Share

Bab 5

Author: Neyta
Dibandingkan Yosep, orang asing seperti Ronan bahkan jauh lebih bisa diandalkan.

Ronan yang baru saja dikenalnya sudah sigap membantu, menyampirkan jaket ke pundak Luna dan berniat membawanya ke rumah sakit.

Mobil Ronan melaju kencang. Sambil menyetir, dia mencoba menenangkan Luna, "Tahan sebentar ya, sudah dekat kok."

Di pojok mobil, Luna gemetaran. Dia berusaha sekuat mungkin agar darah dari lukanya tak menodai kursi.

Melihat gelagatnya, Ronan bercanda, "Sepertinya hari ini kamu memang nggak cocok keluar rumah."

"Maksudmu?"

"Tadi waktu aku lihat dari jauh, keningmu tampak gelap. Ternyata benar, kamu kena sial hari ini!"

Candaan Ronan membuat Luna tak tahan untuk tersenyum dan dia pun berterima kasih.

Sesampainya di rumah sakit, Luna bersikeras masuk sendiri. Ronan pun tak bisa memaksa. Berdiri di depan pintu rumah sakit, angin malam membuat Luna menggigil.

Dia benci rumah sakit. Di tempat inilah, bertahun-tahun lalu, dia menyaksikan kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, berlumuran darah di ranjang rumah sakit. Saat itu, dirinya yang kecil hanya bisa berlutut memohon keselamatan. Namun, yang dia dapat hanya mayat yang dingin.

Sejak saat itu, walaupun sakit parah, dia enggan menginjakkan kaki ke rumah sakit. Kali terakhir dia datang ke sini, yaitu saat memaksakan diri menjalani operasi demi Yosep, karena tak ingin dirinya yang tuli menjadi bahan tertawaan dan beban bagi Yosep.

Tak disangka, sekarang dia harus kembali lagi. Dengan napas tertahan, dia melangkah masuk dan melawan ketakutannya.

Dokter mengerutkan kening saat mengambil pecahan kaca dari lutut Luna. "Lukanya cukup dalam, sebaiknya infus antibiotik supaya nggak infeksi."

Luna ingin segera keluar, tetapi dokter bersikeras. Dia pun menyerah.

Di dalam ruang rawat, wajah Luna pucat pasi. Seharian belum makan, tubuhnya semakin lemah, bahkan mulai demam.

Saat diinfus, Whitney mengirimkan sebuah tautan. Judul berita itu tampak mencolok, huruf merah besar.

[ Terungkap! Tunangan Misterius Yosep Ternyata Dia! ]

Dalam foto, tampak Yosep menggendong Ruha keluar dari kerumunan. Wajahnya panik dan penuh kekhawatiran, jelas hubungan mereka tak biasa.

Anehnya, akun resmi Grup Djohar bahkan menyukai unggahan itu.

Kemesraan yang dipamerkan secara terang-terangan itu pun membuat netizen heboh.

[ Pasangan sempurna! ]

[ Pantas saja Pak Yosep tak kunjung menikah, ternyata nungguin dia! ]

Luna terpaku pada notifikasi like dari akun resmi perusahaan. Kalau bukan atas izin Yosep, mana mungkin akun resmi berani bertindak seperti itu?

Luna baru sadar setelah lama menatap layar. Dia ingin membalas pesan Whitney, tetapi tangannya gemetar hebat.

Saat mencoba mengetik dengan satu tangan, ponsel terlepas dan jatuh. Dia ingin memungutnya, tetapi takut menarik selang infus, jadi membungkuk perlahan dengan posisi menyamping.

Baru saja dia mengangkat kepala, terdengar suara yang amat dikenalnya dari arah pintu. "Kamu sementara tinggal di ruang kecil ini dulu ya, aku sudah minta staf cari kamar suite, sebentar lagi beres."

"Nggak perlu repot-repot kok."

Luna menoleh. Tampak dua sosok familier. Yosep berjalan dengan hati-hati sambil memapah Ruha, wajahnya dipenuhi kekhawatiran. Ruha bersandar manja di bahunya dan Yosep mencubit pipinya dengan penuh kasih sayang.

Saat ketiga pasang mata bertemu, Yosep tampak paling canggung. "Kamu ... juga di sini?"

Seketika, hati Luna terasa pahit. Bukankah seharusnya dirinya adalah tunangan Yosep? Kenapa dia malah merasa seperti orang ketiga?

"Luka Ruha agak parah, jadi aku bawa dia periksa."

Kalimat sederhana itu malah membuat Luna tersenyum lega. Kegetiran dalam hati pun lenyap. Lucu sekali, benar-benar kebetulan yang menyakitkan.

Luna tak menjawab. Dia menatap cairan infus yang tinggal sedikit, lalu memejamkan mata untuk beristirahat.

Ruha melangkah ke samping ranjang, menggenggam tangan Luna dengan lembut. "Luna ... kamu nggak marah, 'kan? Tadi aku yang minta Yosep temani aku ...."

Luna menarik tangannya, tetapi Ruha malah sengaja mencengkeram lebih erat. Dalam tarik-menarik itu, Ruha terjatuh ke lantai.

Yosep sontak naik pitam. "Luna, jangan keterlaluan! Dia sudah luka-luka begini, masa kamu nggak punya rasa kasihan sedikit pun?"

Suaranya lantang hingga menarik perhatian orang yang lewat. Menyadari itu, Yosep pun terdiam. Dia menggigit bibir, tak melanjutkan.

Setelah menenangkan Ruha di ranjang, dia mengatur bantalnya dengan penuh perhatian. Sambil melakukannya, Yosep terus mengeluhkan betapa buruknya fasilitas ruangan biasa.

Luna tak tahan lagi. Dia langsung mencabut infusnya, tak ingin terus menjadi bagian dari drama ini.

Tanpa menoleh, dia keluar dari ruangan, tetapi Yosep malah mengejarnya.

"Kamu nggak apa-apa?"

Luna menatapnya dingin. "Sudah diobati."

Melihat Yosep tampak ingin berbicara, Luna tahu ada hal lain.

"Tolong masakkan sup penambah darah buat Ruha ya. Lukanya cukup parah. Kirim secepatnya, aku tunggu di sini."

Tengah malam, angin malam menusuk kulit. Namun, Luna tidak merasa dingin lagi karena hatinya sudah mati rasa.

Sup penambah darah? Luka sekecil itu? Luna tahu persis Ruha hanya lecet sedikit.

"Yosep, kamu masih punya hati nurani nggak?"

Yosep akhirnya naik darah. "Ruha baru cerai, kamu juga tahu itu. Hatinya rapuh. Aku cuma kasih perhatian sebagai teman. Kamu jangan buat keributan terus! Soal insiden jatuh tadi, aku saja nggak ungkit apa-apa. Kamu ini kenapa sih?"

"Jadi, aku yang buat keributan?"

Padahal semua bisa dibuktikan lewat CCTV, tetapi Yosep malah percaya buta pada satu sisi cerita. Tuduhan tanpa dasar itu menyesakkan dada Luna. Luka di lutut yang tadinya sudah tutup, kembali merembes darah, membasahi gaunnya.

Yosep tak melihat. Dia sibuk mengejar perawat, meminta mereka memindahkan Ruha ke kamar yang lebih baik, tak ingin "bidadarinya" merasa tidak nyaman.

Tali kesabaran dalam benak Luna pun akhirnya putus. Semua rasa sakit, kekecewaan, dan ketidakadilan lenyap begitu saja. Dia hanya ingin satu hal, yaitu mengakhiri semua ini secepatnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 22

    Ruha menjerit ketakutan saat melihat Yosep jatuh dari lantai atas.Luna dan Ronan segera berlari menuruni tangga untuk memeriksa keadaannya. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Yosep menatap Luna dan berkata dengan penuh penyesalan, "Aku ... maaf, anggap saja ini sebagai penebusan dosaku ...."Saat ini, suara sirene polisi terdengar dari luar.Di depan ruang ICU, Luna memandang ke arah dalam dengan tatapan hampa. Dokter memintanya untuk menjalani pemeriksaan menyeluruh, tetapi dia tak memberi respons.Ronan sudah membujuknya berkali-kali agar mau diobati, tetapi Luna tetap bergeming. Hingga akhirnya, Ronan sendiri yang turun tangan mengurus luka-lukanya.Karena kelelahan, Luna bersandar di pelukan Ronan. Dia terus berdoa agar Yosep bisa selamat.Ronan terus menenangkannya, "Dia akan baik-baik saja ... pasti akan baik-baik saja ...."Hingga akhirnya dokter keluar dan mengumumkan hasil penanganan. Yosep berhasil diselamatkan, tetapi dia menjadi cacat seumur hidup.Saat Luna masuk, Yosep

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 21

    Mendapati kesimpulan itu, Ronan mulai panik. Pikirannya mulai mengingat-ingat siapa saja musuh yang mungkin pernah dikenali ke Luna.Yosep juga menggunakan koneksinya, tetapi satu-satunya yang ditemukan adalah mobil hitam terakhir yang menghilang di jembatan layang pinggiran selatan. Setelah itu, tak lagi ditemukan jejaknya.Ronan langsung membuka laptopnya dan mengaktifkan pelacak. Yosep mencibir melihatnya. "Kamu bahkan memasang pelacak di tubuhnya? Ini yang kamu sebut memberikan dia kebebasan untuk memilih?""Kami pernah liburan bersama sebelumnya. Kamu nggak tahu 'kan kalau Luna itu buta arah, nggak bisa membedakan timur, barat, utara, dan selatan. Jadi, aku pasang pelacak untuk berjaga-jaga kalau dia tersesat di luar negeri. Lagi pula, pelacak ini hanya aktif kalau Luna sendiri yang menyalakannya."Sayangnya, saat laptop dibuka, pelacak itu sama sekali tidak menunjukkan sinyal. Seketika, sebuah pemikiran terlintas di kepala Ronan. Dia terdiam sejenak, lalu berkata, "Luna nggak pun

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 20

    Hari lamaran akhirnya tiba. Hari itu adalah hari balapan mobil di Pegunungan Oyama dan Ronan sudah janjian ikut serta bersama teman-temannya. Luna menonton dari pinggir lintasan sekaligus memberi semangat untuk Ronan.Dia bukan tidak paham dunia balap. Dulu dia pernah menemani Yosep bermain balap mobil. Saat itu, Yosep sedang terpuruk dan mencari sensasi, bahkan mengabaikan nyawanya sendiri, membuat Luna ikut terseret dalam kekacauan itu.Teman-teman Ronan sangat ramah. Meskipun penasaran pada Luna, mereka tetap menjaga batas dan hanya terus memanggilnya "Kakak Ipar".Sebelum pertandingan dimulai, Ronan bersumpah dengan penuh semangat, "Hari ini aku akan jadi juara buat kamu, Luna!"Luna sendiri tidak terlalu peduli soal menang atau kalah. Dia hanya memberi semangat dari pinggir. Namun, saat data peserta direkam, tiba-tiba muncul satu nama yang sangat familier, yaitu Yosep.Yosep juga sudah bersiap dengan perlengkapan lengkap dan sedang menatap tajam ke arah mereka, jelas ingin menanta

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 19

    Ayah Ruha terdiam, sementara Ruha mulai panik. "Ayah, tega membuangku ke luar negeri? Rela memisahkanku darimu?"Melihat setumpuk bukti di tangan Yosep, ayah Ruha pun menghela napas dan akhirnya menyerah. "Baiklah, aku setuju.""Anakku, kamu nggak ingin melihat ayahmu kehilangan segalanya di masa tua, 'kan? Sesuatu yang bukan milikmu, jangan terlalu dipaksakan. Ayolah, cepat minta maaf pada Bu Luna!"Namun, Ruha menggeleng kuat-kuat, menatap Luna dengan tajam. "Aku nggak sudi! Sekalipun aku mati! Luna, jangan harap!"Ayah Ruha yang melihat tingkah anaknya itu hanya bisa merendahkan diri. "Bu Luna, ini salahku dalam mendidik anak. Mohon maafkan anakku yang keras kepala ini."Setelah itu, dia berdiri dan membungkuk dalam-dalam. Luna bisa melihat bagaimana ayah Ruha mengkhawatirkan anaknya dan hatinya pun sedikit tersentuh.Sebaliknya, Ruha tetap tak bisa menerima kenyataan bahwa dia telah tersingkir dan tetap menolak meminta maaf.Kasus plagiarisme pun akhirnya selesai. Yosep berjalan ke

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 18

    "Dua tahun lalu, aku pernah menjadi desainer sukarela dalam proyek sosial di Krosa. Proyek hotel yang kalian sebut-sebut sebagai hasil jiplakan itu, arsiteknya bernama Cathy. Itu adalah nama yang kugunakan saat pertama kali tiba di luar negeri.""Dokumen yang kupegang saat ini adalah surat pernyataan resmi dari pihak hotel Krosa, menyatakan bahwa akulah perancangnya. Surat ini sudah dipublikasikan di situs resmi Grup Djohar. Semua orang bisa mengeceknya sendiri."Begitu Luna selesai berbicara, ruangan langsung gempar. Media tentu saja selalu haus berita yang menarik perhatian. Kalau tidak ada skandal plagiarisme, mereka tidak akan pulang dengan tangan kosong.Melihat Luna dan Yosep duduk berdampingan, para wartawan mulai bergosip."Pak Yosep, ada kabar bahwa Bu Luna dulu pernah menjadi tunangan Anda. Apakah pemilihan desainnya ada unsur pribadi?""Pak Yosep, benar atau nggak bahwa Anda sudah diam-diam menikah dengan Bu Ruha? Bu Ruha bahkan hadir di pemakaman Pak Santos. Apakah dia hadi

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 17

    [ Proyek Vila Pemandian Air Panas Grup Djohar Diduga Menjiplak Proyek Krosa! ]Begitu berita ini tersebar, harga saham Grup Djohar langsung anjlok. Para pemegang saham pun mendesak agar diadakan rapat.Di luar vila, puluhan lampu kilat kamera menyala, mengarah pada Ronan dan Luna yang baru saja keluar. Tak ada yang tahu dari mana media-media itu mendapatkan alamat mereka, tetapi sekarang semuanya sudah mengepung di halaman depan.Ronan segera melindungi Luna di belakangnya. Dalam kerumunan yang saling mendorong, mereka berdua akhirnya masuk ke mobil dengan susah payah.Whitney menelepon Luna, memberi kabar soal kekacauan di dalam perusahaan, lalu menyarankan Luna untuk menghindar sejenak.Namun, Luna tahu bersembunyi tidak akan menyelesaikan masalah.Di ruang rapat pemegang saham, Yosep tengah menjadi sasaran kemarahan ayah Ruha yang memimpin penyerangan terhadapnya. Dia menuntut Yosep untuk segera mengakhiri kerja sama dengan tim John, menahan pelunasan pembayaran terakhir, bahkan ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status