Viona memang simpati dengan kegigihan Tama yang sudah diperlakukan buruk oleh Karin, namun tetap bisa bertahan hingga tujuh tahun. Meskipun begitu, tindakan Tama untuk membalas kejahatan Karin sangatlah salah karena telah merugikan pihak lain seperti Viona.“Aku paham dengan semua ini, tapi tindakanmu yang asal-asalan itu telah membuat Karin nyaris membunuhku. Kau harus bersyukur karena yang terluka adalah aku meskipun seharusnya Karin menargetkanmu.”“Saya minta maaf, Nona Viona.” Tama terlihat sangat merasa bersalah dan menundukkan kepalanya terus-menerus.“Kalau begitu, apakah kau mau menemui Karin dan mengatakan yang sebenarnya? Karin tidak akan memercayaiku meskipun aku berkata jujur. Aku tidak mau jika Karin menargetkanku lagi di kemudian hari.”“Saya ... sepertinya saya tidak bisa. Maaf.”“Kau yakin? Jika kau memang tidak mau menemui Karin dan menjelaskannya, aku tidak bisa memaksa. Tapi ... berbeda dengan Noah.” Viona melirik Noah yang hanya menjadi
“Ya, sudah dua belas tahun sejak kematiannya. Bagaimana dengan Viona? Apa kau meninggalkannya sendiri?”Noah menghela napas. “Begitulah. Tadinya aku akan meminta seseorang untuk menjaganya di saat aku tidak ada, tapi dia menolaknya dengan tegas.”Noah bahkan sedikit kecewa ketika Viona tidak menahan kepergiannya, gadis itu justru tersenyum lebar dan mengibas-ngibaskan tangannya mengusir Noah untuk segera meninggalkan rumah sakit.“Jangan terlalu khawatir. Kau cepatlah membersihkan diri dan segera pergi ke kantor. Ayah merasa kasihan dengan sekretarismu yang sudah meng-handle pekerjaanmu selama seminggu.”Daniel mengatakan itu sembari menepuk-nepuk bahu lebar Noah. Sejurus kemudian, pria paruh baya itu pergi menuruni tangga menuju mobil hitam yang akan dia pakai untuk mengunjungi sebuah tempat di mana ‘orang itu’ dimakamkan.Sebelum menjalankan mobil, Daniel menghubungi sekretarisnya, Demian, untuk memberi perintah khusus yang tidak ada hubungannya dengan pek
Demian sudah bekerja hampir tiga puluh tahun sebagai sekretaris Daniel Rutherford, dia mengetahui semua rahasia kelam tuannya tanpa terkecuali. Tempat tinggal yang saat ini dikunjungi oleh Viona adalah tempat yang memiliki kenangan buruk untuk Daniel. Tempat meninggalnya Sylvia Orlando.“Viona ... Viona ... Viona ... hah? Jangan-jangan ....”Seketika Demian membelalakkan mata. Viona, kekasih Noah memiliki nama yang sama dengan gadis kecil yang merupakan putri Sylvia Evergreen. Hari ini adalah hari kematian Sylvia Evergreen dan secara kebetulan, gadis itu berkunjung ke tempat tinggal mending Sylvia dan putrinya dengan membawa sebuket bunga.Namun, apakah semua ini benar-benar hanya sebuah kebetulan? Tidak. Tidak ada kebetulan yang sempurna di dunia ini. Puzzle yang Demian susun terlalu cocok untuk sebuah kebetulan.“Presdir, apa Anda menyuruh saya mengawasi Nona Viona karena mengetahui sesuatu?”Sebagai sekretaris pribadinya, Demian selalu khawatir dengan Dan
“Rencananya begitu, tapi semua proposal yang mereka buat tidak ada yang menarik perhatianku.”Serum, pelembab, sunscreen, bedak, dan lain-lain. Semua yang diajukan dalam proposal itu sudah banyak dipasarkan oleh RF Group dan perusahaan kosmetik lainnya. Jika ingin mempertahankan posisi RF Group yang sekarang berada dalam urutan nomor satu, RF Group harus memiliki inovasi yang berbeda dan unik.“Bagaimana jika mengkombinasikannya saja? Contohnya seperti ... pelembab dan sunscreen. Maksudku, RF Group bisa meluncurkan produk pelembab yang mengandung SPF tinggi seperti halnya sunscreen.”“Menarik, tapi orang-orang mungkin akan malas menggunakan sunscreen karena produk itu.”“Tentu saja tidak. Jenis kulit setiap orang itu berbeda, jadi RF Group harus memiliki target mengenai usia berapa dan jenis kulit seperti apa yang bisa menggunakan produk tersebut.”“Ternyata kau sangat pintar dalam hal ini. Terima kasih karena telah membantuku, Viona. Aku sangat menghargai i
“Darah. Kau berdarah.”Viona menunjuk hidung Noah yang mengeluarkan darah. Sebenarnya Viona ingin mengambil tisu yang ada di tasnya untuk menyumbat hidung Noah yang mimisan, namun karena panik, dia tidak bisa berpikir rasional hingga bingung dan kehilangan kata-kata.Noah sontak menyeka hidungnya yang terasa dingin. Dia terkejut setelah melihat darah menempel di tangannya. Ini pertama kalinya hidung Noah mengeluarkan darah dan dia tidak tahu mengapa bisa seperti itu.“Tunggu sebentar, aku akan mengambil tisu untukmu,” ucap Viona sembari berlari kecil ke meja kerja Noah.Viona mengambil tas kecilnya dan segera memberikan beberapa lembar tisu untuk menyumbat hidung Noah. Sepertinya Noah terlalu lelah bekerja dan kurang tidur. Pria itu bahkan sering bergadang saat menjaga Viona di rumah sakit.“Apa aku akan mati?”“Jangan berlebihan. Kau tidak akan mati jika hanya mengeluarkan darah sebegitu.”Lagi pula, Viona tidak akan membiarkan Noah mati semudah itu
“Tidak! Aku bisa melakukannya, Noah. Aku hanya sedikit gugup tadi.”“Jangan keras kepala. Cepatlah bertukar posisi denganku.”Viona mengecup bibir Noah sekilas, lalu menatapnya sambil tersenyum.“Tetap tidak!” tolak Noah dengan tegas.Sejurus kemudian, Viona menghela napas dan pasrah menyerahkan kursi pengemudi yang didudukinya kepada Noah. Padahal dia ingin sekali mencoba mengemudikan sebuah mobil yang harganya sangat mahal dan tidak mungkin bisa Viona beli dengan uangnya sendiri. Namun, sepertinya ini bukan waktu yang tepat.“Jika kau sangat ingin mengemudikan mobil maka aku akan mengajarkanmu.”Noah mengatakan itu setelah melihat wajah Viona yang berubah menjadi murung. Tampaknya gadis itu sangat ingin mengemudi meskipun tidak bisa melakukannya.“Benarkah? Kalau begitu, kita bisa–““Tidak sekarang. Kita akan melakukannya lain kali.”Baru saja Viona merasa bahagia dan memiliki harapan besar, namun lagi-lagi Noah mematahkan semuanya dalam sekejap. Untuk saat ini, Viona akan melupakan
Viona akhirnya pergi ke dapur di lantai satu dan menuangkan air dari dalam teko ke dalam gelas. Untuk saat ini dia harus membuat Noah tertidur dan bergerak setelahnya. Sayang sekali karena dia tidak membawa obat tidur sekarang, jadi mungkin akan sedikit sulit untuk membuat Noah tertidur. “Noah, aku sudah membawakanmu air mi ... num.“ Perkataan Viona sempat terputus sejenak ketika melihat Noah yang ternyata sudah memejamkan mata. Pria itu sepertinya sangat kelelahan hingga langsung lelap begitu berbaring di ranjangnya. Menatap wajah damai Noah, Viona terkadang merasa bersalah karena harus memanfaatkan pria yang bahkan tidak bersalah sama sekali. Namun, apa daya, dendam yang sudah tertanam di hatinya membuatnya terpaksa melakukan ini meski pada akhirnya akan menyakiti pria itu. Tangan yang tadinya diam akhirnya dipakai Viona untuk mengusap lembut wajah Noah yang terlihat pucat. Lingkaran hitam di sekitar matanya masih belum hilang, namun tidak mengurangi paras tampan p
Viona melenguh pelan, mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih buram, lalu mengubah posisinya menjadi duduk.“Kau sudah bangun?”Bariton itu mengundang kepala Viona untuk menoleh. Dilihatnya Noah tengah duduk di sofa panjang sembari membaca buku. Pria itu kemudian tersenyum dan berjalan menghampiri Viona.“Jam berapa sekarang?” tanya Viona dengan suara parau ala bangun tidur“Jam lima sore.”Viona menutup wajahnya dengan kedua tangan. Sepertinya itu tertidur ketika Noah menarik dan mendekapnya dari belakang. Sejujurnya Viona merasa nyaman saat dipeluk dan tanpa sadar matanya pun menutup karena kenyamanan itu.“Aku lapar.”Tadi siang mereka tidak sempat makan siang karena Noah yang tiba-tiba mimisan. Ya, sayang sekali karena banyak makanan yang sudah dipesan, tetapi belum dicicipi barang sedikit pun. Mungkin saja semua makanan itu sudah ada di perut orang lain mengingat Viona menyuruh Bella untuk membagikannya.“Ingin makan bersama? Aku menunggumu