Share

#24 Warisan yang Terpendam

Penulis: laliza mpoet
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-16 10:12:22
Kedamaian setelah ditahannya Bram terasa seperti embun pagi setelah malam panjang yang melelahkan. Selama sebulan terakhir, kehidupan kami mengalir dengan ritme tenang dan terprediksi. Siska semakin percaya diri dalam pekerjaannya di yayasan, menemukan panggilan sejatinya membantu perempuan korban kekerasan domestik. Hubungannya dengan Alvaro pun semakin erat, disatukan oleh ikatan darah dan pengalaman pahit yang telah mereka lalui bersama.

Suatu Sabtu sore, kami memutuskan untuk membersihkan loteng rumah—proyek yang sudah lama tertunda. Surya, yang kini mulai belajar berjalan dengan tertatih-tatih, menjelajahi tumpukan kotak tua dengan mata berbinar, penuh rasa ingin tahu.

"Lihat ini!" seru Siska tiba-tiba, suaranya bergetar penuh emosi. Ia mengangkat sebuah kotak kayu tua yang tersembunyi di balik lembar karpet usang. Kotak itu terkunci rapat, dengan ukiran inisial "S.D."—Sari Darmawan, nama ibu mereka.

Alvaro mengambil kotak itu dengan hati-hati, seolah memegang harta rapuh. "Aku
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Saat Kau Ambil Suamiku, CEO Itu Jadi Milikku   #38 Jejak-jejak yang Terlupakan

    Ketenangan setelah penerbitan biografi Sri Wirawan terasa berbeda—lebih dalam, lebih nyata. Untuk pertama kalinya, tidak ada lagi perasaan menyembunyikan sesuatu. Warisan keluarga kami yang penuh luka dan rahasia kini terbuka untuk dunia, dan anehnya, itu justru terasa membebaskan. Kampus Sri Wirawan menjelma menjadi tempat tujuan para peneliti, mahasiswa, bahkan masyarakat umum yang penasaran dengan sisi sejarah kolonial yang jarang sekali disentuh.Alvaro menemukan dirinya dalam peran baru sebagai penjaga sejarah. Hari-harinya ia habiskan di ruang arsip kampus, memegang naskah kuno yang berbau debu, mengurutkan dokumen-dokumen yang terus saja bermunculan dari berbagai arah. Ada ketenangan yang memancar darinya. Seakan-akan, dengan melestarikan masa lalu, ia juga sedang merawat dirinya sendiri.Sementara itu, aku tenggelam dalam program pendidikan yang sedang kususun. Mimpi kecilku sederhana: sejarah Indonesia yang inklusif, tidak hanya berpusat pada tokoh besar, tetapi juga pada ora

  • Saat Kau Ambil Suamiku, CEO Itu Jadi Milikku   #37 Simfoni yang Baru

    Kedamaian setelah semua kebenaran tentang ayah mereka terbongkar terasa seperti hembusan udara segar setelah badai panjang. Untuk pertama kalinya, tidak ada lagi rahasia yang menghantui kami. Setiap keping sejarah keluarga akhirnya menemukan tempatnya, membentuk gambaran yang mungkin tidak sempurna, tapi utuh dan jujur.Rumah Singgah Sri tumbuh dengan cepat. Diana, dengan semangat barunya, menaruh seluruh hatinya ke dalam proyek itu. Pengalaman melawan kanker memberinya sudut pandang yang tak tergantikan—bahwa pasien bukan hanya butuh obat, tapi juga tempat aman, telinga yang mendengar, dan pelukan yang tulus. Rumah singgah itu perlahan berubah menjadi lebih dari sekadar tempat tinggal sementara; ia menjadi rumah kedua, sebuah keluarga kecil bagi mereka yang sedang bertarung dengan penyakit.Alvaro juga banyak berubah. ALCORP masih berjalan, tapi dia tak lagi terjebak di pusaran ambisi seperti dulu. Kini dia mendelegasikan lebih banyak tugas dan memilih fokus pada

  • Saat Kau Ambil Suamiku, CEO Itu Jadi Milikku   #36 Jejak-jejak yang Terlupakan

    Perjuangan melawan kanker Diana meninggalkan jejak yang dalam pada kami semua. Ia mengajarkan betapa rapuhnya hidup dan betapa kuatnya cinta saat diuji. Setelah berbulan-bulan perawatan keras, kabar itu akhirnya datang: kondisinya stabil. Dokter menyebutnya remisi—kata sederhana yang langsung membuat kami menangis lega. Diana masih lemah, tubuhnya rapuh, tapi nyalanya kembali.“Kesempatan kedua ini nggak akan kusia-siakan,” katanya suatu pagi di teras rumah sakit. Wajahnya pucat, tapi sorot matanya tajam, penuh tekad. “Aku ingin melakukan sesuatu yang berarti. Bukan demi warisan, tapi untuk masa depan.”Idenya lahir dari pengalamannya sendiri. Selama menjalani kemoterapi, Diana melihat betapa mahalnya biaya pengobatan kanker, juga betapa sedikit dukungan psikologis yang tersedia untuk pasien dan keluarga mereka. Bersama Lintang—yang kini terasa lebih seperti saudara kandung ketimbang saudara tiri—ia merancang Rumah Singgah Sri, sebuah tempat bagi pasien kanker dari

  • Saat Kau Ambil Suamiku, CEO Itu Jadi Milikku   #35 Simfoni yang Baru

    Kedamaian yang datang setelah dokumen-dokumen sejarah Sri Wirawan dibuka terasa berbeda dari sebelumnya. Bukan sekadar sepi tanpa konflik, tapi sebuah ketenangan yang dijaga dengan penuh kesadaran. Seolah semua orang tahu betapa rapuhnya harmoni ini, sehingga mereka memilih merawatnya dengan hati-hati.Kampus Sri Wirawan pun berubah wajah. Ia bukan lagi hanya tempat belajar, tapi lambang rekonsiliasi. Di sana, masa lalu tidak ditutup-tutupi, melainkan dihadapi, dipelajari, lalu dijadikan dasar untuk membangun masa depan yang lebih jernih.Alvaro menemukan rumah barunya di sini. Ia meninggalkan hiruk-pikuk ALCORP dan menukar ruang rapat dengan ruang diskusi, menukar angka-angka laporan dengan buku sejarah dan puisi. Aku melihat bagaimana beban yang dulu menghantuinya perlahan surut, berganti semangat baru—semangat yang polos, hampir seperti anak kecil yang sedang menemukan dunia untuk pertama kalinya. Dia bahkan mulai belajar bahasa Belanda dan Jawa kuno, bertekad m

  • Saat Kau Ambil Suamiku, CEO Itu Jadi Milikku   #34 Jejak-jejak yang Terlupakan

    Kampus Sri Wirawan sudah berjalan penuh enam bulan terakhir. Tempat yang dulunya hanyalah reruntuhan pabrik penuh debu kini berdiri sebagai pusat pendidikan dan budaya. Setiap kali aku berjalan di lorong-lorongnya, mendengar percakapan yang bercampur bahasa Indonesia dan Belanda, melihat mahasiswa dari berbagai latar belakang saling berdiskusi, hatiku selalu diliputi rasa hangat. Seakan semua luka dan perjalanan panjang keluarga kami menemukan maknanya di sini.Alvaro juga berubah. Dia masih menjalankan ALCORP, tapi banyak tanggung jawab kini ia serahkan pada timnya. Fokus barunya ada di kampus ini. Aku melihatnya lebih tenang, lebih sering tersenyum, dan yang terpenting—lebih hadir untuk keluarga. Kadang aku merasa pria yang dulu begitu keras dan penuh beban akhirnya belajar bernapas lega.Surya, yang kini sudah tujuh tahun, seolah jadi maskot kecil kampus. Dengan polosnya ia memperkenalkan diri sebagai "duta" dan sering mengajak teman-temannya berkeliling, menunj

  • Saat Kau Ambil Suamiku, CEO Itu Jadi Milikku   #33 Simfoni yang Baru

    Pembangunan Kampus Sri Wirawan menjadi pusat hidup kami selama berbulan-bulan. Bekas pabrik tekstil yang tua dan berdebu, saksi bisu masa lalu yang penuh luka, perlahan berubah menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda. Setiap bata yang dipasang, setiap dinding yang tegak berdiri, seolah membawa pesan baru: bahwa sejarah tidak harus terus mengikat, ia bisa diubah menjadi harapan.Alvaro menekankan satu hal pada para arsitek: “Bangun tempat ini sebagai titik temu masa lalu dan masa depan. Jangan biarkan keduanya saling bertarung.”Sering kali aku tersenyum melihat Surya ikut “mengawasi” para pekerja dengan truk mainannya. Dia berlarian di antara tumpukan pasir, matanya penuh rasa ingin tahu, seolah yakin dirinya bagian dari proyek besar ini. Melihatnya tumbuh tanpa beban seperti kami dulu—atau setidaknya dengan beban yang jauh lebih ringan—membuat hatiku lega.Namun, kami sudah terlalu sering belajar: kedamaian tidak pernah datang tanpa gangguan.Ga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status