Share

2. Punya atau Tidak

Charity tertawa riang saat berhasil mengalahkan sahabat sepermainannya, Verice mendengus kesal dan kedua temannya yang lain—Candid dan Honor—melakukan hal yang sama seperti Verice.

"Chare, ini kesekian kalinya kami kalah darimu. Ayolah, apa istimewanya seorang Charity Magnanime?" Candid membuka suara pertama

"Ya Candid kau benar!" sambung Honor.

"Cowok ... ah tepatnya pria dewasa yang kalian kencani saja yang murahan. Aku hanya mengajak mereka minum dan mereka menggodaku habis-habisan," bela Charity masih tertawa. Menaikkan paha kirinya di atas paha satunya sambil mengaduk Americano di depannya dengan sedotan.

"Kaulah yang menggodanya bodoh!" pekik Verice.

Charity menurunkan kedua sudut bibirnya masih mempertahankan egonya. "Kau yakin Verice? Mereka menggodaku. Sungguh."

Verice merotasikan bola matanya. "Menjijikan sekali wajahmu itu, Chare."

"Haha ... cari pria yang tidak murahan seperti mereka," ingat Charity dan meminum Americano yang telah dia pesan.

"Oh iya, kudengar kau akan bertunangan?" tanya Honor melupakan masalah tadi. Bagi mereka itu bukan masalah, hanya pembuktian apa pria yang mereka kencani, murahan atau tidak.

"Begitulah," Charity menjawab datar.

"Itu akan batal untuk ke-3 kalinya di bulan ini," sambung Candid malas.

"Jangan sok tahu, Candid."

"Berani bertaruh? Jika aku benar, mobil yang baru kau beli berikan padaku," tantang Candid sembari menaikkan sebelah alisnya.

Charity hanya diam tidak menajawab tantangan dari Candid karena dia tahu pertunangan itu benar akan batal, walaupun sekarang dia dengan Foul—cowok yang akan ditunangkan dengannya—dalam tahap pendekatan tapi itu tidak berpengaruh dalam kehidupan Charity, Charity masih suka bermain dengan cowok di sekolahnya, tidur dengan mereka dan hal lainnya.

"Kau menang, Candid. Aku tidak sebodoh Honor yang akan mengiyakannya," ucap Charity tenang dengan nada datarnya.

"Kenapa kau membawa namaku." Honor tak terima, sementara mereka hanya tertawa, Charity hanya diam seperti biasa.

"Jadi apa rencanamu untuk membatalkannya kali ini?" tanya Honor serius, sementara Charity hanya menatap datar Honor.

"Belum aku pikirkan, Foul masih sangat lezat untuk dinikmati," jawab Charity datar, sementara ketiga temannya mengela nafas.

"Kau akan mendapatkan karma, Dude," ingat Candid.

"Iya aku tahu, Cand," sambung Charity kelewat datar, mengabaikan pernyataan Candid soal ia akan mendapat karma. Karena seorang Charity tidak akan mendapat karma. Tapi sayang, itu hanya pikiran ber-egonya. Charity berdiri dari duduknya, dan berjalan menuju meja nomor 8.

"Kau mau kemana?" tanya Verice ketika Charity berdiri dari duduknya, namun pertanyaan Verice diabaikan, sebab Charity sudah melangkah menuju meja nomor 8. Wajah datar, dingin tak tersentuh ditunjukkan Charity.

"Dia kenapa?" tanya Verice pada kedua temannya yang juga heran, mereka hanya mengedikkan bahu tanda tidak tahu.

"Maaf Tuan, sebaiknya Anda tidak melihat meja kami dengan pandangan tertarik seperti itu," ujar Charity tenang ketika sudah sampai di meja nomor 8.

"Apa kau ada masalah? Aku sedang tidak melihatmu." Pria itu bertopang dagu, senyum kecil menghiasi wajah tampannya.

"Tidak melihat ... sebaiknya anda belajar untuk berbohong Tuan. Aku akan mengganti mobil mahal Anda. Tenang saja," ucap Charity datar dan meninggalkan sang Pria.

"Oh, kalau begitu sebaiknya kau belajar cara mengendarai motor dengan benar, agar tidak terjadi kecelakaan seperti sebelumnya," ingat sang Pria meninggalkan Coffe Time. Senyum di wajahnya tercetak jelas.

Charity berjalan menuju temannya, mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja.

"Ada apa Chare? Kenapa terburu buru?"

"Aku harus pulang, aku baru saja menabrak mobil orang, dan aku harus menggantinya. Tapi aku tidak membawa uang jadi aku harus pulang."

"Bagaiman—" Verice berhenti bicara saat Charity telah berlari meninggalkan mereka.

***

Charity kembali ke rumah dengan terburu-buru. Dia benar-benar risih jika harus diikuti Pria itu, bagi Charity itu mustahil untuk sebuah kebetulan, Charity yakin pria itu mengikutinya. Charity berlari kecil menuju lantai dua dimana kamarnya berada. Sebenarnya Charity tinggal di apartemen, namun untuk beberapa alasan dia harus kembali ke rumahnya.

Charity menarik laci dan mengambil beberapa lembar uang yang dia butuhkan, setelah selesai mengambil uang, dia menuruni tangga dengan terburu-buru sampai akhirnya Pria kisaran 45 tahun menegurnya.

"Chare, jangan menuruni tangga dengan terburu-buru. Jika kau tergelincir dan mati, siapa yang akan menerusi perusahaan kita," ujar Mr. Magnanime sementara Charity merotasikan bola matanya malas.

"Menjijikan sekali, aku tidak akan mati jika hanya terjatuh dari tangga."

"Baiklah. Jadi, apa yang membuat putri ke dua Papa tergesa-gesa? Apa kau lupa menyembunyikan pengamanmu dan takut ketahuan mama?"

"Oh ayolah Pa, ini bukanlah seputar pengaman. Sialnya aku tidak akan memakai benda sialan itu saat berhubungan," ucap Charity datar.

"Adik sialan!" teriak seorang wanita yang tidak sengaja mendengar percakapan anak dan orang tua.

"Kau lebih sialan, Honest," sambung Charity datar.

"Mana ekspresimu!" pekik Honest kesal, sementara Mr. Magnanime tertawa dan menggiring Charity menuju meja makan.

"Putri Mama yang paling cantik, ayo makan bersama," ujar seorang wanita kelewat senang, ini sudah jam makan siang dan kebetulan meja makan sudah penuh dengan masakan yang dimasak Mamanya.

"Baik ... baik, ngomong-ngomong Prob di mana?" tanya Charity.

"Dia sedang mandi" jawab Mrs. Magnanime singkat.

"Jadi bagaimana dengan Foul, Chare?" tanya Honest yang duduk di depannya, Charity berhenti mengambil makanan dan menatap Honest datar.

"Dari segi sifat, dia menjijikkan dan dari segi ranjang, dia tidak terlalu memuaskan," jawab Charity atas pertanyaan kakak tertuanya, Charity menyuap nasi ke dalam mulutnya dan mengunyah, tanpa memperdulikan keadaan sekelilingnya.

"Ew Chare, kau benar-benar terkutuk. Bisakah kau tidak membicarakan ranjang saat di meja makan?" sambung seorang yang baru bergabung, handuknya tersampir melilit pinggulnya.

"Honest bertanya ... sebagai wanita baik, aku menjawabnya."

"Wanita baik apanya? Kau baru saja meniduri teman kampusku dan dia menjadi menjijikan ketika bertemu denganku, kau tahu dia itu menjadi sok dekat denganku. Dasar adik sia—"

"Sudah sudah, jangan ada yang mengumpat di meja makan," ingat Mrs. Magnanime pada Honest.

"Oh iya, nanti malam aku akan kembali ke apartemen," Charity berujar membuat Mr. Magnanime menoleh padanya. "Aku serius, Pap."

"Tapi nak—"

"Bukankah aku sudah mengikuti kemauan Mama untuk melakukan pertunangan dengan pria itu? Sekarang aku butuh hidup bebasku," jelas Charity.

Charity memang orang yang blak-blakan dan itu tidak menjadi masalah untuk keluarganya.

"Baiklah ... baik." Mr. Magnanime menyerah dan mengelus kepala putrinya dengan sayang. Dia benar-benar menyayanginya.

"Sayang, berhenti menjodohkan dia dengan anak temanmu, demi Tuhan dia masih 17 tahun, dia masih sekolah," ucap Mr. Magnanime pada istrinya, istrinya hanya menunduk merasa bersalah.

"Maaf, ini yang terakhir, Sayang. Aku janji."

***

Charity kembali ke apartemen yang sudah lama dia tempati, mengambil kertas berisikan kartu nama pria yang tadi mengikutinya.

[Temui aku di Cafe RisingOne, akan kubayar ganti ruginya.]

Tanpa menunggu jawaban dari seberang telepon, Charity mematikan sambungan.

***

"Susu baik untuk pertumbuhan remaja sepertimu.".

Charity tidak tahan, dengan sikap angkuh Pria di hadapannya ini.

"Ini semua uang ganti rugi mobilmu," ucap Charity, meletakkan amplop putih tebal yang berisikan uang, Charity berdiri hendak pergi namun pergelangan tangannya ditahan oleh Greed.

"Baby girl kau harus dengar ini baik baik. Aku paling tidak suka diabaikan," ucap Greed dingin, dia menatap Charity marah, sementara Charity yang ditatap seperti itu hanya membalas datar, Charity malah menghempaskan tangan Greed.

"Dan aku tidak terbiasa mengikuti aturan dan ego dari orang lain," balas Charity datar dan melangkah meninggalkan Greed. Greed yang memang tidak terbiasa diabaikan mengumpat dengan marah, amplop putih yang diberikan Charity diletakkan Greed begitu saja di atas meja, dia akan memberi pelajaran sopan santun pada Charity.

"Kali ini kau harus terbiasa dengan aturan," ucap Greed dingin, Greed melihat Charity menaiki motor gedenya, memakai helm dan meninggalkan halaman Cafe, Greed menyunggingkan senyum Demon-nya dan menelepon seseorang.

[Thrift, beritahu aku lokasi di mana motor ini sekarang. Aku akan mengirimkan nomor pelatnya.]

Klik.

Greed mematikan sambungan telepon dan segera mengirimi Thrift nomor pelat, Greed memasuki mobilnya sembari menunggu lokasi di mana gadis sialan itu.

Sekitar 30 menit Thrift baru mengabarinya, jika telat 1 menit saja Greed bersumpah akan menghajarnya habis-habisan. Setelah melihat pesan yang berisi alamat, Greed langsung menuju lokasinya.

Tidak butuh waktu lama Greed sampai di club yang lumayan terkenal dengan nama Club ROne. Tapi bagi Greed ini pertama kalinya dia ke sini, Greed terbiasa berada di club yang mewah dan mahal, dengan menahan amarah yang entah bagaimana bisa memuncak Greed masuk dengan tatapan membunuh, aura negatif Greed menguar dari tubuhnya. Mata elangnya mencari sosok gadis yang tak seharusnya berada di tempat ini.

"Sialan!" maki Greed saat menemui orang yang dicarinya.

Gadis bocah itu sedang mencumbui pria dengan pakaian minim, seketika Greed muak dan mual.

Dengan langkah tegas, Greed melangkah hingga sekarang dia sudah berada di belakang Charity, posisi Charity membelakangi Greed.

Dengan dingin Greed menarik lengan Charity keras hingga melepaskan pautan menjijikan itu.

"What the fu—"

"Pulang sekarang juga!" pekik Greed mengalahkan musik yang mengalun, DJ berhenti memainkan musik, pria yang di cumbui Charity meringkuk ketakutan sementara Charity melipat kedua tangannya didepan dada dan memandang Greed datar.

"Aku tidak punya urusan denganmu."

"Oh, kau punya!"

"Aku tidak punya," ucap Charity datar, Greed jenggah melihat tinggah Charity yang tidak merasakan takut sedikit pun.

"Charity, aku perintahkan kau pulang sekarang juga, atau kau akan kubuat menyesal tidak menuruti perintahku!" suara Greed datar, dingin dan mengancam, semua bergidik ngeri sementara Charity mengangkat sebelah alisnya,

"Memangnya kau siapa. Aku tidak akan menuruti yang kau perintahkan!" ucap Charity datar tersenyum miring, jenis senyum mengejek.

Greed mengambil ponselnya dan menghubungi Thrift.

[Thrift, 30 menit dari sekarang bakar habis Club ROne tanpa sisa. Jika telat 1 menit saja, ucapkan selamat tinggal pada nyawa dan anak buahmu.]

Klik.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status