Share

Bab 4

Penulis: Neyta
Dulu Luna selalu mencari-cari alasan untuk Yosep, tetapi sekarang baru sadar bahwa sebenarnya Yosep memang tidak pernah bersungguh-sungguh.

"Terima kasih kepada Grup Djohar atas sponsor dalam lelang kali ini. Selanjutnya, acara lelang akan resmi dimulai."

Ruha menggandeng lengan Yosep dan duduk di kursi.

Barang lelang pertama adalah sebuah gelang giok. Terlihat Ruha menunduk dan membisikkan sesuatu kepada Yosep, lalu Yosep langsung mengangkat tangan dan menaikkan harga dari 200 juta menjadi 2 miliar.

"Wah, dermawan sekali! Presdir Grup Djohar memang luar biasa! Dengar-dengar, Bu Ruha itu cinta pertama Pak Yosep, semacam cinta yang tak kesampaian. Lihat saja, sekarang dia pulang ke negara ini pasti untuk merebut kembali hatinya!"

"Tapi katanya Pak Yosep sudah punya tunangan! Jadi, Ruha ini selingkuhan dong?"

"Aduh, selingkuhan apanya? Dia itu cinta pertama Pak Yosep, yang ini baru pasangan sejatinya! Lagi pula, aku dengar kabarnya, Pak Yosep dipaksa keluarganya buat tunangan. Katanya cewek itu tuli! Gimana bisa pantas sama Pak Yosep?"

Kerumunan mulai membicarakan kisah cinta mereka seolah-olah bisa ikut campur dalam kehidupan pribadi mereka.

Setiap kata terasa seperti jarum yang menusuk ke hati Luna, hingga dia tak sanggup mendengarkan lebih lama dan pergi ke ruang pameran.

Meskipun ini adalah acara lelang, ada juga beberapa perhiasan yang dipamerkan di ruang galeri dengan harga tetap. Jika ada yang menyukainya, mereka bisa langsung membeli.

Meskipun Luna mendapat banyak koneksi dari Whitney, semua itu bukan kenalannya. Gagal terus-menerus pun membuatnya agak kecewa.

Dia berhenti di depan sebuah cincin berlian merah muda. Melihat label harga, Luna mulai menghitung. Yosep pernah menghadiahinya sebuah bros berlian merah muda, kualitasnya bahkan lebih bagus dari ini. Mungkin harganya bisa lebih tinggi.

"Halo, kamu tertarik dengan berlian merah muda ini?" tanya seseorang yang mendekat.

Luna buru-buru menggeleng. "Nggak kok."

Mendengar jawabannya, orang itu baru memanggil staf dan mengatakan ingin menawar barang itu.

"Aku lihat kamu berdiri lama di sini, aku kira barang impianku akan direbut."

Luna segera memutar otak dan menjawab, "Oh, nggak kok. Kamu sangat dermawan. Omong-omong, apa kamu tertarik melihat bros berlian merah mudaku?"

Keduanya saling bertukar kontak, janjian untuk bertemu dan melihat barangnya.

Kemudian, lewat Whitney, Luna baru tahu bahwa pria itu bernama Ronan, seorang kolektor terkenal.

Luna sadar dirinya tidak berpakaian cukup anggun untuk berada terlalu lama di area pameran, jadi dia memutuskan untuk ke area jamuan dan beristirahat sebentar sambil mengincar pembeli yang berpotensial berikutnya.

Menara sampanye di tengah ruangan terlihat sangat mewah.

"Luna, meskipun Yosep nggak cinta kamu, kamu nggak perlu berpakaian sejelek ini. Kampungan sekali." Suara sinis Ruha terdengar dari belakang.

Luna menoleh dan melihat Ruha sedang memandanginya dari ujung rambut hingga kaki.

"Ini bukan urusanmu, 'kan?"

"Memang bukan. Tapi aku cuma ingin mengingatkanmu, di dunia ini, kasta sosial itu sangat nyata. Sekalipun seseorang mendapat hoki, tetap saja dia seekor burung pipit dan nggak akan pernah jadi burung foniks."

Kemudian, nadanya berubah lembut. "Luna, kenapa nggak bilang ke aku kalau kamu mau datang ke acara ini?"

Luna tahu, kemungkinan besar Yosep sedang berada tidak jauh dari sini. Kalau tidak, Ruha tak akan repot-repot bermain dua peran sekaligus.

Dia hanya diam, menatap Ruha memainkan perannya.

Melihat Luna tidak menanggapi, Ruha tiba-tiba melangkah maju dan terjatuh ke arahnya. Roknya yang lebar mengenai meja terdekat dan membuat piring-piring serta menara sampanye roboh.

Keduanya jatuh ke lantai. Gaun putih Ruha langsung ternoda sampanye, sangat mencolok. Sebaliknya, gaun Luna yang berwarna gelap tidak terlalu terlihat, tetapi pecahan kaca benar-benar menancap di lututnya.

Sementara itu, Ruha hanya mengalami goresan kecil di lengan.

Dari kejauhan, Yosep langsung berlari mendekat. Biasanya begitu tenang dan elegan, sekarang panik luar biasa. Dia membentak pelayan, "Kalian ini kerjanya gimana sih? Kenapa barang berbahaya seperti ini diletakkan di tempat gelap begini?"

Dia berlari ke sisi Ruha, bertanya penuh kekhawatiran, "Sakit nggak?"

Ruha berlinang air mata, semakin terlihat lemah lembut. Dia menarik lengan Yosep dan membela pelayan yang tadi dimarahi, "Aku nggak apa-apa kok."

Siapa pun yang melihat pasti akan memuji Ruha sebagai perempuan yang baik hati. Hanya Luna yang menahan sakit sambil tersenyum pahit.

Saat Yosep hendak berbalik, dia baru sadar bahwa Luna juga terjatuh tak jauh dari situ. Dia bertanya dengan heran, "Ngapain kamu di sini?"

Benar juga, acara ini jelas-jelas dibuat Yosep untuk menyenangkan hati Ruha. Tentu saja kehadiran Luna tidak diharapkan.

Belum sempat Luna menjawab, Ruha kembali merintih kesakitan.

Yosep langsung berbalik, mengangkat Ruha ke pelukannya. Sebelum pergi, dia hanya menoleh sekilas ke arah Luna yang penuh luka, lalu memerintahkan pelayan, "Antar nona itu ke rumah sakit."

Setelah itu, dia menghilang dari pandangan tanpa menoleh lagi. Ruha pun bersandar manja di bahunya dan melemparkan senyuman penuh provokasi ke arah Luna.

Luna menyaksikan sendiri bagaimana Yosep memilih tanpa ragu. Instruksinya pada pelayan hanya karena kesopanannya sebagai pria berkelas, tetapi kekhawatiran tulusnya hanya untuk Ruha.

Cinta itu memang tidak adil dan Luna adalah orang yang dirugikan di sini.

Saat itu juga, jas seseorang mendarat di bahu Luna.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 22

    Ruha menjerit ketakutan saat melihat Yosep jatuh dari lantai atas.Luna dan Ronan segera berlari menuruni tangga untuk memeriksa keadaannya. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Yosep menatap Luna dan berkata dengan penuh penyesalan, "Aku ... maaf, anggap saja ini sebagai penebusan dosaku ...."Saat ini, suara sirene polisi terdengar dari luar.Di depan ruang ICU, Luna memandang ke arah dalam dengan tatapan hampa. Dokter memintanya untuk menjalani pemeriksaan menyeluruh, tetapi dia tak memberi respons.Ronan sudah membujuknya berkali-kali agar mau diobati, tetapi Luna tetap bergeming. Hingga akhirnya, Ronan sendiri yang turun tangan mengurus luka-lukanya.Karena kelelahan, Luna bersandar di pelukan Ronan. Dia terus berdoa agar Yosep bisa selamat.Ronan terus menenangkannya, "Dia akan baik-baik saja ... pasti akan baik-baik saja ...."Hingga akhirnya dokter keluar dan mengumumkan hasil penanganan. Yosep berhasil diselamatkan, tetapi dia menjadi cacat seumur hidup.Saat Luna masuk, Yosep

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 21

    Mendapati kesimpulan itu, Ronan mulai panik. Pikirannya mulai mengingat-ingat siapa saja musuh yang mungkin pernah dikenali ke Luna.Yosep juga menggunakan koneksinya, tetapi satu-satunya yang ditemukan adalah mobil hitam terakhir yang menghilang di jembatan layang pinggiran selatan. Setelah itu, tak lagi ditemukan jejaknya.Ronan langsung membuka laptopnya dan mengaktifkan pelacak. Yosep mencibir melihatnya. "Kamu bahkan memasang pelacak di tubuhnya? Ini yang kamu sebut memberikan dia kebebasan untuk memilih?""Kami pernah liburan bersama sebelumnya. Kamu nggak tahu 'kan kalau Luna itu buta arah, nggak bisa membedakan timur, barat, utara, dan selatan. Jadi, aku pasang pelacak untuk berjaga-jaga kalau dia tersesat di luar negeri. Lagi pula, pelacak ini hanya aktif kalau Luna sendiri yang menyalakannya."Sayangnya, saat laptop dibuka, pelacak itu sama sekali tidak menunjukkan sinyal. Seketika, sebuah pemikiran terlintas di kepala Ronan. Dia terdiam sejenak, lalu berkata, "Luna nggak pun

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 20

    Hari lamaran akhirnya tiba. Hari itu adalah hari balapan mobil di Pegunungan Oyama dan Ronan sudah janjian ikut serta bersama teman-temannya. Luna menonton dari pinggir lintasan sekaligus memberi semangat untuk Ronan.Dia bukan tidak paham dunia balap. Dulu dia pernah menemani Yosep bermain balap mobil. Saat itu, Yosep sedang terpuruk dan mencari sensasi, bahkan mengabaikan nyawanya sendiri, membuat Luna ikut terseret dalam kekacauan itu.Teman-teman Ronan sangat ramah. Meskipun penasaran pada Luna, mereka tetap menjaga batas dan hanya terus memanggilnya "Kakak Ipar".Sebelum pertandingan dimulai, Ronan bersumpah dengan penuh semangat, "Hari ini aku akan jadi juara buat kamu, Luna!"Luna sendiri tidak terlalu peduli soal menang atau kalah. Dia hanya memberi semangat dari pinggir. Namun, saat data peserta direkam, tiba-tiba muncul satu nama yang sangat familier, yaitu Yosep.Yosep juga sudah bersiap dengan perlengkapan lengkap dan sedang menatap tajam ke arah mereka, jelas ingin menanta

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 19

    Ayah Ruha terdiam, sementara Ruha mulai panik. "Ayah, tega membuangku ke luar negeri? Rela memisahkanku darimu?"Melihat setumpuk bukti di tangan Yosep, ayah Ruha pun menghela napas dan akhirnya menyerah. "Baiklah, aku setuju.""Anakku, kamu nggak ingin melihat ayahmu kehilangan segalanya di masa tua, 'kan? Sesuatu yang bukan milikmu, jangan terlalu dipaksakan. Ayolah, cepat minta maaf pada Bu Luna!"Namun, Ruha menggeleng kuat-kuat, menatap Luna dengan tajam. "Aku nggak sudi! Sekalipun aku mati! Luna, jangan harap!"Ayah Ruha yang melihat tingkah anaknya itu hanya bisa merendahkan diri. "Bu Luna, ini salahku dalam mendidik anak. Mohon maafkan anakku yang keras kepala ini."Setelah itu, dia berdiri dan membungkuk dalam-dalam. Luna bisa melihat bagaimana ayah Ruha mengkhawatirkan anaknya dan hatinya pun sedikit tersentuh.Sebaliknya, Ruha tetap tak bisa menerima kenyataan bahwa dia telah tersingkir dan tetap menolak meminta maaf.Kasus plagiarisme pun akhirnya selesai. Yosep berjalan ke

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 18

    "Dua tahun lalu, aku pernah menjadi desainer sukarela dalam proyek sosial di Krosa. Proyek hotel yang kalian sebut-sebut sebagai hasil jiplakan itu, arsiteknya bernama Cathy. Itu adalah nama yang kugunakan saat pertama kali tiba di luar negeri.""Dokumen yang kupegang saat ini adalah surat pernyataan resmi dari pihak hotel Krosa, menyatakan bahwa akulah perancangnya. Surat ini sudah dipublikasikan di situs resmi Grup Djohar. Semua orang bisa mengeceknya sendiri."Begitu Luna selesai berbicara, ruangan langsung gempar. Media tentu saja selalu haus berita yang menarik perhatian. Kalau tidak ada skandal plagiarisme, mereka tidak akan pulang dengan tangan kosong.Melihat Luna dan Yosep duduk berdampingan, para wartawan mulai bergosip."Pak Yosep, ada kabar bahwa Bu Luna dulu pernah menjadi tunangan Anda. Apakah pemilihan desainnya ada unsur pribadi?""Pak Yosep, benar atau nggak bahwa Anda sudah diam-diam menikah dengan Bu Ruha? Bu Ruha bahkan hadir di pemakaman Pak Santos. Apakah dia hadi

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 17

    [ Proyek Vila Pemandian Air Panas Grup Djohar Diduga Menjiplak Proyek Krosa! ]Begitu berita ini tersebar, harga saham Grup Djohar langsung anjlok. Para pemegang saham pun mendesak agar diadakan rapat.Di luar vila, puluhan lampu kilat kamera menyala, mengarah pada Ronan dan Luna yang baru saja keluar. Tak ada yang tahu dari mana media-media itu mendapatkan alamat mereka, tetapi sekarang semuanya sudah mengepung di halaman depan.Ronan segera melindungi Luna di belakangnya. Dalam kerumunan yang saling mendorong, mereka berdua akhirnya masuk ke mobil dengan susah payah.Whitney menelepon Luna, memberi kabar soal kekacauan di dalam perusahaan, lalu menyarankan Luna untuk menghindar sejenak.Namun, Luna tahu bersembunyi tidak akan menyelesaikan masalah.Di ruang rapat pemegang saham, Yosep tengah menjadi sasaran kemarahan ayah Ruha yang memimpin penyerangan terhadapnya. Dia menuntut Yosep untuk segera mengakhiri kerja sama dengan tim John, menahan pelunasan pembayaran terakhir, bahkan ber

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status