Share

Bab 05. Obat

Author: Gyara
last update Last Updated: 2022-10-06 16:38:30

Irma dan Rangga kikuk dan salah tingkah mencari alasan apa untuk menutupi semua ini. Irma dan Rangga hanya bisa saling pandang mencari jalan keluar dari masalah yang mereka buat sendiri.

“Ibu … “ sapa Rangga yang tiba-tiba melihat Ibunya sudah berada diantara mereka.

Ibu Rangga duduk dan menatap Irma tajam. “Kamu ingin morotin anak saya?”

“Tidak bu,” ucap Irma cepat.

“Ibu dengarkan dulu. Jadi, Irma ini sebenarnya calon istri kedua Rangga.”

“Rangga ingin kasih Ibu cucu. Ibu tau sendiri kan kalau Desya belum bisa hamil, tolong Ibu jangan marah,” susul Rangga yang kemudian berlutut di kaki ibunya.

Mendengar kata cucu, Ibu Rangga mulai tenang. “Oh, bagus kalau begitu, tapi bagaimana dengan Desya apa sudah mengetahui hal ini? Kalau nanti dia minta cerai, bagaimana perusahaan kalian?”

“Tenang bu, sebagian perusahaan sudah di tangan Rangga. Aku sudah tidak membutuhkan Desya lagi sebenarnya. Aku hanya iba dengan keadaannya sekarang.”

****** 

Desya masih di kamarnya. Kepalanya bertambah pusing setelah minum obat dari Irma. Keadaannya semakin buruk, kakinya yang semula sudah bisa ditekuk kini menjadi lebih kaku dari sebelumnya.

“Apa ini? Kenapa setiap kali aku minum obat selalu merasakan sakit luar biasa di bagian kakiku?”

Desya meringis kesakitan, memanggil nama suaminya berkali-kali, namun tak ada jawaban. Desya mengambil ponselnya mencoba menghubungi Rangga melalui ponsel namun tak ada jawaban. 

Apa yang sebenarnya terjadi? Desya meratapi dirinya yang semakin melemah dan seperti sudah tak dihargai.

Sore itu, Irma memberikan Desya obat lagi namun kali ini Irma langsung pergi. Hanya berpesan agar saat dia kembali obat sudah diminum. Desya mengiyakannya, tetapi setelah Irma pergi Desya menyimpan obat itu dan tidak meminumnya. Dia melihat huruf-huruf yang tercetak di sebuah tablet dan mencari tau di Internet apa sebenarnya obat yang dia minum?

Benar saja obat yang Irma berikan padanya adalah obat yang dilarang edarannya karena terdapat kandungan yang berbahaya bisa merusak sel-sel dalam tubuh. Betapa terkejutnya Desya saat mengetahui hal itu. Pantas saja setelah meminum obat itu Desya merasakan aneh pada tubuhnya!

“Sudah diminum obatnya?” Tiba-tiba, Irma membuka pintu dan bertanya.

“Sudah Irma,” ucap Desya pelan.

“Bagus, yang rajin ya minum obatnya biar cepat sembuh!” ucap Irma lalu pergi membanting pintu kamar Desya.

Kini Desya mengerti ada yang tidak beres di rumah itu. Dia pun berniat untuk mencoba pura-pura tidak tahu apa pun agar tidak ada yang curiga.

*****

“Mas Rangga …” panggil Desya setelah melihat suaminya berada di dapur.

Rangga menoleh dan menghampiri Desya. Namun, dia segera menunjukkan wajah jijik ketika menyadari istrinya seperti orang gila. Baju yang lusuh, wajah yang pucat seperti mayat, badan yang mulai kurus, dan aroma tidak enak di dalam kamar itu karena Desya tak pernah mandi.

“Hoekkk ....” Rangga seolah ingin muntah

“Kenapa Mas?” tanya Desya.

“Kamu bau sekali Desya. Apa kamu tidak pernah mandi?” ucap Rangga sambil menutup hidungnya.

“Maaf Mas, aku mau bilang ke Mas Rangga kalau sebenarnya Irma tidak mengurusku. Dia hanya datang ke sini memberi makan dan obat. Tak membantuku membersihkan diri atau yang lainnya,” keluh Desya seolah meminta pembelaan dari Rangga.

“Ya Sudah nanti aku minta Irma urusin kamu ya. Aku mau pergi dulu, tidak tahan berada disini lama-lama.” Rangga melengos pergi kesal tanpa melihat Desya lagi.

Seperginya Rangga, hati Desya berdenyut nyeri. Suaminya benar-benar berubah.

Dalam diamnya, Desya memutar otak dan berpikir untuk keluar dari zona ini dan mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya.

*****

“Mobil ini bagus, Mas. Terima kasih sudah berikan ini untukku ya Mas,” ucap Irma dengan manja yang bergelendotan dengan suami sahabatnya.

“Pakai saja, wanita itu tidak akan lagi bisa memakai mobil ini. Cacat dan susah sembuh,” ucap Rangga malas. Perasaanya pada Desya sudah benar-benar hilang. Terlebih, mengingat penampilan Desya kemarin. Rangga seketika bergidik jijik.

“Lalu kapan kamu menikahi aku, Mas?”

“Setelah semuanya beres.”

Percakapan mereka di garasi mobil ternyata didengar oleh Desya di kamar pembantu yang berada di sebelah garasi depan. Mereka seolah lupa bahwa Desya berada di sini.

Desya menahan tangisnya menemukan bukti yang sudah tak bisa dia hindari lagi.

“Jelas sudah apa yang sebenarnya mereka rencanakan. Mereka sudah bermain di belakangku. Kurang ajar!” 

Desya memaki dalam hati. Tak ada yang bisa dia lakukan sekarang, dirinya tak berdaya. Bagi mereka, Desya hanyalah seorang mayat.

Diam dan diam, menangis, kemudian mengusapnya sendiri. Menderita, siapakah yang akan dia percaya lagi ketika semua orang yang dia sayangi berbuat jahat kepadanya.

Desya tak mempunyai keluarga lagi, dia sebatang kara? Dia tidak bisa berpikir bagaimana keluar dari neraka ini.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah nama tak asing muncul membuat Desya segera mengangkat telepon itu.

"Halo Desya, bagaimana kabarmu?"

Entah mengapa, sapaan orang tersebut membuat Desya semangat dan mempunyai ide untuk menyelamatkan dirinya. Desya mulai tersenyum tipis. Akan ada yang dia rencanakan dengan orang yang menelponnya.

"Halo Pak Rehan ..." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 68. Melamar Desya

    Desya terpaku tak percaya lelaki yang ada di hadapannya adalah Dilan. Ia segera menjauhkan duduknya dan tampak sungkan pada lelaki itu.“Terima kasih cappuccino nya,” ucap Dilan Desya mengangguk lirih, ia bahkan tak bisa menoleh untuk melihat Dilan.“Kau kenapa Desya?” Dilan menaruh Cappuccinonya.Desya hanya terdiam.“Sya,” panggilnya lagi. Kali ini tangannya menyentuh tangan Desya yang dingin karena gugup.“Aku tidak apa-apa.” ucap Desya cepat.“Lalu kenapa kau pergi?”“Aku hanya tak ingin merepotkan kalian, kalian sudah terlalu baik.”“Tidak, kau pasti punya alasan lain.”Desya terdiam lagi, memang ia memiliki alasan lain yaitu kepercayaannya terhadap Dilan yang rusak hingga selalu menerka-nerka apa yang terjadi.Desya menarik tangannya yang mulai hangat dari Dilan.“Aku harus pergi,” Desya berdiri namun Dilan menarik lengannya.“Tunggu! Kau harus bilang kau ini kenapa ? Dan dimana tempat tinggalmu sekarang biar saya antar.”“Sudah aku bilang aku tak mau merepotkan kalian lagi. Men

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 67. Pencarian

    “Desya?” Dilan turun dari mobilnya kemudian berjalan menuju ke lobi Apotek.Dilan mencoba untuk tidak melepas pandangannya dari wanita itu. Namun setelah ia semakin dekat, justru Dilan sudah tak melihatnya lagi. Dilan terus masuk menerobos beberapa karyawan yang lewat diantaranya. Namun ia tak menemukan Desya. Ataukah Dilan salah lihat? Entahlah,Dilan juga tak menemukan Agung disana, ia bertanya pada seseorang yang hendak keluar.“Mas, Pak Agungnya ada?”“Oh Pak Agung sudah pulang dari siang Pak,”“Begitu ya? Dia pulang sendiri atau dengan siapa?”“Wah kalau itu saya kurang tahu Pak,”“Oh ya kalau Bu Desya ada?”Lelaki itu celingukan mencari dimana Desya.“Biasanya Bu Desya pulang bareng kita sih, tapi dari tadi saya juga tidak melihatnya.”“Ya sudah Mas. Makasih ya,”Dilan menghela nafasnya, ia kembali ke mobilnya. Rasanya hampir putus asa ia mencari Desya. Ia menyalakan mesin mobil dan kemudian pergi. Di sepanjang perjalanan, ia terus memikirkan Desya. Bahkan sampai sekarang nom

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 66. Kepergian Desya

    “Sya, Desya…..” teriak Bu Ratna sembari berlarian kesana kemari, menyusuri setiap sudut rumah mencari Desya.“Bu, Ada apa?” tanya Pak Rehan.“Desya tidak ada di rumah Pak,” Bu Ratna panik.“Apa? Ibu sudah cari di luar? Di lantai atas?”“Sudah Pak, tapi tidak ada. Tunggu,”Bu Ratna kembali ke kamar Desya ia membuka lemari pakaian Desya sudah kosong, ia menunduk dan terduduk lemas di ranjang. Pan Rehan ikut masuk ke dalam kamar itu. “Bu?” ucapnya lalu memungut secarik kertas yang tergeletak di atas meja.Pak Rehan, Bu Ratna…..Maaf Desya tidak berbicara terlebih dahulu jika Desya akan pergi. Desya tidak ingin kalian menahan Desya.Tapi Desya janji, suatu saat Desya pasti akan kembali jika semua kebenaran itu sudah terungkap.Yang terpenting adalah sekarang kalian baik-baik saja, Desya sangat berterima kasih atas semua bantuan dan kebaikan-kebaikan kalian yang sangat berarti bagi Desya.Desya hanya pergi untuk mencari kebahagiaan Desya sendiri, tanpa harus merepotkan kalian terus menerus

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 65. Pergi

    “Mas Dilan, bagaimana kabarmu?” Wajah Desya menahan cemburu yang berkecamuk. Wanita itu, wanita hamil yang sedang bersama calon suaminya. Panggilan video itu tiba-tiba dimatiin oleh Desya seketika setelah Desya melihat ada Chika disana bersama Dilan.Dilan mencoba menelpon Desya berkali-kali namun Desya terlanjur kecewa. Entah semuanya benar atau tidak. Tapi kehadiran sosok Chika membuat Desya tak nyaman dan ingin bertengkar. “Sya, kamu kenapa?” terdengar suara Bu Ratna dari belakangnya. Membelai rambut panjang Desya dengan lembut. Desya yang menyadarinya langsung memeluknya erat menumpahkan air mata dan rasa sesaknya.“Bu…”Mata Desya berkaca, Bu Ratna tampak bingung, namun perlahan Bu Ratna mencoba mengetahui apa yang membuat Desya menjadi sesedih itu.“Ceritakan pada Ibu,”Desya mengusap air matanya, ia menghela nafas dan mencoba menenangkan pikirannya.“Bu, Desya mau tanya. Ibu percaya dengan Mas Dilan?”“Maksud kamu apa Sya?”Desya terdiam sejenak, ia merasa ragu bercerita dan

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 64. Spy

    “Rio?” Agung bergumam kecil, Desya merasa ia juga mengenali wajah itu. Lelaki yang pernah memperhatikannya di Caffe sebelah apotek. Desya dan Agung saling melempar tatapan heran bercampur penasaran. Apakah lelaki itu adalah orang yang sama dengan apa yang mereka pikirkan?Terlihat mereka telah selesai melepas rindu, Rio duduk di kurai pengemudi lalu dadar bahwa kaca mobil belum ia tutup. Kemudian ia sesegera mungkin menutupnya dan pergi melesat jauh dari tempat itu. Tak mau tinggal diam, Agung mengikutinya dari belakang. “Pak, untuk apa mengikuti mereka?” “Saya tahu lelaki itu, dia seperti …”“Rio?” timpa Desya,“Kamu juga mengenal Rio?”Desya mengangguk cepat, ia menceritakan kejadian saat tengah makan di Kafe bahwa lelaki itu terus memperhatikannya dan saat itu ia sedang melakukan panggilan video dengan Dilan yang akhirnya Dilan memberitahu Desya untuk segera menjauh dari Rio.“Betul, saya yakin dia itu Rio saya tak salah lihat.”Desya mulai berpikir keras, kenapa istri mantan sua

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 63. Lelaki Misterius

    “Dilan?” Agung terlihat bingung dengan tatapan Desya padanya namun memanggilnya dengan nama Dilan.“Oh, maaf.” Desya tersadar dari lamunannya, ia begitu merindukan sosok Dilan hingga ia lupa dengan siapa ia di taman itu sekarang.“Kau merindukan Dilan ya?” Agung melempar pandangannya ke arah sungai.Desya hanya tersenyum, ia bercerita pada Agung bagaimana Dilan selalu menurutinya untuk berkunjung ke tempat itu. Desya terus saja tersenyum jika mengingat tingkah konyol Dilan padanya.“Tapi Desya, ada sesuatu yang ingin ku katakan.”Desya tiba-tiba serius, ia menatap Agung penasaran. Apa gerangan yang akan Agung katakan padanya.“Apa itu Pak?”Bibir Agung bergetar, ia tak kuasa membuka mulutnya karena yang akan ia lontarkan mungkin saja akan menyakiti Desya.“Sebenarnya….”Desya meyakinkan Agung untuk mengatakannya dengan menatapnya lebih dalam dari sebelumnya.Agung terlihat gugup, sepertinya ia tak sanggup mengatakan ham itu pada Desya.“Sebenarnya saya ingin bertanya siapa lelaki baru

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 62. Mengejar Desya

    “Saya beri kamu waktu 7x24 jam untuk memikirkannya,” Agung berdiri kemudian beranjak pergi dari ruangannya.Desya bingung, ia bahkan tak memiliki modal yang besar. Keinginannya untuk terus berbisnis semakin tinggi. “Mungkin aku harus beritahu Mas Dilan,” Desya bergumam, ia mencoba mengetik pesan untuk calon suaminya yang masih berada di Liar Negeri.“Semoga Mas Dilan mendukungku, aku tahu ia sering cemburu dengan Pak Agung. Namun ini menyangkut cita-cita dan masa depanku.” Desya meminum segelas air putih yang ada di mejanya. Ia merasa lebih tertantang dan lebih semangat. Ia sangat mau mengiyakan tawaran Agung namun yang ia khawatirkan ia tak bisa menjaga amanah yang Agung titipkan yang berupa investasi itu.“Tapi aku harus yakin dan optimis, aku pasti akan berhasil dan membungkam mulut mereka yang sudah membuatku menderita bahkan selalu mengejekku! Terima kasih Rangga, Irma, kalian berdua membuatku lebih semangat untuk sukses kembali.”Tak lama, Dilan menelponnya. Menanyakan tentang

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 61. Tapi Bukan Tentang Mendaki

    “Habiskan makananmu lalu kembali ke tempatmu sekarang,”Desya mengernyitkan dahinya, ia tak tahu maksud Dilan yang tiba-tiba saja menyuruhnya untuk pergi.“Kenapa Mas?”“Nanti saya ceritakan,”Desya membayar makanan di kasir ia berjalan melewati seorang lelaki yang selalu saja menatapnya penuh nafsu itu. Desya juga merasa aneh dan risih. Ia mempercepat langkahnya kemudian sampai di ruangannya dengan nafas yang memburu.“Desya, kau sudah sampai di ruanganmu?”Dilan masih melakukan panggilan video dengan Desya. Desya tersenyum, ia melihat raut wajah tak biasa dari Dilan.“Kau kenapa Mas?” tanya Desya.“Kenapa kau tertawa? Dengar saya, lelaki itu pacarnya Chika.”Desya membulatkan matanya seolah tak percaya namun memang kelihatannya lelaki itu cukup nakal.“Kau serius?”“Apakah aku terlihat seperti pelawak?”“Iya Mas, aku percaya. Kenapa kau jadi sensi seperti ini?”“Pasalnya kau harus menghindarinya Desya, kau bisa saja terancam karena lelaki itu seperti predator.”“Betul Mas, barusan

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 60. Meeting

    “Sudah datang Bu, Pak Reymond dan beberap stafnya sudah memasuki ruangan meeting.”“Apa? Astaga! Bagaimana ini? Pak Agung hari ini libur. Tolong bilang ke mereka ya rescedule besok saja.”“Baik Bu,”Lelaki itu pergi untuk menemui Pak Reymond di ruang meeting. Desya nampak gelisah, ia berharap Pak Reymond mau bernegosiasi untuk menjadwalkan ulang pertemuan mereka dengan Pak Agung. Pria itu datang kembali, kini wajahnya nampak sangat tegang. Sepertinya habis dimarahi oleh Reymond.“Maaf Bu Desya, saya sudah coba bujuk Pak Reymond agar dia bisa datang lagi besok tapi mereka tidak mau. Mereka harus meeting sekarang, bagaimana ini Bu?”Desya mematung, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia terdiam tiba-tiba teringat kala dia menjadi seorang CEO di perusahaannya dahulu. Semua tipe klien dia hadapi dengan mudah dan selalu goal.“Oke, tolong susul saya ke ruang meeting ya. Bawa semua berkas yang sudah saya siapkan di meja kerja saya, saya akan bawa laptop ini. Terima kasih,”ucap Desya pad

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status