Beranda / Romansa / Safe Haven / Bad Impression

Share

Bad Impression

Penulis: Monchelle
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-20 14:58:45

Beberapa saat setelah Valen dan rekan-rekannya sampai di lokasi kampanye, mereka langsung bergegas menuju samping panggung agar bisa mendapatkan tempat yang lebih bagus untuk merekam kegiatan kampanye hari ini.

Tak lama setelah itu, terdengar suara pengisi acara yang mengumumkan bahwa acara akan segera dimulai. Valen mengeluarkan notes nya untuk mencatat poin-poin penting apa saja yang akan disampaikan Pak Prasetyo beserta Mas Jabran di acara hari ini, dan mungkin ini bisa jadi bahan yang menarik untuk artikel nya. Di satu sisi, Donny sedang menyiapkan kameranya untuk merekam kegiatan ini.

Acara dimulai dengan penampilan salah satu musisi ternama Indonesia, Denny Caknan. Terlihat penonton menari-nari sambil menyanyikan lagu-lagu populer milik sang musisi. Valen ikut bernyanyi sedikit menikmati musik dan agar mengurangi rasa tegangnya. Ia lalu memperhatikan sekeliling dan tatapannya terhenti saat ia melihat ke arah belakang panggung.

"Don, tuh idola Lo tuh." ucap Valen sambil mencolek lengan Donny, Donny menoleh ke arah yang dimaksud Valen.

"Iya, tapi dulu." sahut Donny sambil kembali fokus melihat Denny Caknan yang masih menyanyi di atas panggung. Valen mengalihkan perhatiannya ke arah Donny dan memandangnya dengan heran.

"Loh, udah pindah haluan emangnya?" tanya Valen, Donny mengangguk kecil.

"Kayaknya iya, kebanyakan kontroversi nih paslon." jawab Donny, Valen tertawa kecil.

"Yang kayak gitu malah yang seru, Don. Kalo datar-datar aja nggak menarik," sahut Valen masih sambil tertawa kecil,

"Sebelum Prasetyo kasih tau siapa cawapres nya, Gue jujur masih dukung dia. Tapi waktu Gue tahu wakilnya orang ini, Gue kayak yang.. ya udahlah." ujar Donny sambil menghela nafas kecewa,

"Kenapa sih?? Keren loh dia masih muda gitu udah jadi Walikota Surabaya, jarang-jarang loh." sahut Valen, Donny mendengus kesal.

"Gue kalo jadi anak presiden juga auto jadi Walikota, sayang aja bapak Gue cuma PNS." ucap Donny dengan nada pahit, Valen tersenyum kecil.

"At least Lo masih punya bapak, Don" sahut Valen dengan pelan, Donny langsung menoleh ke arah Valen dengan tatapan tidak enak.

"Eh sorry Len, Gue nggak maksud gitu..." suara Donny terpotong dengan adanya suara pengisi acara yang memberitahukan bahwa sebentar lagi Pak Prasetyo akan naik ke panggung dan menyapa warga Yogyakarta. Valen hanya diam sambil tersenyum menenangkan dan mencoba fokus kembali ke panggung.

Gemuruh suara para penonton menggelegar sesaat setelah Pak Prasetyo hadir di atas panggung, Valen dan Donny saling berpandangan dan merasa kagum dengan antusias para pendukung Paslon 04 ini. Ternyata dibalik semua kontroversi yang mereka buat, masih banyak sekali orang yang mempercayakan mereka untuk menjadi pemimpin negara ini.

Pak Prasetyo kemudian memberikan sambutan kepada seluruh seluruh tim dan koalisinya serta menyapa para penonton yang hadir, keadaan menjadi semakin bergemuruh. Setelah itu ia menyampaikan visi misi nya dalam mencalonkan diri sebagai calon presiden Indonesia 2024.

Valen mencatat satu persatu dengan seksama, sedangkan Donny tetap fokus dengan kamera nya. Tak terasa waktu berlalu dan Pak Prasetyo mengucapkan terima kasih dengan kedatangan semua yang hadir, serta mengucapkan terima kasih kepada media yang saat ini ikut meliput dan bertugas. Acara lalu diakhiri dengan doa bersama dan menari-nari bersama dengan lagu ciri khas paslon 04 ini.

Semua orang terlihat bersenang-senang, termasuk Valen dan Donny. Tapi selang beberapa saat, salah satu tim dari paslon ini mendatangi para rekan media dan memberitahu bahwa jika ingin wawancara Pak Prasetyo bisa langsung ke belakang panggung sebelum Pak Prasetyo meninggalkan lokasi.

Valen, Donny, serta rekan media lain bergegas menuju belakang panggung. Terlihat Pak Prasetyo sedang berjalan meninggalkan lokasi, media langsung mengerumuninya termasuk Valen dan Donny. Terlihat para ajudan sedang menjaga jarak agar rekan-rekan media tidak terlalu dekat dengan Pak Prasetyo dan Mas Jabran.

Valen pun mendapatkan posisi yang cukup nyaman untuk bisa melontarkan pertanyaan kepada Pak Prasetyo serta Mas Jabran, tepat di samping kanan Pak Prasetyo dan salah satu ajudannya.

Para wartawan pun bergantian melontarkan pertanyaan, mulai dari menanyakan tentang maksud dari visi mereka, tujuan mencalonkan diri sebagai capres dan cawapres, sampai ke hal-hal random yang membuat beberapa orang bahkan Pak Prasetyo dan Mas Jabran tertawa. Tapi Valen menyadari bahwa tak ada satupun yang menanyakan tentang polemik pencalonan Mas Jabran sebagai calon wakil presiden, Valen akhirnya memberanikan diri untuk menanyakan tersebut.

"Selamat Malam Bapak dan Mas Jabran, kami dari Lingkar Indonesia. Mungkin kalau dari kami, kami hanya ingin menanyakan bagaimana tanggapan bapak dan Mas Jabran tentang gosip yang mengatakan bahwa paslon 04 telah menyalahi konstitusi dengan pencalonan Mas Jabran sebagai cawapres??" tanya Valen dengan nada tegas. Pak Prasetyo menoleh ke arah Valen sambil tersenyum ramah.

"Wah kalau masalah itu biar masyarakat saja yang menilai, tapi intinya tim kami pun punya para pakar hukum dan dari segi hukum sebenarnya nggak ada masalah. Jadi kalau dari pihak kami ya santai saja," jawab Pak Prasetyo dengan tenang, Valen kembali melirik ke buku catatan nya dan bertanya satu hal lagi.

"Kalau misalkan nanti ada masalah dengan hal itu dan mengharuskan bapak untuk mengganti cawapres bapak, apa bapak sudah menyiapkan nama lain??" tanya Valen lagi, kali ini pandangan Valen tertuju ke arah ajudan di samping Pak Prasetyo. Dia pun sedang memandangi Valen dengan garis wajah kaku, tidak ada senyum, tidak ada ekspresi apapun di wajahnya kecuali ekspresi serius. Valen memalingkan pandangannya kembali kepada Pak Prasetyo.

"Saya tidak pernah memikirkan nama lain, bagi saya untuk saat ini Mas Jabran yang terbaik untuk mendampingi saya." jawab Pak Prasetyo dengan tegas, disambut dengan tepuk tangan dari tim sukses nya. Valen tersenyum puas dengan jawaban itu dan mengucapkan terima kasih, ia lalu memutar badannya untuk menjauh dari Pak Prasetyo yang saat ini sedang berusaha berjalan melintasi kerumunan wartawan dan juga pendukung paslon 04 tersebut.

Sesaat setelah Valen memutar badannya, seorang wanita yang sudah agak tua berlari mencoba untuk masuk ke kerumunan dan meminta foto bersama Pak Prasetyo dan itu membuat tubuh Valen terdorong kembali masuk ke arah Pak Prasetyo.

Sebelum Valen mengenai Pak Prasetyo, ajudannya dengan sigap mendorong tubuh Valen dengan keras sampai Valen tersungkur jatuh di antara kerumunan. Saat Valen jatuh, tangannya terinjak oleh salah satu wartawan disana dan itu membuat Valen meringis kesakitan.

Valen melirik ke arah ajudan yang mendorong nya, dan lelaki itu hanya memandangi Valen tanpa berusaha menolongnya. Tetapi terlihat raut khawatir dari wajahnya, ia mencoba menolong Valen tapi sebuah suara menghentikannya.

"Mas, ayo mas cepet. Amanin bapak dulu," sahut sebuah suara yang Valen rasa berasal dari ajudan yang lain, Valen masih meringis kesakitan.

"Nggak usah dorong-dorong gitu mas !!!" teriak Donny dengan marah, ia lalu membantu Valen berdiri. "Lo nggak apa-apa?" tanya Donny sambil memperhatikan Valen dari atas ke bawah memastikan kalau tidak ada luka.

"Nggak apa-apa, tangan Gue aja nih agak sakit tadi keinjek orang." jawab Valen sambil berusaha bangun, ia juga dibantu berdiri oleh beberapa wartawan lain yang melihat dia jatuh. "Makasih Mas, Mbak." ucap Valen kepada wartawan-wartawan itu dan mereka pun meninggalkan Valen dan Donny,

"Kurang ajar itu ajudan, main dorong-dorong aja dikira nggak bahaya apa," gerutu Donny yang masih kesal dengan ajudan yang mendorong Valen sampai terjatuh tadi.

"Nggak tahu tuh, seenggaknya liat dulu kan siapa yang salah. Nggak langsung main dorong aja," ucap Valen dengan kesal sambil membersihkan bajunya yang kotor terkena tanah.

"Yaudah mending kita cabut aja nggak sih, biar Lo bersih-bersih juga. Udah kayak apaan tau baju Lo sekarang," sahut Donny, Valen melirik ke arah bajunya yang sangat kotor dan mendengus kesal.

"Kalo Gue ketemu lagi sama orang itu, Gue bakal minta ganti rugi baju baru." ujar Valen dengan kesal, ia lalu berjalan bersama Donny menuju mobil untuk segera kembali ke hotel.

Sesampainya di tempat parkir mobil, Mas Hadi memperhatikan Valen dengan ekspresi horror. "Mbak Valen, habis ngapain ?!?!" tanya Mas Hadi dengan suara melengking kaget, Valen dan Donny saling melihat satu sama lain karena terkejut dengan reaksi Mas Hadi.

"Santai aja, Mas. Nggak usah kaget begitu." Jawab Valen sambil tertawa kecil, "Mending langsung balik hotel aja, yuk. Badan saya sudah sakit semua," tambah Valen, diikuti dengan anggukan cepat dari Mas Hadi. Mereka pun memasuki mobil dan beranjak kembali ke hotel.

**

Valen meringis kesakitan saat ia berusaha memakai baju sehabis mandi, ia memperhatikan tangannya dan menyadari bahwa ada lebam biru di tangannya. Valen berjalan ke tempat tidur dan duduk di sana. Ia membuka laptop nya dan mulai membuat artikel yang akan dia posting malam ini juga, Valen lalu menyibukkan diri dengan pekerjaannya.

Setelah pekerjaannya selesai, Valen menyadari bahwa sudah jam setengah satu pagi dan ia belum sempat istirahat. Valen meregangkan tubuhnya yang saat ini sudah pegal, ia lalu mengambil handphone nya yang sedari tadi dia silent dan memeriksa sosial media nya.

Valen terheran saat ada nomor tidak dikenal mengirimkan pesan via W******p dari tiga jam yang lalu, ia membuka pesan tersebut dan terbelalak saat membaca isi pesan tersebut.

Selamat Malam, saya Teddy., salah satu ajudan dari Pak Prasetyo. Sebelumnya saya minta maaf telah mengganggu waktunya, saya dapat nomor anda setelah saya menghubungi media tempat anda bekerja. Boleh saya telpon sebentar??

Valen masih terdiam memandangi handphone nya dan tidak tahu harus menjawab apa, ia lalu mematikan ponselnya dan menyender di tempat tidurnya.

Ini ajudan yang tadi dorong Gue apa gimana?? Tapi ngapain dia sampe chat Gue?? Siapa juga yang ngasih nomor Gue ke dia.. Aduuh harus gimana Gue !! batin Valen sambil menggigit kukunya, salah satu kebiasaan jika dia panik. Valen melirik ke arah ponselnya dan memutuskan untuk mengabaikan pesan tersebut.

Gue diemin aja kali, ya. Dia juga nggak mungkin yang nge-spam banget kayak orang nggak punya kerjaan kan?? Oke, Gue diemin aja.

Valen lalu merebahkan tubuhnya dan menarik selimut agar menutupi tubuhnya, Valen masih memikirkan kejadian tadi disaat ajudan itu mendorong tubuhnya dengan keras. Valen mengusap tangannya yang memar dan meringis saat ternyata masih terasa sakit.

What a bad impression for a first meeting, huh??

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Safe Haven   Am I Good Enough?

    Valen menatap layar komputer dengan tatapan lelah, akhirnya artikel untuk hari ini selesai. Ia bersandar ke kursi kerjanya dan meregangkan otot-otot tubuhnya dan memeriksa sudah jam berapa saat ini. Ternyata sudah jam lima sore, Valen menghela nafas panjang dan membereskan barang-barangnya untuk bersiap pulang.Valen memeriksa ponselnya dan menemukan bahwa Teddy sedari tadi berusaha menelponnya. Karena Valen selalu mematikan suara ponselnya saat di kantor, tentu saja panggilan Teddy tidak terjawab oleh Valen. Ia pun segera menelpon Teddy untuk mencari tahu mengapa Teddy menelponnya berkali-kali."Halo.." jawab Teddy, Valen baru mau menjawab tapi Teddy langsung memotong perkataannya. "Kamu dari mana aja? Kenapa telpon aku nggak diangkat?""Aku baru selesai kerja, Mas. HP ku tadi aku silent.." sahut Valen dengan nada lelah, "Ngomong-ngomong, ada apa?? Kok tumben sampe telpon berkali-kali gitu?""Oh iya, aku sampe lupa bilang. Kamu capek nggak, Len?" tanya Teddy, Valen bergumam sejenak.

  • Safe Haven   My Wish is... You

    Valen menghela nafas pelan sambil bersandar di kursi mobil penumpang dan mengamati proses Quick Count yang sedang berlangsung, di sampingnya terdapat Donny yang sedang bermain game online dengan serius.Sekembalinya ia dari makam orang tuanya, Teddy mengantarnya ke depan rumah Pak Prasetyo untuk kembali meliput proses pemilu hari ini. Dikabarkan malam harinya, Pak Prasetyo akan melakukan pidato mengenai hasil Quick Count hari ini. Entah dia unggul, ataupun kalah dari Paslon lain.Jadi disinilah ia, menunggu kabar dari pihak Pak Prasetyo tentang kapan ia akan melakukan pidato tersebut sambil memantau proses Quick Count yang membosankan dan mendengarkan celotehan kesal Donny di sampingnya yang sepertinya sedang kesulitan memenangkan game nya.Ia memeriksa jam tangannya dan waktu menunjukkan pukul lima sore, waktu berjalan sangat lama dan membosankan. Valen mengerang kesal dan keluar dari mobil untuk mencari udara segar, meninggalkan Donny sendirian yang sepertinya tidak peduli kemana Va

  • Safe Haven   Happy Val's Day !!

    Valen terbangun dari tidurnya saat alarm dari ponselnya mulai berbunyi, ia mengerang dan mengambil ponselnya untuk mematikan alarm dan memeriksa jam. Waktu menunjukkan pukul lima pagi dan Valen meletakkan kembali ponselnya di meja samping tempat tidurnya, ia berbaring telentang dan menatap langit-langit kamar.Damn.. I'm 30 now....Valen merenung tentang dirinya yang hari ini bertambah usia, 14 Februari boleh dibilang bukanlah hari favorit Valen. Banyak orang berkata hari ulang tahun membawa kebahagiaan bagi mereka, tapi sepertinya tidak dengan Valen. Hari ulang tahun nya selama ini sama saja seperti hari biasanya, bedanya mungkin di hari itu ia akan makan bersama teman-temannya dan terkadang mereka juga membelikan Valen kue ulang tahun. Setelah itu mereka akan meminta Valen untuk berdoa dan meminta sesuatu yang ia inginkan, yang menurut Valen sampai sekarang keinginannya belum terwujud. Well.. entah belum terwujud atau memang Valen yang tidak ingin mewujudkannya.Jadi apa keinginan V

  • Safe Haven   Mysterious Girl

    Setelah selesai membeli tiket dan akhirnya film pun akan segera dimulai, Valen dan yang lainnya pun memasuki teater yang tertulis di tiket dan segera menuju kursi masing-masing. Valen memang memilih kursi di paling tengah, mereka duduk di urutan Donny di paling kiri, Sarah, Valen, Teddy, dan dua orang aneh yang sedari tadi mengikuti mereka, Rizki dan Aji yang kini sibuk berebut Popcorn dan minum. Teddy menegur mereka dan mereka pun akhirnya diam, Valen menggeleng heran melihat mereka berdua yang biasanya selalu serius dan tegas saat bertugas ternyata hanyalah anak kecil dibalik semua itu.Film pun dimulai dan mereka mulai menonton dengan serius. Film ini bergenre horor komedi yang cukup ringan untuk disimak, beberapa kali Valen dan yang lainnya dibuat tertawa dengan lelucon yang disampaikan. Valen melirik Teddy yang sedang tertawa dengan mata yang masih terfokus pada layar, tapi tak lama Teddy melirik ke arah Valen dan memandangnya dengan heran. Valen menggeleng pelan dan kembali foku

  • Safe Haven   Cinema Day

    Akhirnya... hari tenang.Valen meregangkan badannya di tempat tidurnya dengan suasana hati yang bagus, ia melihat jam dinding dan waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Akhirnya selama tiga bulan yang sibuk, masa tenang pun tiba. Sebelum hari pemungutan suara yang akan di gelar 14 Februari nanti -tepat di hari ulang tahun Valen-, para pasangan calon presiden dan wakil presiden tidak diperbolehkan untuk melakukan kampanye sampai hari pemungutan suara tiba, tepatnya selama tiga hari. Dan selama tiga hari itu pula, Valen diperbolehkan untuk libur sampai ia haru meliput kembali di hari pemungutan suara. Itulah sebabnya Valen memutuskan untuk bermalas-malasan di apartemennya sambil membaca buku.Setelah kampanye akbar kemarin, hubungan Valen dan Teddy mulai membaik. Memang tidak seperti dulu, tapi setidaknya Valen sekarang mau menanggapi pesan Teddy dan mengangkat telponnya. Valen memeriksa ponselnya dan dia tidak menemukan pesan apapun hari ini, ia bergumam sejenak dan membuka galeri ponse

  • Safe Haven   The Big Day

    "Gila..." Gumam Valen saat turun dari mobil dan melihat ribuan orang memadati stadion Gelora Bung Karno.Terlihat di berbagai penjuru semua orang memenuhi sekitaran stadion mengenakan baju berwarna biru sehingga sekarang stadion Gelora Bung Karno kelihatan bagaikan lautan berwarna biru."Sumpah, Gue nggak nyangka bakal sebanyak ini loh." Sahut Donny yang tak kalah kagumnya dengan pemandangan hari ini, di sekitaran juga banyak penjual makanan yang kabarnya sudah di gratiskan sehingga pengunjung bisa makan sepuasnya disana."Bapak beneran bisa ambil hati masyarakat kayaknya," ucap Valen sambil berdecak kagum, ia lalu memeriksa ponselnya. Beberapa pesan dari Teddy terlihat di notifikasi ponselnya, Valen menghela nafas dan mengabaikannya.Beberapa hari berlalu semenjak terakhir ia bertemu Teddy di rumah sakit, dan semenjak itu pun Teddy selalu berusaha menghubungi nya. Dia selalu menelepon, mengirimkan makan siang, bunga, dan yang lainnya. Tapi tetap saja, sulit untuk Valen bersikap seper

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status