Share

Kakak Terbaik

Penulis: Soju Kimchizz
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-17 15:09:18

Malam itu, setelah makan malam bersama sang mama dan Kairo, bukannya langsung masuk kamar seperti biasanya, Yuki malah berjalan pelan-pelan menyusuri lorong lantai dua. Bukannya ke kamarnya sendiri, ia justru melipir ke tempat yang sering jadi zona terlarang: kamar Kairo.

Seperti biasa, pintunya tidak dikunci. Kairo memang tidak pernah belajar dari kesalahan—terutama kesalahan punya adik perempuan bernama Yuki.

Kamar itu gelap, tenang, dan dominan warna hitam. Dari tempat tidur, lemari, sampai lampu meja. Semua matching dan teratur. Sangat kontras dengan kamar Yuki yang lebih mirip kapal pecah pasca badai.

Tanpa ragu, Yuki menjatuhkan diri ke atas ranjang Kairo.

"WOI DEK!!!" suara Kairo terdengar seperti alarm darurat. Ia baru saja keluar dari kamar mandi, rambut masih basah dan memakai kaus lusuh.

"Kenapa sih kamu di sini?! Jangan seenaknya tidur di ranjang aku! Nanti ketularan virus tingkah aneh kamu."

Yuki berguling manja, memasang senyum licik. "Aku cuma mau tanya sesuatu kok."

Kairo mengerutkan kening. "Tanya apa? Gak bisa nanya dari luar kamar?!"

"Temen kakak yang kemarin itu, yang ganteng banget... namanya siapa?" tanya Yuki, suara dibuat sehalus mungkin, seperti sedang menyebut nama orang yang bakal masuk dalam doa malamnya.

Kairo mendengus. "Kebiasaan! Matanya cowok mulu! Udah aku bilangin, hati-hati. Kalau udah beneran jatuh cinta, itu... rentan sakit hati."

Yuki menatap langit-langit sambil bersandar. "Yaelah, kak... emangnya aku udah pernah beneran jatuh cinta? Belum, tahu! Makanya ini pengen coba... siapa tahu cocok."

Kairo memutar bola matanya. "Nathaniel Arga. Puas?!"

Yuki menahan senyum, nyaris jingkrak di ranjang. "Nathaniel... Arga... Hmmm. Namanya kayak model iklan parfum. Pantesan aromanya... menggoda iman."

"Udah ah jangan halu," potong Kairo, makin jengkel. "Dan iya, dia satu jurusan sama kakak. Sama-sama ambil pendidikan dokter hewan. Tapi Arga anak yang serius, gak punya waktu ngurusin remaja unyu-unyu yang baru lulus SMA."

Yuki pura-pura nggak dengar. "Dia pasti pintar ya? Soalnya tadi aku lihat pas ngasih vitamin ke Oyen tuh tangannya lembut banget. Kayak tangan pawang kucing terlatig..."

"YUKI!" bentak Kairo. "Stop deh, gak boleh pacar-pacaran! Kamu tuh harus fokus sama UJIAN! Ngerti nggak?!"

Yuki manyun. "Iya iyaaa... ngerti... tapi kalau jodoh gimana kak?"

Kairo langsung mengambil bantal dan melemparkannya ke arah Yuki. "KELUAR!"

Yuki tertawa cekikikan sambil kabur keluar kamar, membawa serta satu informasi berharga: Nama lengkap cowok ganteng itu adalah Nathaniel Arga, dan dia satu jurusan sama Kairo.

Malam itu, operasi kepo pun resmi dimulai.

———

Pagi-pagi buta, saat ayam tetangga baru mau mikir buat berkokok, rumah keluarga Yuki sudah sibuk. Aroma roti bakar dan telur mata sapi menyelimuti dapur mungil mereka. Yuki duduk di meja makan sambil menggambar-gambar wajah Arga di belakang buku bimbelnya, sementara Kairo sudah duduk dengan rapi lengkap dengan jas labnya, seolah siap membedah dinosaurus.

Sarah, sang mama, melangkah anggun mengenakan blouse putih dan celana span berwarna hitam. Seperti biasa, gaya rapinya gak ada lawan. Dengan tas berisi peralatan medis sederhana seperti stetoskop, thermometer, dan lainnya. Ia tampak lebih cocok jadi model iklan vitamin daripada dokter spesialis jantung.

"Yuki, udah tau mau ambil jurusan apa, Nak?" tanya Sarah sambil menuangkan teh ke gelas anak gadisnya.

Yuki yang baru saja menyuap sepotong roti bakar, langsung menegakkan badan.

"Hm... kayaknya mau ambil jurusan kayak Kak Kairo, Ma," jawab Yuki santai, seolah yang dia maksud adalah jurusan menggambar atau fashion, bukan jurusan kedokteran hewan yang penuh darah dan bulu.

Glek!

Kairo tersedak roti bakarnya sendiri. Ia batuk heboh sambil menepuk-nepuk dada, nyaris seperti pasien IGD yang kehabisan napas.

"YUKI!" serunya, dengan suara setengah parau. "Kamu itu bahkan pegang kucing aja lari-lari sambil nangis! Gak! Jangan! Jangan pernah masuk jurusan kakak!"

Sarah menatap Kairo sambil mengangkat alis, "Kairo, kok marah-marah gitu sih sama adik sendiri? Kan bagus kalau Yuki terinspirasi dari kamu."

Kairo menunjuk adiknya dengan garpu seperti mau melakukan interogasi.

"Masalahnya, Ma! Nih anak ngelus bulu ayam aja bisa trauma. Masa mau jadi dokter hewan? Dia tuh lebih cocok jadi... yaaa... mungkin editor drama Korea, bukan nanganin kambing melahirkan!"

Yuki mendesis kesal, "Aku akan belajar kok, Ma! Aku janji! Walaupun sekarang belum bisa megang kucing, aku bakal latihan! Mulai dari boneka dulu mungkin..."

Sarah menahan tawa sambil menggeleng-geleng, lalu memeriksa jam tangannya.

"Udah, kalian habisin sarapannya ya. Yuki diantar Pak Rudi aja ke bimbel, Mama berangkat dulu ke rumah sakit. Kairo, kamu bawa mobil sendiri aja ya, jangan naik motor. Cuaca tidak menentu, jaga-jaga supaya gak kehujanan."

Setelah mencium kening kedua anaknya, Sarah pun melangkah keluar dengan elegan. Sementara itu, Kairo hanya bisa menghela napas panjang, menatap adik semata wayangnya yang kini sedang mengintip jadwal bimbel sambil nyengir penuh semangat.

"Dek... jangan-jangan kamu masuk dokter hewan cuma gara-gara pengin ketemu Arga terus, ya?"

Yuki mengangkat bahu, "Siapa tahu, kan? Sekali dayung, dua Arga terlampaui!"

"...Astaga!" Gerutu Kairo.

"Jadi... kapan Kak Arga ke rumah lagi?" tanya Yuki dengan tatapan berbinar seperti anak ayam melihat cacing segar.

Kairo langsung menoleh dengan ekspresi horror. "Dia nggak akan pernah ke sini lagi! Kakak larang keras!"

"Yahhh!! KAK!! Kenapa sihh? Aku padahal cuma lihat doang," rengek Yuki sambil menghentakkan kaki ke lantai, kayak bocah yang nggak dibelikan balon di pasar malam.

"Lihat doang apanya?! Kamu tuh kalo Kak Arga datang langsung lupa cara napas!" Kairo menuding tajam. "Kakak nggak mau tiba-tiba kamu harus gap year cuma gara-gara naksir kakak kelas!"

TIT... TIT...

Suara klakson mobil di luar menyelamatkan Kairo dari debat yang pasti akan berakhir dengan bantal terbang.

"Udah! Itu dia, pangeran pujaanmu!" Kairo berdiri cepat, ambil tas dari sofa, dan melangkah menuju pintu. "Kakak berangkat sama dia sekarang. Jangan ngiler di teras!"

Yuki langsung sprint seperti sedang final lomba lari olimpiade. Nyaris nyungsep karena kaus kakinya licin di lantai keramik.

"Kak Arga! Haiiii!!!" teriak Yuki sambil melambai-lambaikan tangan heboh seolah sedang menyapa selebriti Korea.

Arga yang duduk di balik kemudi mobil, menoleh dan tersenyum, "Oh, hai!"

Kairo cepat-cepat masuk ke mobil sambil menutup pintu dan melirik Arga dengan muka pasrah.

"Udah, jalan aja. Adik gue emang rada-rada. Nggak usah ditanya."

"Adik lo lucu, ya," komentar Arga sembari menyalakan AC mobil, melirik Kairo yang baru saja duduk di kursi penumpang sambil menghela napas panjang seperti habis perang dunia.

"Lucu apaan? Gue hampir stres tiap hari dengar suara cemprengnya," gerutu Kairo, menyandarkan kepala ke jok mobil. "Tiap pagi, alarm gue itu bukan jam weker... tapi teriakan, 'Kak Kairo! Liat ini deh!' sambil bawa TikTok atau video kucing aneh!"

Arga tertawa. "Lucu gitu kok lo bete. Kalau gue sih seneng punya adik cewek kayak Yuki. Gak ngebosenin."

"Lo bisa bilang gitu karena lo anak tunggal. Lo gak tau rasanya was-was tiap hari," balas Kairo. "Gue kayak punya bom waktu di rumah. Hari ini dia makan mie goreng campur cokelat, besok bisa aja tiba-tiba ngevlog mukbang saus sambel tanpa nasi."

"Wah, ekstrem juga ya," ucap Arga sambil tertawa makin keras. "Tapi dia ceria banget. Positif vibes."

"Positif gangguan," sahut Kairo cepat. "Kemarin dia pura-pura tidur biar gue angkat ke kamar. Berat banget, padahal dia ngakunya diet."

"Gue jadi makin pengin punya adik, sumpah," kata Arga, geleng-geleng kepala tapi senyum-senyum sendiri membayangkan kelakuan Yuki.

"Lo tuh terlalu polos. Kalo lo punya adik kayak Yuki, lo bakal ikut gila, Ar. Percaya deh," kata Kairo sambil menatap keluar jendela. "Tapi ya... anehnya, kalau dia pergi seminggu ke rumah nenek gue... rumah jadi sepi. Gak ada yang maksa gue nonton drama Korea bareng."

Arga menoleh cepat. "Lo nonton drama Korea juga?!"

"Nggak! Maksud gue... terpaksa," bantah Kairo buru-buru, wajahnya memerah.

Arga ngakak. "Fix. Lo kakak terbaik sepanjang masa."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sahabat Kakak, Pacarku!   Visi Misi

    Kampus hari itu seperti pasar malam. Ramai, riuh, penuh orang lalu-lalang dengan selebaran di tangan. Bedanya, bukan ada yang jualan cilok atau bakso bakar, tapi selebaran visi-misi calon ketua klub. Semua mahasiswa kelihatan heboh, seolah hari ini bakal menentukan nasib dunia.Di pojok gedung B, Kairo duduk tegak dengan wajah serius ala calon pejabat. Di depannya ada banner sederhana bertuliskan:"Kairo Arsenio – Calon Ketua Klub Hewan Kesayangan. Visi: Hewan sehat, hati hangat. Misi: Lebih banyak vaksin, lebih sedikit drama."Orang-orang lewat dan mengangguk-angguk, karena memang visinya masuk akal, nggak lebay, dan Kairo terlihat profesional. Bahkan kucing liar yang nyelonong pun kayaknya setuju.Sementara itu, di ruangan sebelah, suasana jauh lebih... ehm... meriah. Arga berdiri di atas panggung mini, pakai kemeja casual tapi tetap berkarisma. Slide presentasinya penuh foto-foto hewan eksotik. Ada ular dengan efek kilat dramatis, bunglon warna-warni kayak lampu disko, dan kura-kur

  • Sahabat Kakak, Pacarku!   Maomao si Kura-Kura

    Hari itu Arga benar-benar keok sama jadwal padatnya. Dari kuliah pagi yang dosennya nggak pernah ngurangin materi, dilanjut praktikum sampai tangan belepotan obat hewan, plus mampir ke rumah Kairo buat ngurusin Oyen, si kucing sok artis yang hobi muntah di waktu tidak tepat.Begitu mesin mobilnya mati di halaman, Arga turun sambil meregangkan badan. Rumahnya berdiri megah dengan nuansa Japanese style atap miring dengan kayu gelap, taman batu, dan kolam kecil yang airnya tenang banget. Dari luar memang elegan, persis rumah-rumah di drama Jepang yang bikin orang langsung nyangka pemiliknya adalah orang penting."Selamat sore, Arga," sapa Pak Rudy, tukang kebun merangkap penjaga mini zoo di belakang rumah. Di sanalah hewan-hewan eksotis Arga dirawat: ada ular, landak mini, sampai buaya kecil.Arga mengangguk ramah. "Sore, Pak Rudy. Semua hewan baik-baik aja kan?" Tanya Arga."Puji Tuhan sehat semua. Tinggal nak Arga aja yang keliatan capek," jawab pak Rudy yang menyadari kelelahan dalam

  • Sahabat Kakak, Pacarku!   Piring Ulat

    Suatu sore, Yuki sedang sibuk dengan "konten masterpiece"-nya. Ia berdandan ala-ala karakter aneh: pakai bandana hijau ngejreng, bedak belepotan, bibir merah menyala kayak habis makan lima kilo cabe rawit, plus jaket bolong yang harusnya sudah pensiun jadi lap meja. Dengan penuh percaya diri, ia menari di depan kamera ponselnya.Tiba-tibatok tok tok!pintu rumah diketuk. Yuki spontan melirik jam dinding."Oh, pasti kak Kairo. Pulang cepat juga," gumamnya.Dengan langkah riang, ia membuka pintu. Tapi begitu pintu terbuka, dunia serasa berhenti.Yang berdiri di depan sana bukan Kairo yang tatapannya dingin bak kulkas dua pintu, melainkan Arga... dengan senyum ramah plus tawa ngakak melihat Yuki dalam penampilan absurd itu.Yuki sontak membeku."..."Lalu, refleks:"AAAAAAAAA!!!"Yuki lari terbirit-birit ke kamarnya, masih pakai bandana hijau ngejreng itu."Kak Arga duduk aja di sofa yaaa!!!" teriaknya dari lantai dua, suaranya pecah kayak toa masjid yang kebasahan.Beberapa detik kemud

  • Sahabat Kakak, Pacarku!   Aura Kegantengan

    Jemari Yuki terus menggeser layar ponselnya, seperti sedang mencari harta karun yang tak kunjung ditemukan. Fokusnya hanya satu: akun Arga. Sudah sepuluh kali mengetik nama yang sama di kolom pencarian, tapi hasilnya nihil."Dia ansos kali, ya?" gumam Yuki sambil memiringkan kepala, seolah layar ponselnya akan memberi jawaban kalau dilihat dari sudut berbeda.Tumpukan buku pelajaran di depannya? Sudah jadi pajangan. Pikirannya sibuk merangkai skenario bagaimana caranya menemukan jejak digital Arga.Lalu—ting!—satu ide cemerlang melintas."Ah! Cari dari akun Kairo aja!"Begitu melihat profil kakaknya, Yuki baru sadar... ia bahkan belum mem-follow Kairo sama sekali. Lebih parah lagi, akun Kairo dikunci, jadi ia tak bisa mengintip daftar followers atau following.Tak butuh waktu lama, Yuki langsung kirim permintaan pertemanan. Dan, dengan suara lantang khasnya, ia berteriak dari lantai satu,"Kak!!! Terima followan aku!!!"Di lantai dua, Kairo yang sedang tenggelam dalam laporan praktiku

  • Sahabat Kakak, Pacarku!   Kakak Terbaik

    Malam itu, setelah makan malam bersama sang mama dan Kairo, bukannya langsung masuk kamar seperti biasanya, Yuki malah berjalan pelan-pelan menyusuri lorong lantai dua. Bukannya ke kamarnya sendiri, ia justru melipir ke tempat yang sering jadi zona terlarang: kamar Kairo.Seperti biasa, pintunya tidak dikunci. Kairo memang tidak pernah belajar dari kesalahan—terutama kesalahan punya adik perempuan bernama Yuki.Kamar itu gelap, tenang, dan dominan warna hitam. Dari tempat tidur, lemari, sampai lampu meja. Semua matching dan teratur. Sangat kontras dengan kamar Yuki yang lebih mirip kapal pecah pasca badai.Tanpa ragu, Yuki menjatuhkan diri ke atas ranjang Kairo."WOI DEK!!!" suara Kairo terdengar seperti alarm darurat. Ia baru saja keluar dari kamar mandi, rambut masih basah dan memakai kaus lusuh."Kenapa sih kamu di sini?! Jangan seenaknya tidur di ranjang aku! Nanti ketularan virus tingkah aneh kamu."Yuki berguling manja, memasang senyum licik. "Aku cuma mau tanya sesuatu kok."Ka

  • Sahabat Kakak, Pacarku!   Oyen

    Dari luar, rumah dua lantai bergaya modern minimalis itu tampak seperti hunian keluarga dambaan Pinterest, bersih, estetik, dan adem. Tapi begitu pintu dibuka, suasananya lebih mirip drama survival.Di ruang tengah, seorang gadis remaja dengan bantal lepek di kepala melotot kesal ke arah tangga. Yuki, calon mahasiswa yang masih jungkir balik belajar soal SNBT, benar-benar terganggu."KAK! Sumpah, ini udah naik turun tangga ke berapa kali?!" teriaknya, memicing ke arah Kairo yang lagi-lagi turun tangga dengan langkah panik, seperti sedang ikut lomba lari estafet."Ssst! Pelan dikit, itu si Oyen muntah lagi! Kayaknya dia nggak cocok naik motor deh, atau... ya ampun, jangan-jangan dia stres denger aku nyanyi di perjalanan?" Kairo bergumam, setengah berbicara ke diri sendiri.Kairo, mahasiswa semester dua jurusan pendidikan dokter hewan, baru banget ngerasain kerasnya hidup dunia praktikum. Dan hari ini, dia dititipi seekor kucing jingga untuk dibawa ke kampus besok.Masalahnya, si kucing

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status