oma Meria mengamuk saat meeting tadi. Ia tidak menyangka selama lima tahun ada yang bermain di perusahaan miliknya. Menyalahgunakan uang perusahaan dan tidak bertanggung jawab."Setelah mengantar Ayu, temui Oma di ruang kerja Oma, Vid!" titah Oma."Baik, Oma."David pamit mengantar Ayu pulang. Sementara, Oma Meria menatap tidak suka pada Bu Jasmin. Wanita itu nampak sedang gugup dan menyembunyikan sesuatu. Bagaimana bisa, saham milik Ayahnya Hana dikatakan p
"Berengsek!" Damar menendang ban mobilnya dengan mulut terus mengoceh. Perut lapar, hati kesal lengkap sudah penderitaan pria dengan kaus merah itu.Dengan sisa putung rokok yang ia hisap, Damar terduduk lesu di halaman rumah. Hatinya masih sangat emosi, bukan karena apapun, tetapi karena masih mnghargai Erika sebagai istrinya."Astaga, dosa apa aku ini? Terus saja Erika membuat aku habis kesabaran." Lagi, ia mengoceh tentang kesialannya.Ia menikah karena ingin ada yang mengurusnya. Tingal bersama sang ibu membuatnya kehabisan uang. Namun, ternyata malah pernikahannya kali ini membuat ia selalu pusing kepala dengan tingkah sang istri juga mertuanya yang begitu menyebalkan.Ia mengambil ponsel untuk menelepon seseorang."Man, ngopi, yu, tempat biasa. Bisa nggak?""Boleh-boleh, gue juga baru otw, biar gue balik arah." Suara Arman terdengar antusias saat diajak bertemu Damar.Damar men
"Hampir saja," ujar Bu Jasmin saat sampai di rumah.Wanita itu gegas menemui sang suami untuk memberitahukan tentang pembatalan perjodohan Hana dan David. Ia tidak menduga jika Oma Meria akan langsung membatalkan rencana mereka."Mas, Ibu membatalkan rencana kita menjodohkan David dengan Hana," ujar Jasmin."Kok, bisa?" Sang suami bertanya heran."Iya, karena wanita itu. Wanita yang dipilih David menjadi calon istrinya." Jasmin seperti pasrah dengan keadaan."Bagaimana bisa Oma setuju dengan David?" Denis, ayah David pun ikut cemas dengan semuanya.Rencana selama tiga puluh sembilan tahun itu sudah matang dan akan menuai hasil. Namun, tiba-tiba hancur begitu saja oleh sang anak."Anak sialan, tidak tahu berterima kasih," keluh Denis.Dua orang itu seperti tidak tenang setelah Oma Meria membatalkan semua rencana mereka. Dengan sekejap, apa yang mereka bayangkan hancurlah sudah.
Asih menaruh gelas setelah minum. Sang ibu terus saja mengikuti ke mana ia melangkah. Bu Andar ingin tahu tentang Damar, sejak beberapa hari menikah, ia masih kesal dan malas menelepon atau mengunjungi anaknya.Asih datang membawa berita tentang Damar yang datang ke kantor Laras."Kamu yang benar, Sih, Damar kurus sekarang?" tanya sang ibu."Iya, Bu. Masa Asih bohong, sih. Mana banyak jambang di wajahnya, pokoknya kusut, deh." Lagi, Asih sengaja memanasi sang ibu sesuai instruksi Laras."Kenapa malah punya istri jadi nggak keurus, si Damar? Weleh, apa istrinya nggak bisa ngurus dia?" Bu Andar begitu emosi mendengar cerita Asih, sedangkan Asih, sangat menikmati ocehan sang ibu."Besok, kan Minggu, kita samperin aja, Bu. Asih anter naik motor mau nggak?" Asih menawarkan untuk ke rumah Damar esok hari.Tanpa berpikir panjang sang ibu langsung setuju dengan ajakan Asih. Bu Andar sudah merencanakan hal yang akan memb
Damar mengacak-acak rambutnya, lalu menarik napas dalam. Ia tidak mengerti dengan kejadian yang terjadi begitu saja. Ibunya datang dan mengetahui semua keadaan yang memang seharusnya tidak terjadi."Aku bingung mau bagaimana? Mau bilang apa? Ibuku memang tidak salah, karena memang kamu tidak becus menjadi seorang istri!" hardik Damar."Kok, kamu jadi menyalahkan aku? Kamu saja yang tidak becus menjadi suami yang benar," balas Erika."Tidak benar bagaimana? Apa karena aku memberi jatah uang belanja tidak sesuai dengan keinginan kamu, lalu, bilang aku tidak becus? Harusnya aku yang tanya, peran kamu sebagai seorang istri mana? Apa hanya melayaniku di rajang saja kebisaanmu, hah?" Emosi Damar kian memuncak jika mengingat sejak awal menikah, sejak itulah kebiasaan jelek Erika terbuka.Tak kuasa mendengar ucapan Damar, Erika menampar keras pipi sang suami. Embun di matanya kini mulai luruh ke pipi.Hatinya begitu sakit dengan tudinga
David menemui sang Oma untuk membicarakan hal tentang apa yang Ayu terima dari kedua orang tuanya. Sebuah ancaman yang membuat Ayu merasa tidak tenang."Mereka mengancam Ayu, Ma. Bahkan aku saja nggak mengerti apa tujuan mereka untuk menjodohkan aku dengan Hana," ucap David.Oma Meria mendengarkan cerita David. Tidak mungkin ia menceritakan hal sebenar tentang rahasia itu. Pasti akan menyakitin hatinya saat ini. Namun, bagaimana pun David harus tahu suatu saat nanti."Mereka tidak tahu diri. Bagaimana bisa mengancam seperti itu. Hal yang sangat memalukan bagi keluarga Adijaya." Sang Oma marah besar dengan penuturan David.David pun sangat menyayangkan tenteng ancaman tersebut. Ia pun tidak mengira akan menjadi seperti itu."Pokoknya kita harus melindungi ayu," ujar sang oma.Sementara, Denis dan Jasmin sedang menelepon Hasbullah, ayahnya Hana agar segera bertindak agar tidak terjadi pembatalan perjodohan.
David datang setelah Ayu meneleponnya. Pria itu langsung datang bersama sang Oma. Ayu yang sejak tadi terus menangis, terdiam saat kedatangan Oma Meria dan David."Bagaimana keadaan Bagas?" tanya David."Sudah ditangani, ayahnya sedang mendonorkan darah untuk Bagas," ujar Ayu."Damar?" David bertanya lagi."Iya, Mas Damar datang dan langsung mendonorkan darahnya karena memang darah mereka sama."David merasa sedikit cemburu dengan kedatangan Damar, tapi ia tak bisa berkomentar karena Bagas memang anak Ayu dan Damar."Jangan menangis," ucap Oma Meria."Iya, Oma. Ada yang aku mau bicarakan." Ayu menarik napas.David mendadak jantungnya berdetak tak karuan. Apa yang akan dibicarakan oleh Ayu membuat David sedikit bisa menebak."Apa ini ada hubungan dengan ancaman kedua orang tuaku?" tanya David."Aku nggak tahu ini berhubungan atau tidak. Namun, setelah datang ancaman itu, aku