Share

Edukasi Nafkah

Fajar kembali menyising, nabastala tampak cerah secerah hati wanita yang sebentar lagi siap menyandang gelar barunya sebagai seorang janda beranak satu.

Apa pun yang telah Tuhan gariskan padamu akan tetap menjadi milikmu, begitu pun sebaliknya. Itulah yang menjadi dasar prinsip Suci Indah Ayu. Dia adalah wanita yang tidak ditakdirkan untuk dibahagiakan oleh Yudi.

Saat ini hanya ada Papa Galih, Mama Kinanti dan Zaskia yang tengah disuapi oleh Bu Surti di gazebo belakang.

Karena pagi-pagi sekali Ayu telah berangkat bekerja, entah dia memang berangkat untuk bekerja atau ada urusan lain, biarlah itu menjadi privasinya.

Papa Galih telah selesai dengan aktifitas sarapan paginya dan segera bangun dari duduknya memakai jas hitam yang telah dia sampirkan sebelumnya di sandaran kursi.

Mama Kinanti pun ikut bangun dari duduknya, mengantar kepergian sang nahkoda cinta sampai ke teras rumah mereka.

Mama Kinanti meraih punggung tangan kanan Papa Galih untuk dia cium. Papa dari Suci Indah Ayu melabuhkan kecupan singkat di kening wanita yang telah melahirkan dua anak untuknya.

"Kalau ada apa-apa langsung kabarin!" titah Papa Galih. Mama Kinanti mengangguk seraya mengulum senyum pada sang suami.

"Pak, kita ke Firma Hukum Agasa dan Rekan dulu," titah orang nomor satu di Angkasa Group pada sang supir.

Pria yang masih tampak gagah itu meskipun usianya sudah hampir memasuki setengah abad memfokuskan dirinya menatap keluar jendela, mengamati kendaraan yang berlalu lalang. Tiba-tiba, dia tersadar akan permintaan putri semata wayangnya kemarin.

Papa Galih merogoh saku jasnya mengeluarkan benda pipih berlogokan apel yang telah digigit di bagian belakangnya.

"Bay, tolong kamu selidiki tentang pria yang menjadi tunangan Bella Qanesyah!" pinta Papa Galih saat sambungan telponnya dengan orang kepercayaan itu terhubung.

Setelah mendapat jawaban dari Bayu Rianto, Papa Galih memutuskan sambungan telpon itu.

Papa Galih menyenderkan punggungnya di jok mobil, dia pun seakan ragu untuk menemukan pria yang dia harapkan menjadi menantunya, dulu.

"Pak, kita sudah sampai!" ucap Ferdy menyadarkan Papa Galih dari lamunannya. Dengan langkah tegap dan gagah Papa Galih memasuki gedung berlantai dua.

"Saya ingin bertemu dengan Agasa!" ucap Papa Galih pada seseorang yang berada di depan ruangan sahabatnya itu.

"Pak Agasa sudah menunggu anda di dalam, Pak," jawab sopan wanita berbalut gamis maron dengan hijab berwarna senada. 

Papa Galih membuka pintu ruangan Agasa Maha Putra tanpa dia ketuk terlebih dahulu, alhasil pemilik ruangan menggerutu kesal.

"Ini ruangan aku, ketuk dulu dong," decak pengacara spesialis perdata yang memulai karirnya sejak 20 tahun yang lalu.

"Kamu juga kalau ke kantorku suka seenak jidatmu, kan?" Papa Galih nampaknya tak ingin kalah dari sahabatnya ini.

Galih Surya Atmadja dan Agasa Maha Putra telah menjalin persahabatan ketika mereka masih berseragam putih abu-abu. 

Tapi Papa Galih mempunyai nasib yang lebih baik dibandingkan Agasa. Di usianya yang masih terbilang muda, yakni 19 tahun dia telah mempersunting cinta pertamanya, Kinanti Sekar Kinashi.

Garis jodoh memang tak ada yang bisa menebak, termasuk Papa Galih. Wanita yang dia nikahi ternyata menjadikan Agasa sebagai cinta pertamanya.

Tapi cinta Mama Kinanti pada Agasa justru bertepuk tangan, Agasa tak sedikitpun membalas rasa cinta Mama Kinanti.

"Kamu mau apa sih, ke sini?" tanya Agasa tapi fokusnya masih ada di berkas-berkas perkara yang siap dia menangkan di meja hijau nantinya.

"Ini," Papa Galih memberikan berkas gugatan cerai Yudi untuk Ayu.

Agasa terhenyak ketika melihat logo Pengadilan Agama di bagian atas berkas yang Papa Galih hempaskan di depannya.

Apakah bahtera rumah tangga yang sudah 27 tahun diarungi oleh Mama Kinanti dan Papa Galih akan karam? Itulah kesimpulan yang Papa Galih tangkap ketika menilik jauh ke dalam dua manik mata Agasa.

Agasa  tertohok kal mendengarkan penjelasan Papa Galih kalau putri semata wayanngnya, yang selalu menjadi kebanggaannya kini dijatuhi talak oleh sang suami. Gelengan samar dia perlihatkan untuk menutupi keterkejutannya.

"Ayu anak kamu?" tuduh Agasa. Papa Galih berdecak sebal, apakah pengacara di hadapannya ini benar-benar kehilangan kepintarannya atau sedang berakting bego?

"Anakku cuma Angga dan Ayu, kamu tahu itu," raut wajah Agasa langsung mendadak berubah pucat ketika Papa Galih menyebut nama Angga.

Kejadian masa kelam kembali terpatri dalam jiwanya, meskipun sudah 26 tahun berlalu, tapi Agasa tidak dapat menghilangkan rasa bersalah yang merasuki sukmanya.

"Bisa kita mulai konsultasinya?" tanya Papa Galih dengan nada baritonnya menyadarkan Agasa dari lamunan masa lalunya.

Agasa menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dia menyinggirkan berkas yang menempuk ke sudut meja dan menyisakan hanya berkas yang Papa Galih tadi berikan.

Beberapa kali Agasa terlihat menautkan alisnya dan menggaruk keningnya yang sama sekali tak gatal itu.

Agasa menutup kembali berkas itu, tangannya menyilang di depan dadanya, "Terlalu mengada-ada," ucap Agasa.

Hampir semua orang yang membaca point-point gugatan Yudi akan mengatakan bahwa hal yang dikemukakan pria berusia 28 tahun itu memanglah mengada-ngada.

Ayu telah bekerja di Darma Corp sebagai Personal Assistant selama dua tahun lamanya, tapi mengapa keberatan Yudi baru sekarang?

Jika Yudi keberatan soal pekerjaan Ayu, harusnya mereka saling bicara dari hati ke hati bukannya Yudi pergi lalu melakukan hal yang menyimpang seperti saat ini.

"Aku mau, kamu bantu Ayu dan Zaskia mendapatkan hak mereka dari Yudi," pernyataan Papa Galih barusan membuat Agasa tercengang tak percaya.

Apa tadi dia bilang? Menuntut hak anak dan cucunya? Tidak mungkinkan Angkasa Group harus gulung tikar dalam waktu semalam?

Papa Galih memang bukanlah seorang bergelar sarjana hukum apalagi seorang pengacara, tapi pria yang tahun ini genap berusia 46 tahun itu tahu dan patuh akan hukum.

Papa Galih bukan tidak mampu membiayai apalagi menanggung anak dan cucunya, toh dia adalah pemilik dari Angkasa Group perusahaan iklan terbesar di Indonesia. Pundi-pundi rupiahnya tidak akan habis tujuh turunan sekalipun. 

Namun Papa Galih ingin Yudi belajar tentang tanggung jawab, cukup istri pertama dan anaknya dari Cindy Desi Anggraini yang dia terlantarkan.

Kedua manik mata milik pengacara kondang membeliak sempurna saat Papa Galih mengingankan Agasa untuk menuntut Yudi agar mau memberikan Ayu nafkah iddah, nafkah lampau dan juga nafkah mut'ah.

"Nafkah lampau? Jadi selama ini Yudi nggak nafkahin anak kamu gitu?" terka Agasa. Karena seingat pria berusia 46 tahun itu menantu Papa Galih adalah pengusaha terkenal di bidang kuliner dan telah memiliki banyak di daerah Jabodetabek. Jadi, tidak mungkin suami Ayu itu tidak memberi Ayu nafkahkan? Ya, kecuali kalau memang dia tipikal manusa pelit.

Papa Galih sadar diri kalau soal hukum ternyata dirinya masih berada jauh di belakang sahabatnya itu. Atas terkaan Agasa barusan dia hanya tersenyum masam. Dan Agasa memutar bola matanya jengah.

"Ayu tidak bisa menuntut nafkah lampau, kalau selama ini Yudi masih memberinya nafkah," penjelasan dari Agasa membuat netra pekat Papa Galih membola sempurna. Kenapa tidak bisa, pikirnya.

Nafkah Madliyah atau selama ini kita kenal dengan nafkah lampau adalah suatu hal yang merupakan kewajiban atas seseorang yang tidak dilakukan pada zaman lampau atau pada masa yang telah lalu.

"Ngak bisa?" ulang Papa Galih.

Agasa dengan tegas menggerakkan kepalanya naik turun, sebagai jawaban untuk sahabatnya itu.

Tapi Ayu bisa menuntut haknya kepada Yudi berupa nafkah iddah dan juga nafkah mut'ah, Zaskia pun tetap menjadi tanggungan Yudi sampai dia berusia 21 tahun.

Nafkah mut'ah adalah pemberian dari bekas suami kepada istrinya yang dijatuhi talak berupa uang atau benda lainnya. Sedangkan, nafkah iddah adalah nafkah yang wajib diberikan kepada istri yang ditalak dan nafkah ini, berlangsung selama 3-12 bulan tergantung kondisi haid istri yang diceraikan.

Sesi konsultasi hukum antara dua sahabat itu di tutup dengan permintaan Agasa agar besok Ayu datang langsung untuk menandatangani surat kuasa khusus. Papa Galih adalah seorang yang sangat teliti dan penuh perhitungan sungguh berbanding terbalik dengan Ayu yang mewarisi sifat ceroboh sang mama.

Papa Galih meminta Agasa untuk memperlihatkan contoh surat kuasa yang akan Ayu tanda tangani besok.

Agasa terlihat mengacak-acak laci meja kerjanya, mencari beberapa dokumen yang diminta oleh sahabatanya.

'Ini," Papa Galih menerima contoh surat kuasa yang diberikan oleh Agasa tanpa sedikitpun menaruh curiga.

Di dalam surat kuasa khusus yang Agasa berikan terdapat dua nama penerima kuasa, alasan utamanya tentu saja jam terbang Agasa sebagai pengacara kondang yang tidak hanya menanganani satu atau dua kasus dalam sehari.

Kedua bola mata milik Papa Galih seperti ingin berhamburan kala melihat salah satu nama yang bertindak sebagai penerima kuasa, orang yang menghilang sejak 4 tahun yang lalu ada disini, di Firma Hukum sahabatnya. 

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status