Share

Aura Kegantengan

Penulis: Soju Kimchizz
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-17 15:11:34

Jemari Yuki terus menggeser layar ponselnya, seperti sedang mencari harta karun yang tak kunjung ditemukan. Fokusnya hanya satu: akun Arga. Sudah sepuluh kali mengetik nama yang sama di kolom pencarian, tapi hasilnya nihil.

"Dia ansos kali, ya?" gumam Yuki sambil memiringkan kepala, seolah layar ponselnya akan memberi jawaban kalau dilihat dari sudut berbeda.

Tumpukan buku pelajaran di depannya? Sudah jadi pajangan. Pikirannya sibuk merangkai skenario bagaimana caranya menemukan jejak digital Arga.

Lalu—ting!—satu ide cemerlang melintas.

"Ah! Cari dari akun Kairo aja!"

Begitu melihat profil kakaknya, Yuki baru sadar... ia bahkan belum mem-follow Kairo sama sekali. Lebih parah lagi, akun Kairo dikunci, jadi ia tak bisa mengintip daftar followers atau following.

Tak butuh waktu lama, Yuki langsung kirim permintaan pertemanan. Dan, dengan suara lantang khasnya, ia berteriak dari lantai satu,

"Kak!!! Terima followan aku!!!"

Di lantai dua, Kairo yang sedang tenggelam dalam laporan praktikum langsung terhentak. Suara adiknya seperti alarm darurat yang memaksa otak untuk restart. Dengan malas, ia meraih ponsel, membuka notifikasi, lalu menekan tombol "terima".

Sambil menggeleng, Kairo bergumam pelan, "Apaan dah... punya adik gengsi banget follow kakaknya sendiri."

Setelah notifikasi "Follow request accepted" muncul di layar, Yuki langsung jingkrak-jingkrak kecil di kursinya.

"Misi berhasil!" katanya, lengkap dengan gaya ala agen rahasia yang baru menuntaskan operasi penyamaran.

Tanpa buang waktu, ia langsung menelusuri daftar followers dan following Kairo. Matanya berbinar seperti scanner bandara, satu-satu akun diperiksa dengan seksama.

"Mana nih... mana... Arga... Nathaniel Arga... masa nggak ada sih?" gumam Yuki sambil menggulir cepat.

Sejujur-jujurnya, Yuki super penasaran. Bukan sekadar ingin tahu wajah Arga dalam balutan filter estetik, tapi juga gaya hidupnya. Anak nongkrong kah? Anak kucing kah? Atau malah anak senja yang tiap sore upload foto kopi hitam dan caption puitis?

"Aduh... jangan-jangan dia orangnya misterius banget. Sosmed aja nggak punya," Yuki menatap layar dengan ekspresi nelangsa. "Apa jangan-jangan akun second? Aduh, ribet deh kalau gitu."

Saking seriusnya, Yuki sampai mendekatkan wajah ke layar ponsel, nyaris nempel. Kalau ada yang melihat, pasti mengira ia sedang membaca kontrak kerja sama perusahaan multinasional. Padahal... cuma stalking calon gebetan.

Tiba-tiba matanya berhenti di satu nama. Nathan.Argaa.

"INI DIA KALI YA!!!" teriak Yuki setengah meloncat dari kursi.

Yuki dengan semangat ala-ala detektif FBI membuka profil Nathan.Agraa. Begitu halaman terbuka, matanya langsung melebar. Foto pertama saja sudah bikin jantungnya deg-degan.

"Wah! Pantes aja dia masuk kedokteran hewan... ternyata dari kecil emang udah cinta binatang!" Yuki menggumam, jari telunjuknya sibuk menggeser layar.

Foto demi foto membuat Yuki seperti tur virtual ke kebun binatang. Ada foto Arga lagi menggendong anjing golden retriever dengan senyum selebar jalan tol.

"Aduh ganteng banget! Kayak poster iklan makanan anjing yang harganya mahal!"

Lanjut lagi, ada foto Arga bareng kucing anggora.

"Huaaa...! Kak Arga, kucingnya aja betah dipeluk sama kamu, gimana aku? Eh..." Yuki menutup mulut sendiri, pipinya memerah.

Tak berhenti di situ. Matanya semakin membesar saat melihat Arga dengan seekor ular melilit di lengannya.

"Ya ampun! Dia nggak takut! Kalau aku sih udah pingsan di tempat."

Dan... scroll berikutnya.

"BUAYA?! Serius deh, ini buaya asli bukan editan?!" Yuki menunduk ke layar, memastikan. "Fix. Kalau aku yang pegang, mungkin langsung masuk berita: Remaja perempuan digigit buaya gara-gara sok berani."

Belum habis keterkejutan Yuki, muncul lagi foto Arga memegang landak mini mungil.

"Ya Tuhan, cowok ini full paket banget. Dari yang imut sampe yang serem dia bisaaa!!! Keren bener sih."

Yuki menatap layar, gelisah. Ibu jarinya menggantung di atas tombol follow.

"Kalau aku follow, keliatan berlebihan nggak ya? Apa aku keliatan kayak fans berat yang lagi ngejar idol? Atau... atau keliatan kayak cewek hopeless romantis yang jatuh cinta dari sosmed?"

Ia menunduk, menggigit bibir, lalu bergumam pelan sambil menutup wajah dengan bantal, "Yahhh... tapi kalau nggak difollow, nanti aku nggak bisa ngintip story-nya dong..."

"Hm... lebih aneh lagi kalau aku jadi stalker tapi nggak follow, terus ketahuan nonton story dia. Ih, malu banget kan?" Yuki mengerucutkan bibir, matanya masih menatap layar ponsel. "Lagian dia pasti sering ke rumah, lama-lama kita akrab. Jadi, ya nggak masalah dong kalau aku follow."

Setelah debat sengit antara otak dan hati (yang lebih kayak debat kusir sih), ibu jari Yuki akhirnya mendarat di tombol Follow. Begitu tulisan itu berubah jadi Following, Yuki langsung panik. Cepat-cepat keluar dari I*******m, ponselnya dibalik di meja, lalu dia tarik napas dalam-dalam.

"Wah! Berani sekali kamu, Yuki," ucapnya dengan penuh dramatis, seolah baru saja berhasil melamar kerja di NASA.

Ia menepuk pipinya pelan. "Oke, mengejar pria tampan sudah. Sekarang balik ke realita, belajar biar bisa masuk kampus dan jurusan yang sama kayak dia."

Baru buka halaman pertama buku soal, TRING! ponselnya bergetar. Yuki melirik dengan setengah hati. Tapi begitu baca notifikasi, ia langsung freeze.

"DIA NERIMA FOLLOW-AN AKU?! ASTAGA!!! DIFOLLOW BACK JUGA?!!!"

Yuki melompat kencang kayak pegas kasur rusak, berteriak kegirangan. Bahkan sempat salto ala kadarnya ke sofa, mendarat berantakan tapi tetap senyum lebar.

Di lantai dua, Kairo yang lagi serius nulis laporan langsung refleks lari turun. Mukanya pucat, dikira ada maling masuk rumah atau adiknya kesurupan.

"NGAPAIN SIH DEK?! Kayak orang kesurupan beneran! Bikin jantung kakak hampir copot!"

Yuki buru-buru berdiri tegak, pura-pura kalem. Tangannya masih menggenggam ponsel erat, wajahnya semerah tomat.

"Yaelah, Kak... udah deh, masuk lagi sana. Aku cuma lagi seneng doang."

Kairo menyipitkan mata penuh kecurigaan. "Seneng? Seneng apaan? Jangan bilang... ini ada hubungannya sama Arga?"

Yuki langsung batuk-batuk pura-pura. "Ekhm... aku belajar dulu ya Kak, jangan diganggu."

Kairo mendengus, "Curiga gue makin bener ini..." sambil kembali naik tangga, tapi langkahnya berat penuh tanda tanya.

Yuki kembali duduk manis di depan meja, buku soal terbuka, pensil di tangan. Kali ini wajahnya berseri-seri kayak habis dapat diskon gede di toko online.

Dengan semangat membara, ia mulai menjawab soal demi soal. Dan entah kenapa, semuanya terasa gampang banget. Rumus matematika yang biasanya bikin dia pengin nangis, sekarang bisa meluncur mulus.

"Wih, gampang bener! Kayak mie instan rasa original," gumam Yuki sambil menulis cepat.

Energi perempuan yang lagi klepek-klepek karena cowok ganteng tuh emang beda. Otak Yuki mendadak encer, kayak mendadak upgrade RAM. Semua hambatan seolah bisa ditrobos dengan mudah.

"Soal biologi... gampang! Soal kimia... bisa! Fisika? Hmm, biasanya musuh bebuyutan. Tapi sekarang? HAH! Lewat!" Yuki berteriak penuh kemenangan, lalu langsung menuliskan jawaban dengan pede.

Ia bahkan sampai mengangkat pensilnya ke atas, gaya ala gladiator yang baru menang perang.

"Terima kasih, Kak Arga... aura gantengmu berhasil bikin aku jadi jenius dadakan."

Di lantai dua, di mana Kairo bisa melihat ke arah lantai satu tepatnya ruang keluarga, Kairo yang baru lewat hanya bisa menghela napas panjang. Dari atas sana, ia dengar suara Yuki ngoceh sendiri sambil ketawa-ketawa.

"Ya ampun, beneran nih... kalau Arga tau adik gue jadi kayak gini cuma gara-gara difollow back, bisa kabur duluan kali dia."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sahabat Kakak, Pacarku!   Payung Merah Maroon

    Rintik hujan turun deras menimpa halaman kampus, menimbulkan suara khas seperti gemericik berjuta jarum kecil di atas atap gedung. Mahasiswa berlarian mencari tempat berteduh, beberapa pasrah basah kuyup.Yuki berdiri di depan lobi, menatap langit yang tampak suram. Untungnya, gadis itu sudah terbiasa membawa payung lipat ke mana pun, pelajaran dari sering dimarahi Kairo karena "main hujan kayak bocah TK."Ia baru hendak melangkah ke arah parkiran ketika matanya menangkap sosok tinggi berjas hitam, berdiri santai tanpa payung, tampak siap-siap menerobos hujan.Arga.Yuki mengerutkan kening. Ya ampun, ini orang gak punya insting bertahan hidup apa gimana? pikirnya.Dengan langkah cepat, Yuki mendekat dan membuka payung di atas kepala pria itu."Kak... jangan kehujanan, nanti sakit," katanya sambil sedikit menundukkan payung agar cukup menutupi bahu Arga yang lebar.Arga menoleh dan tersenyum kecil, wajahnya sedikit basah terkena percikan air."Loh! Untung ada kamu, dek," ucapnya sambil

  • Sahabat Kakak, Pacarku!   Mengejar Cinta

    Suasana kantin siang itu ramai seperti biasa. Suara gesekan kursi, dentingan sendok, dan aroma mie ayam memenuhi udara. Di tengah hiruk-pikuk itu, Luna duduk manis di hadapan Arga yang sedang sibuk menyantap mie ayamnya dengan khidmat, seolah semangkuk mie itu adalah persoalan paling serius di dunia.Luna menoleh kanan-kiri, memastikan Kairo tidak sedang berkeliaran. Setelah yakin aman, ia mencondongkan tubuh ke arah Arga."Ga... lo inget kan apa yang gue bilang waktu itu? Soal gue suka Kairo?" bisiknya pelan.Arga mengangkat alis, lalu menyuap mie sebelum menjawab santai, "Iya, inget. Dan tenang aja, dia gak punya pacar, Lun."Luna langsung menghela napas lega, wajahnya berbinar seperti baru dapat kabar diskon besar-besaran."Huft, syukurlah... berarti gue masih punya harapan," katanya sambil menepuk dada lega.Tepat saat itu, suara langkah kecil terdengar mendekat. Yuki datang dengan ekspresi sedikit manyun dan langsung mengerutkan dahi saat melihat Arga duduk berdua dengan Luna."O

  • Sahabat Kakak, Pacarku!   Duo Tidak Peka

    Luna berusaha keras terlihat profesional saat berbicara dengan Kairo. Ia membawa map tebal berisi proposal kerja sama, lengkap dengan tabel biaya dan rencana promosi, tapi dari tadi matanya lebih sering fokus pada hal lain, garis rahang Kairo yang tegas, caranya menunduk ketika membaca dokumen, dan nada suara rendah yang entah kenapa terasa... menenangkan."Kalau kita ambil sponsor dari mereka, harus disesuaikan dulu sama program adopsi satwa," ucap Kairo, menunjuk lembaran kertas di tangannya."Oh, iya, iya..." jawab Luna cepat, walau jelas sekali ia tidak benar-benar paham barusan.Kairo melirik sekilas. "Kamu beneran dengerin, kan?""Iya, iya, aku denger kok!" Luna menegakkan badan, berusaha terlihat fokus. Tapi detik berikutnya, pandangannya kembali jatuh ke wajah Kairo. Ya ampun, dari jarak segini kulitnya mulus banget. Ini cowok apa skincare berjalan sih? batinnya panik.Kairo menutup mapnya dan bersandar di kursi. "Jadi, kesimpulannya, aku setuju kerja sama itu asal sistem pela

  • Sahabat Kakak, Pacarku!   Perang Dingin

    Pagi itu meja makan terasa lebih dingin daripada kulkas. Tidak ada obrolan hangat seperti biasa, tidak juga pertengkaran kecil yang biasanya bikin rumah jadi ramai.Kairo sibuk menatap nasinya, Yuki sibuk mengaduk-aduk sereal tanpa niat makan, sementara Mama Sarah hanya bisa mendesah lemah sambil memandang dua anaknya itu bergantian."Dua-duanya ini keras kepala," gumam Mama Sarah pelan, tapi cukup keras untuk membuat sendok Yuki berhenti di udara.Setelah sarapan yang lebih mirip sesi hening nasional itu selesai, Kairo langsung keluar rumah menuju mobilnya. Yuki menghela napas panjang sebelum menyusul. Ia sudah tahu, pagi ini bakal panjang.Begitu pintu mobil tertutup, suasana kembali senyap. Hanya suara mesin dan AC yang bekerja keras menembus ketegangan di antara mereka. Yuki melirik kakaknya, lalu memberanikan diri membuka percakapan."Kak..." panggilnya pelan.Kairo melirik sekilas. "Apa?!" bentaknya cepat, dengan nada seperti sirine patroli.Yuki meringis. "Jangan larang Kak Arg

  • Sahabat Kakak, Pacarku!   Bukan Kakak Kandung

    Hari ini adalah kali pertama Yuki mendapat tugas kerja kelompok. Dan entah kebetulan atau nasib, dia sekelompok dengan Justin, si cowok yang sudah kena "label waspada" dari Kairo."Kerja kelompok di mana ya?" tanya Zara pagi itu sambil menenteng buku catatan."Di coffee shop depan kampus aja. Kata Justin tempatnya adem dan ada colokan," jawab Yuki berusaha biasa saja, padahal dalam hatinya sudah mulai gelisah.Sebelum berangkat, Yuki berdiri di depan cermin sambil menatap ponselnya. Jempolnya ragu-ragu sebelum akhirnya mengetik pesan izin.📱: Kak, hari ini aku kerja kelompok sama teman-teman di coffee shop depan kampus. Jangan nyusul ya. Aku janji gak macem-macem.Pesan terkirim. Satu menit, dua menit... tak ada balasan."Yah... pasti lagi praktikum," gumamnya dengan lega tapi juga was-was.Ia pun mengambil tas, mengecek ulang dompet, buku, dan laptopnya, lalu berangkat dengan langkah ringan."Finally... hari tanpa pengawasan Satpam Kakak!" ujarnya pelan sambil tertawa kecil.Di coff

  • Sahabat Kakak, Pacarku!   Apa-Apa Blacklist?!

    Ruang tamu rumah keluarga Kairo malam itu sudah seperti zona perang.Buku-buku tebal bertumpuk di lantai, stabilo berwarna-warni berserakan di mana-mana, dan Yuki duduk di tengah kekacauan itu dengan rambut dikuncir asal, wajah tegang, dan ekspresi seperti baru menghadapi soal ujian akhir."Kenapa sih harus punya tulang metacarpal lima biji?! Kenapa gak satu aja, biar gampang dihafalin?" gumamnya frustasi sambil menatap buku anatomi yang sudah penuh coretan.Ia menatap lagi satu halaman, mencoba mengingat diagram tulang radius dan ulna, tapi otaknya seperti sudah menolak kerja sama.Tiba-tiba terdengar suara bel dan aroma keju memenuhi udara."Oh hai adik!" suara ceria itu datang bersamaan dengan sosok Arga yang menenteng dua kotak pizza besar.Yuki langsung bangkit berdiri dengan wajah berseri, seolah-olah semua penderitaan anatomi sirna dalam sekejap."Hai kak! Bawa pizza... wow!!! Kamu malaikat penyelamat malam ini!" serunya sambil hampir merebut kotak itu dari tangan Arga."Pelan-

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status