Home / Romansa / Sakit yang Menyenangkan / 2. Punya atau Tidak

Share

2. Punya atau Tidak

Author: RisingOne
last update Last Updated: 2021-05-17 19:15:34

Charity tertawa riang saat berhasil mengalahkan sahabat sepermainannya, Verice mendengus kesal dan kedua temannya yang lain—Candid dan Honor—melakukan hal yang sama seperti Verice.

"Chare, ini kesekian kalinya kami kalah darimu. Ayolah, apa istimewanya seorang Charity Magnanime?" Candid membuka suara pertama

"Ya Candid kau benar!" sambung Honor.

"Cowok ... ah tepatnya pria dewasa yang kalian kencani saja yang murahan. Aku hanya mengajak mereka minum dan mereka menggodaku habis-habisan," bela Charity masih tertawa. Menaikkan paha kirinya di atas paha satunya sambil mengaduk Americano di depannya dengan sedotan.

"Kaulah yang menggodanya bodoh!" pekik Verice.

Charity menurunkan kedua sudut bibirnya masih mempertahankan egonya. "Kau yakin Verice? Mereka menggodaku. Sungguh."

Verice merotasikan bola matanya. "Menjijikan sekali wajahmu itu, Chare."

"Haha ... cari pria yang tidak murahan seperti mereka," ingat Charity dan meminum Americano yang telah dia pesan.

"Oh iya, kudengar kau akan bertunangan?" tanya Honor melupakan masalah tadi. Bagi mereka itu bukan masalah, hanya pembuktian apa pria yang mereka kencani, murahan atau tidak.

"Begitulah," Charity menjawab datar.

"Itu akan batal untuk ke-3 kalinya di bulan ini," sambung Candid malas.

"Jangan sok tahu, Candid."

"Berani bertaruh? Jika aku benar, mobil yang baru kau beli berikan padaku," tantang Candid sembari menaikkan sebelah alisnya.

Charity hanya diam tidak menajawab tantangan dari Candid karena dia tahu pertunangan itu benar akan batal, walaupun sekarang dia dengan Foul—cowok yang akan ditunangkan dengannya—dalam tahap pendekatan tapi itu tidak berpengaruh dalam kehidupan Charity, Charity masih suka bermain dengan cowok di sekolahnya, tidur dengan mereka dan hal lainnya.

"Kau menang, Candid. Aku tidak sebodoh Honor yang akan mengiyakannya," ucap Charity tenang dengan nada datarnya.

"Kenapa kau membawa namaku." Honor tak terima, sementara mereka hanya tertawa, Charity hanya diam seperti biasa.

"Jadi apa rencanamu untuk membatalkannya kali ini?" tanya Honor serius, sementara Charity hanya menatap datar Honor.

"Belum aku pikirkan, Foul masih sangat lezat untuk dinikmati," jawab Charity datar, sementara ketiga temannya mengela nafas.

"Kau akan mendapatkan karma, Dude," ingat Candid.

"Iya aku tahu, Cand," sambung Charity kelewat datar, mengabaikan pernyataan Candid soal ia akan mendapat karma. Karena seorang Charity tidak akan mendapat karma. Tapi sayang, itu hanya pikiran ber-egonya. Charity berdiri dari duduknya, dan berjalan menuju meja nomor 8.

"Kau mau kemana?" tanya Verice ketika Charity berdiri dari duduknya, namun pertanyaan Verice diabaikan, sebab Charity sudah melangkah menuju meja nomor 8. Wajah datar, dingin tak tersentuh ditunjukkan Charity.

"Dia kenapa?" tanya Verice pada kedua temannya yang juga heran, mereka hanya mengedikkan bahu tanda tidak tahu.

"Maaf Tuan, sebaiknya Anda tidak melihat meja kami dengan pandangan tertarik seperti itu," ujar Charity tenang ketika sudah sampai di meja nomor 8.

"Apa kau ada masalah? Aku sedang tidak melihatmu." Pria itu bertopang dagu, senyum kecil menghiasi wajah tampannya.

"Tidak melihat ... sebaiknya anda belajar untuk berbohong Tuan. Aku akan mengganti mobil mahal Anda. Tenang saja," ucap Charity datar dan meninggalkan sang Pria.

"Oh, kalau begitu sebaiknya kau belajar cara mengendarai motor dengan benar, agar tidak terjadi kecelakaan seperti sebelumnya," ingat sang Pria meninggalkan Coffe Time. Senyum di wajahnya tercetak jelas.

Charity berjalan menuju temannya, mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja.

"Ada apa Chare? Kenapa terburu buru?"

"Aku harus pulang, aku baru saja menabrak mobil orang, dan aku harus menggantinya. Tapi aku tidak membawa uang jadi aku harus pulang."

"Bagaiman—" Verice berhenti bicara saat Charity telah berlari meninggalkan mereka.

***

Charity kembali ke rumah dengan terburu-buru. Dia benar-benar risih jika harus diikuti Pria itu, bagi Charity itu mustahil untuk sebuah kebetulan, Charity yakin pria itu mengikutinya. Charity berlari kecil menuju lantai dua dimana kamarnya berada. Sebenarnya Charity tinggal di apartemen, namun untuk beberapa alasan dia harus kembali ke rumahnya.

Charity menarik laci dan mengambil beberapa lembar uang yang dia butuhkan, setelah selesai mengambil uang, dia menuruni tangga dengan terburu-buru sampai akhirnya Pria kisaran 45 tahun menegurnya.

"Chare, jangan menuruni tangga dengan terburu-buru. Jika kau tergelincir dan mati, siapa yang akan menerusi perusahaan kita," ujar Mr. Magnanime sementara Charity merotasikan bola matanya malas.

"Menjijikan sekali, aku tidak akan mati jika hanya terjatuh dari tangga."

"Baiklah. Jadi, apa yang membuat putri ke dua Papa tergesa-gesa? Apa kau lupa menyembunyikan pengamanmu dan takut ketahuan mama?"

"Oh ayolah Pa, ini bukanlah seputar pengaman. Sialnya aku tidak akan memakai benda sialan itu saat berhubungan," ucap Charity datar.

"Adik sialan!" teriak seorang wanita yang tidak sengaja mendengar percakapan anak dan orang tua.

"Kau lebih sialan, Honest," sambung Charity datar.

"Mana ekspresimu!" pekik Honest kesal, sementara Mr. Magnanime tertawa dan menggiring Charity menuju meja makan.

"Putri Mama yang paling cantik, ayo makan bersama," ujar seorang wanita kelewat senang, ini sudah jam makan siang dan kebetulan meja makan sudah penuh dengan masakan yang dimasak Mamanya.

"Baik ... baik, ngomong-ngomong Prob di mana?" tanya Charity.

"Dia sedang mandi" jawab Mrs. Magnanime singkat.

"Jadi bagaimana dengan Foul, Chare?" tanya Honest yang duduk di depannya, Charity berhenti mengambil makanan dan menatap Honest datar.

"Dari segi sifat, dia menjijikkan dan dari segi ranjang, dia tidak terlalu memuaskan," jawab Charity atas pertanyaan kakak tertuanya, Charity menyuap nasi ke dalam mulutnya dan mengunyah, tanpa memperdulikan keadaan sekelilingnya.

"Ew Chare, kau benar-benar terkutuk. Bisakah kau tidak membicarakan ranjang saat di meja makan?" sambung seorang yang baru bergabung, handuknya tersampir melilit pinggulnya.

"Honest bertanya ... sebagai wanita baik, aku menjawabnya."

"Wanita baik apanya? Kau baru saja meniduri teman kampusku dan dia menjadi menjijikan ketika bertemu denganku, kau tahu dia itu menjadi sok dekat denganku. Dasar adik sia—"

"Sudah sudah, jangan ada yang mengumpat di meja makan," ingat Mrs. Magnanime pada Honest.

"Oh iya, nanti malam aku akan kembali ke apartemen," Charity berujar membuat Mr. Magnanime menoleh padanya. "Aku serius, Pap."

"Tapi nak—"

"Bukankah aku sudah mengikuti kemauan Mama untuk melakukan pertunangan dengan pria itu? Sekarang aku butuh hidup bebasku," jelas Charity.

Charity memang orang yang blak-blakan dan itu tidak menjadi masalah untuk keluarganya.

"Baiklah ... baik." Mr. Magnanime menyerah dan mengelus kepala putrinya dengan sayang. Dia benar-benar menyayanginya.

"Sayang, berhenti menjodohkan dia dengan anak temanmu, demi Tuhan dia masih 17 tahun, dia masih sekolah," ucap Mr. Magnanime pada istrinya, istrinya hanya menunduk merasa bersalah.

"Maaf, ini yang terakhir, Sayang. Aku janji."

***

Charity kembali ke apartemen yang sudah lama dia tempati, mengambil kertas berisikan kartu nama pria yang tadi mengikutinya.

[Temui aku di Cafe RisingOne, akan kubayar ganti ruginya.]

Tanpa menunggu jawaban dari seberang telepon, Charity mematikan sambungan.

***

"Susu baik untuk pertumbuhan remaja sepertimu.".

Charity tidak tahan, dengan sikap angkuh Pria di hadapannya ini.

"Ini semua uang ganti rugi mobilmu," ucap Charity, meletakkan amplop putih tebal yang berisikan uang, Charity berdiri hendak pergi namun pergelangan tangannya ditahan oleh Greed.

"Baby girl kau harus dengar ini baik baik. Aku paling tidak suka diabaikan," ucap Greed dingin, dia menatap Charity marah, sementara Charity yang ditatap seperti itu hanya membalas datar, Charity malah menghempaskan tangan Greed.

"Dan aku tidak terbiasa mengikuti aturan dan ego dari orang lain," balas Charity datar dan melangkah meninggalkan Greed. Greed yang memang tidak terbiasa diabaikan mengumpat dengan marah, amplop putih yang diberikan Charity diletakkan Greed begitu saja di atas meja, dia akan memberi pelajaran sopan santun pada Charity.

"Kali ini kau harus terbiasa dengan aturan," ucap Greed dingin, Greed melihat Charity menaiki motor gedenya, memakai helm dan meninggalkan halaman Cafe, Greed menyunggingkan senyum Demon-nya dan menelepon seseorang.

[Thrift, beritahu aku lokasi di mana motor ini sekarang. Aku akan mengirimkan nomor pelatnya.]

Klik.

Greed mematikan sambungan telepon dan segera mengirimi Thrift nomor pelat, Greed memasuki mobilnya sembari menunggu lokasi di mana gadis sialan itu.

Sekitar 30 menit Thrift baru mengabarinya, jika telat 1 menit saja Greed bersumpah akan menghajarnya habis-habisan. Setelah melihat pesan yang berisi alamat, Greed langsung menuju lokasinya.

Tidak butuh waktu lama Greed sampai di club yang lumayan terkenal dengan nama Club ROne. Tapi bagi Greed ini pertama kalinya dia ke sini, Greed terbiasa berada di club yang mewah dan mahal, dengan menahan amarah yang entah bagaimana bisa memuncak Greed masuk dengan tatapan membunuh, aura negatif Greed menguar dari tubuhnya. Mata elangnya mencari sosok gadis yang tak seharusnya berada di tempat ini.

"Sialan!" maki Greed saat menemui orang yang dicarinya.

Gadis bocah itu sedang mencumbui pria dengan pakaian minim, seketika Greed muak dan mual.

Dengan langkah tegas, Greed melangkah hingga sekarang dia sudah berada di belakang Charity, posisi Charity membelakangi Greed.

Dengan dingin Greed menarik lengan Charity keras hingga melepaskan pautan menjijikan itu.

"What the fu—"

"Pulang sekarang juga!" pekik Greed mengalahkan musik yang mengalun, DJ berhenti memainkan musik, pria yang di cumbui Charity meringkuk ketakutan sementara Charity melipat kedua tangannya didepan dada dan memandang Greed datar.

"Aku tidak punya urusan denganmu."

"Oh, kau punya!"

"Aku tidak punya," ucap Charity datar, Greed jenggah melihat tinggah Charity yang tidak merasakan takut sedikit pun.

"Charity, aku perintahkan kau pulang sekarang juga, atau kau akan kubuat menyesal tidak menuruti perintahku!" suara Greed datar, dingin dan mengancam, semua bergidik ngeri sementara Charity mengangkat sebelah alisnya,

"Memangnya kau siapa. Aku tidak akan menuruti yang kau perintahkan!" ucap Charity datar tersenyum miring, jenis senyum mengejek.

Greed mengambil ponselnya dan menghubungi Thrift.

[Thrift, 30 menit dari sekarang bakar habis Club ROne tanpa sisa. Jika telat 1 menit saja, ucapkan selamat tinggal pada nyawa dan anak buahmu.]

Klik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sakit yang Menyenangkan   37. END With You

    Tentu saja ini perbuatan dari si Sialan tapi tampan Greed!"Morning Princess Zura!" sapa Charity."Sekarang Zura cuci muka terus gosok gigi ya!" suruh Charity. El segera pergi di hadapan Charity."Dan kamu juga, kamu bau banget tau gak!" ketus Charity. Greed mengecup maunya sendiri lalu mendekat merengkuh Charity dari belakang."Ini kan bau semalam, Sayang," bisik Greed membuat Charity menyikut perut Greed.Haruskan pembahasan itu diungkit dan diceritakan lagi. Walau ingin, tetapi Charity terlalu malu untuk mengungkapkannya."Greed!" panggil Charity."Hm ....""Kau harus lebih sering olahraga, perutmu tak sekeras dulu," ucap Charity membuat Greed melepaskan rengkuhannya lalu mengangkat kaosnya tinggi. Greed menekan perutnya menggunakan tangan."Masih ada kok, Chare!""No. Di sini sudah hilang," gumam Charity lalu menekan bagian tubuh Greed yang sedikit berlemak. Greed mendesau dibuatnya."Dasar otak jorok,"

  • Sakit yang Menyenangkan   36. Mama Mommy

    "Si kembar terlihat sedang menyusu pada kakakku, aku bersyukur ia masih memiliki ASI jadi si kembar tak kekurangan apa pun," bicara Greed yang setiap membersihkan tubuh Charity menggunakan handuk basah."Kau harus iri saat melihat si kembar mereka sangat mirip denganku, apa itu karena kau sering memarahiku? Mereka hanya mewarisi bibirmu, Charity!" beritahu Greed lagi.Greed duduk di samping Charity menggenggam tangannya erat, memanggil hingga 100 kali namun Charity mengingkarinya, tak ada jawaban hanya ada suara monitor di samping Charity yang menandakan masih ada kehidupan. Beberapa keluarga nampak mengintip dari cela pintu membuat mereka mengiba, beberapa sahabat Greed bahkan tak berani sekedar menghiburnya. Greed tak banyak bicara ... dunianya seolah berhenti. Greed hanya akan tersenyum jika berhadapan dengan si kembar jika tidak Greed kembali murung."Aku membutuhkanmu, bukan hanya aku tapi kedua bayi kita," bisik Greed penuh dengan keputusasaan.

  • Sakit yang Menyenangkan   35. Azzam dan Azzura

    [Dan Avarice ... datanglah ke tempat kami, kami akan mengadakan pesta ... mom, dad, papa, mama akan datang, Envy juga, kakak juga dalam perjalanan ke sini. Dan oh iya kau orang terakhir yang kami beritahu. Ketiga sahabatmu sudah tahu jadi kututup teleponnya.]Klik ....Greed menatap Charity lalu mengecupnya"Aku selalu suka bibirmu, lembut dan manis," kata Greed membuat Charity sedikit malu. Mereka kembali ke aktivitas semula. Dan ingatkan Charity untuk tidak membuat Greed menangis karena demi apa pun dia seperti anak kecil.***Bulan ke dua kehamilan ...."Kau butuh sesuatu? Biar kuambilkan."Charity masih bisa memakluminya.***Bulan ke tiga ...."Dokter periksa menyeluruh, apa dia baik-baik saja? Dia baru saja terjatuh di kasur."Charity akan gila jika Greed semakin posesif ... Demi Tuhan Charity hanya terjatuh dan tubuh Charity menghempas kasur. Ck.

  • Sakit yang Menyenangkan   34. Pisang

    Saat diperiksa dokter terlihat terkejut dan segera menyuruh Greed menemuinya, entah apa yang dokter bicarakan Greed datang dengan wajah yang bersalah. Dia seperti menyalahkan dirinya atas sesuatu."Aku hamil lagi ya, Greed?" tanyanya agak bercanda namun Greed mengabaikan. Dia merengkuh Charity yang masih terbaring, dibenamkannya wajahnya pada tengkuk leher, air matanya terasa membasahi bahu Charity."Greed?""Maafkan aku," katanya. Charity semakin heran."Chare!" panggil Greed yang sudah melepaskan rengkuhannya, air mata membasahi kedua pipi Greed membuatnya tergerak untuk menghapusnya."Berjanji kau tidak akan meninggalkanku?"Charity semakin tidak paham? Apa ia terkena penyakit mematikan?"Iya.""Berjanji akan melakukan apa pun yang aku ucapkan.""Ada apa, Greed?""Kabar baiknya kita akan punya baby, kabar buruknya kita akan menghilangkannya," kata Greed. Charity mencerna

  • Sakit yang Menyenangkan   33. Hadiah atau Bencana

    Beberapa bulan kemudian ....Charity terbangun saat seseorang tengah mengecupinya berkali-kali.Dibuka matanya perlahan dan mendapati Greed yang tersenyum lebar."Morning, Hubby!" sapanya lalu mengecup bibir si empu, Greed turun dari ranjang dan menuju kamar mandi.Charity melirik jam yang ada di samping tempat tidur dan segera bangkit menuju dapur untuk menyiapkan roti sebagai sarapannya.Hari ini hari Greed pertama bekerja karena mereka melewati 3 bulan untuk bulan madu, Greed yang menyarankannya. Selesai menyiapinya, Charity menuju kamar untuk mandi, sebelum mandi menyiapkan setelan baju yang akan Greed kenakan. Greed keluar dari kamar mandi dan Charity segera masuk."Itu pakaianmu," ucapnya menunjuk baju yang ada di atas kasur.Selesai mandi Charity mendapati Greed yang sudah memulai sarapannya, dia menatap dari atas ke bawah lalu kembali ke mata Charity."Kau ikut aku ke kantor, Chare!" tita

  • Sakit yang Menyenangkan   32. Pengaman Sialan

    "Kau bisa mengetahui aku 'lain' bagaimana bisa kau mengetahuinya?""Aku hanya tahu," jawab Charity jujur. Diliriknya Humility yang seperti boneka di sampingnya, pandangan mata Humility itu seperti tak hidup, hanya 1 atau 2 persen yang ada di dalamnya, dia kurang bahagia dia seperti kehilangan seseorang yang dia percayai."Humility," panggil Charity entah kenapa."Ya?""Jika kau tidak memercayai seseorang ... percayai lah dirimu sendiri. Wajahmu terlalu bisa dibaca!" ingat Charity padanya. Sementara Greed dia malah merengkuh dari belakang dan dagunya berada di bahu Charity."Kamu terlihat peduli pada mereka," bisik Greed tidak suka."Aku tidak heran kalau kau cemburu.""Itu karena aku sangat-sangat mencintaimu," belanya. Charity merotasi bola mata malas lalu suara heboh Avarice memenuhi telinga, Avarice berlari menuju mereka dan diikuti sahabat-sahabatnya."Yo yo yo kak Lust," suara Avarice yang s

  • Sakit yang Menyenangkan   31. The Moment 2

    "Chare. Ini waktunya," ucap Mr. Magnanime. Charity berdiri dengan gugup menghampiri Mr. Magnanime. Membenarkan gaun putih panjangnya, rambutnya juga ia rapikan walaupun keadaannya tergerai tapi setidaknya rapi. Charity yakin mereka menyadari kegugupannya, Charity mengambil lengan Mr. Magnanime dan berjalan berdampingan. Mr. Magnanime meremas tangan menenangkan hanya membalasnya dengan senyuman.Sampai pintu gereja terbuka Charity melangkah dengan gugup, dilihat Greed berdiri dengan balutan tuxedo. Dia terlihat tampan seperti biasanya, senyum hangatnya membuat Charity bertambah gugup. Ia tidak dapat melirik siapa pun, yang ia lihat hanya Greed.Humility hanya menyembunyikan kekagetannya saat dia tahu yang menikah adalah gadis remaja, terlihat di mata Humility kalau sahabat Pride—Greed—begitu mencintai gadis yang ada di hadapannya, dalam hati Humility berandai-andai mengenai hal itu. Dalam bayangannya dia memikirkan Pride lah yang ada di sampingnya me

  • Sakit yang Menyenangkan   30. The Moment Thing

    Sekarang Chaste dan Lust sudah berada dalam mobil untuk menuju gereja dan dari tadi Lust sibuk sendiri dengan penampilan Chaste, mulai dari rambut yang dikenakan akan bagaimana dan sebagainya. sesekali Lust akan mengecup pipi dan Chaste dengan senang hati menghapusnya dengan tangan."Sabuk pengaman itu penting, Sweety!" ingat Lust berkali-kali padahal Chaste sudah mengenakannya, dia sendiri yang belum."Kau masih marah soal ... eum malam pertama kita?""Tentu saja!" teriak Chaste, dalam hati namun mengabaikannya, ia sedang malas berdebat dengan Lust."Sudah kubilang aku tidak akan meminta maaf, karena aku tidak menyesalinya," ucapnya saat dia sudah mengendarai mobil. Chaste heran dari mana dia dapat mobil ini?"Jangan terlalu memikirkan kekayaanku, kau bisa menghabisinya jika kau ingin," katanya, Chaste mengabaikan Lust lalu menatap ke depan. Lust sesekali mengelus kepala Chaste seolah tindakannya mengatakan 'aku di sini bersama

  • Sakit yang Menyenangkan   29. GILA!

    "Aku tidak akan menasehatimu lagi, Env. Lakukan apa yang menurutmu benar. Tapi ... Ingat rasa sakit itu tak tampak," jelas Greed. Envy menatap Greed lama lalu menghela napas perlahan."Ini!" Greed memberikan undangan pernikahan pada Envy. Envy menaikkan sebelah alisnya."Aku akan menikah. Tentu saja. Memangnya aku akan hidup sendiri terus. Dan tentu saja dia Charity," jelas Greed langsung. Envy terkekeh pelan."Setahuku di sini hanya Lust yang penyuka di bawah umur. Tapi kenapa bisa kau ikut? Bahkan kau baru dan sudah akan menikah? Tidak memikirkan pendapat orang lain dulu?""Aku bukan penyuka di bawah umur. Aku hanya tertarik pada Charity. Camkan itu! Lagi pula, kau juga 'masih' penyuka di bawah umur!""Dan kurasa Pride akan membaik. Humility akan merubahnya," ucap Greed seketika ingat mengenai Humility."Lihat saja Greed. Kurasa Si Sialan itu akan terus mengirimiku gambar mayat dengan dirinya yang berlumuran darah."

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status