Home / Romansa / Safira Aswanta / Keluarga Adiwijaya

Share

Keluarga Adiwijaya

Author: Ai
last update Last Updated: 2022-03-11 19:36:05

Sementara di ruang keluarga rumah utama keluarga Adiwijaya, nyonya besar sedang memarahi anak bungsu keluarga itu. Dia khawatir anak bungsunya itu tidak ada niat untuk menikah apadahal umurnya sudah cukup matang untung berkeluarga.

Bahkan keluarga itu sempat curiga kalau anaknya itu ada kelainanan, yaitu menyukai sesama jenis karena selama ini tidak pernah memperkenalkan teman wanitanya sekalipun.

Keluarga Adiwijaya mempunya dua anak laki-laki, yang sulung Arlen Adiwijaya dan Daren Adiwijaya. Anak sulung mereka sudah menikah dan dari perikahan anak sulungnya itu mereka mempunyai cucu perempuan yang masih balita berumur satu setengah tahun.

Keluarga Adiwijaya adalah salah satu keluarga yang mempunyai perusahaan besar yang sangat berpengaruh di Jakarta dan bahkan sudah membuka cabang di beberapa kota lain sampai ke luar negeri.

”Daren, kamu sebenarnya dengar nggak sih mama lagi bicara?  Umur papa sama mama kamu ini sudah nggak muda lagi, sudah mau menginjak 65 tahunan. Sampai kapan lagi sih kami menunggu kamu buat? Kamu itu juga bukan anak remaja lagi?” kata nyonya Adiwijaya merasa resah dengan tingkah anaknya itu yang sepertinya tidak serius mendengarkannya berbicara.

“Iya ma, Daren tahu. Daren juga dengar kok ma” jawab Daren yang bosan mendengarkan ocehan mamanya itu. Setiap dia pulang kerumah utama di mana kedua orangtuanya tinggal, selalu dia akan mendengarakan pertanyaan yang sama. Sudah bosan dia mendengar mama mengoceh dari tadi.

“Daren, mama tidak memintamu langsung menikah sekarang. Setidaknya kamu seriuslah berpacaran dengan seseorang. Selama ini mama atau papamu tidak pernah melihatmu memperkenalkan seorang wanita kepada kami”.

Mamanya Daren juga sebenarnya sudah bosan mengajukan pertanyaan yang dan berulang kali kepada anaknya itu.

“Ma. Jika mama ngomong seperti itu, kesannya mama menyuruh aku berpacaran dengan siapapun walaupun tidak dengan sepenuh hati” kata Daren sambil tersenyum ke arah mamanya. Dia berpikir bahwa saat ini mamanya sudah sangat ingin melihatnya menikah.

“Mama tidak bermaksud seperti itu. Mama juga ingin melihat kamu menikah dengan seorang wanita yang memang benar-benar cocok denganmu.”

“Maka dari itu ma, biarkan Daren yang mengurusnya sendiri. Mama tidak perlu cemas memikirkan Daren kapan akan menikah." Daren mencoba meyakinkan mamanya.

“Huuufff, kamu selalu aja bilang begitu. Tapi sampai sekarang mana hasilnya Daren? Nggak ada tuuuh” tanya mama Daren sambil pura-pura menunjukkan wajah kesalnya.

“Mama tidak bisa langi membiarkan ini. Mama akan turun tangan langsung supaya kamu tidak banyak alasan lagi. Kalau mama membiarkan ini lagi, bisa-bisa nama baik mama akan tercoreng dihadapan teman-teman mama. Nih… sekarang kamu lihat ini” kata mama Daren sambil mengeluarkan beberapa foto-foto gadis ke hadapan Daren.

“Ma, Daren kan sudah bilang mama tidak perlu sampai melakukan hal seperti ini. Daren bisa mengurusnya sendiri."

Daren kaget melihat mamanya ternyata sudah punya persiapan. Dan saat ini Daren tidak bisa kabur lagi karena di hadapannya sekarang sudah terpampang jelas beberapa foto para gadis-gadis yang akan dijodohkan dengannya.

“Kamu mau bikin alasan apa lagi sekarang? Kamu seperti jangkrik aja kerjaannya pengen kabur. Sekarang kamu tinggal memilih, mama sudah bantu kamu buat nyari calon menatu mama. Mereka itu sebagian anak dari teman mama dan ada juga anak dari teman bisnis abang kamu."

Nyonya Wijaya sangat khawatir jangan sampai anaknya itu adalah penyuka sesam jenis saking tidak pernah melihat menjalin hubungan dengan wanita mana pun.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Safira Aswanta   Gosip Daren

    "Memang benar-benar dia wanita rubah licik ya. Sepertinya hubungan kalian tidak akan pernah aku selamanya. Dari kita masih kuliah dulu dia sudah sering mengganggumu. Sekarang juga begitu. Selalu membuatmu susah dan di rumahmu juga kamu selalu diganggu" kata Sua dengan nada kesal."Aku tahu maksudnya dia. Dia ingin mengajakmu ke mall dan membelikanmu sesuatu dan ingin membuatmu berasa berterima kasih kepadanya walaupun sebelumnya dia sudah membuat kesalah.""Kamu mau aku temani tidak? Lumayan buat jaga-jaga jika dia membuatmu tidak nyaman, aku bisa menutup mulutnya?" kata Sua dengan penuh emosi."Kamu tidak perlu khawatir, aku bisa jaga diri kok. Lagian ibuku juga ikutan" balas Safira."Apa...? Ibumu juga dia ajak? Kalau dia mengajakmu ibumu itu tandanya kamu tidak bisa menolak ajakannya itu" kata Sua semakin kesal. 'Tidak apa-apa. Jika dia masih berulah, aku bisa kok membalasnya"' jawab Safira menenangkan temannya itu.Di tempat lain, Daren bersama sekretarisnya sedang membahas perke

  • Safira Aswanta   Sua Otak Minus

    Keesokan harinya di tempat kerja Safira..."Apa...? Mengajari bagaimana mengungkapkan perasaan...? Memangnya kamu tidak bisa mengungkapkan perasaanmu sama orang?" ulang Sua saat Safira menceritakan pertemuannya dengan Daren kemarin."Dasar laki-laki licik ya...!!! Padahal kalau dilihat sekilas dia adalah laki-laki yang cuek dan dingin. Ternyata laki-laki seperti dia bisa mengatakan rayuan gombal seperti itu. Bagaimana kalau kamu minta dia ajarin tentang insting dan gaya naluri tubuh sekalian" tanya Sua sambil tersenyum."Aaaah... ternyata kamu sama dia sama-sama otak minus ya. Kalau tahu seperti ini tanggapanmu mending tadi aku tidak usah cerita. Percuma tahu nggak?" kata Safira kesal mendengar respon dari temannya itu."Aku juga kan manusia biasa yang kapan saja bisa kilaf. Kalau kamu nggak cerita, aku juga tidak akan bakalan menyuruh kamu untuk bertanya seperti itu. Dan aku juga cuma bercanda saja kok" balas Sua."Aku jadi merasa yakin jika kamu suka dengan laki-laki itu. Karena sel

  • Safira Aswanta   Permintaan atau Gombalan

    "Padahal aku sangat berharap kamu bisa membaca apa yang sedang aku pikirkan. Hal aku pikirkan tentang kamu" kata Daren sambil pura-puraa fokus melihat salah satu foto yang sedang dipajang tepat di hadapan mereka."Hhmmm, aku tidak tahu tentang yang lain. Tapi saat ini ada satuhal yang kau tahu, hal yang kamu pikirkan tentang aku""Apa itu?" tanya Daren langsung memutar badannya ke arah Safira karena penasaran dengan apa yangakan Safira katakan."Kalau tidak salah rasa penasaran dan simpaty. Itu sementara ini hal itu yangbisa aku katakan""Waaah luar biasa. Padahal kita baru dua kali bertemu kamu bisa menyimpulkan kalau aku punya rasa penasaran dan simpaty. Aku jadi ingin tahu bagaimana kedepannya?" kata Daren sambil melihat ke arah Safira. Dia tidak mau melepaskan pandangannya dari wajah Safira."Karena kamu sudah membaca pikiran ku, aku juga akan mencoba membaca pikiran mu. Aku tidak mau hanya aku saja yang dibuka. Ngomong-ngomong kamu perna

  • Safira Aswanta   Pertemuan Resmi

    FlashBack Masa Kecil Safira"Aduuuuh putri Safira yang cantik. Hari ini bagaimana sekolahnya nak?" kata ayah Fira saat menjemput dirinya pulang sekolah. Waktu itu Safira baru hari pertama sekali masik sekolah SD."Hari ini baik-baik saja sekolah Fira ayah. Tapi ayah, jangan panggil Fira dengan keras-keras dong.""Kenapa kalau ayah memanggil nama anak ayah dengan keras? Tidak boleh?"

  • Safira Aswanta   Ketulusan Daren

    Setelah perdebatannya dengan ayah tirinya tadi, Safira berusaha menenangkan dirinya dan berusaha untuk istirahat. Saat dia mau memejamkan mata, tiba-tiba mendengar suara pesan di handphonenya. Ternyata Daren mengirim pesan. Safira kaget membaca pesan tersebut karena Daren memberitahu dirinya sudah di depan rumah Safira dan meminta Safira turun."Bukalah biar kamu tahu isinya apa. Aku habis ngantarin kamu tadi aku langsung ke toko sepatu langganan kakak iparku. Model seperti itu tadi kan yang tidak jadi kamu ambil?"Safira kaget ternyata yang diberikan Daren itu adalah sepatu yang berwana Navy yang tidak jadi tadi diamb

  • Safira Aswanta   Sikap Egois

    Safira hanya terdiam mendengarkan perkataan Daren. Dia masih tidah bisa mengambil keputusan saat ini. Karen seperti yang dikatakan Daren tadi bahwa dia masih butuh waktu untuk memikirkan itu. "Baik lah... Kamu tidak perlu terburu-buru menjawabnya. Aku akan tetap menunggu keputusan Fira." "Maaf" hanya kata itu yang keluar dari mulutnya. "Turunkan aku di depan sini aja" kata Safira melihat rumah orang tuanya tidak jauh lagi, tinggal tiga rumah lagi dari posisi dia diturunkan Daren. Dirinya masih tidak mau terlihat bersama dengan Daren, takut orangtuanya semakin marah nanti. "Aku masuk dulu. Hati-hati di jalan Daren. Terima kasih juga buat hari" kata Safira pamit dan berjalan ke arah rumahnya. Sementara Daren hanya menanggapi dengan wajah datar saja sambil membunyikan klakson mobilnya kemudian pergi. Mungkin responnya itu efek dari Safira yang tidak mau menjawab pertanyaan nya yang terakhir tadi. Safira yang melihatnya pun merasa ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status