“Rencananya begitu, tapi semua proposal yang mereka buat tidak ada yang menarik perhatianku.”Serum, pelembab, sunscreen, bedak, dan lain-lain. Semua yang diajukan dalam proposal itu sudah banyak dipasarkan oleh RF Group dan perusahaan kosmetik lainnya. Jika ingin mempertahankan posisi RF Group yang sekarang berada dalam urutan nomor satu, RF Group harus memiliki inovasi yang berbeda dan unik.“Bagaimana jika mengkombinasikannya saja? Contohnya seperti ... pelembab dan sunscreen. Maksudku, RF Group bisa meluncurkan produk pelembab yang mengandung SPF tinggi seperti halnya sunscreen.”“Menarik, tapi orang-orang mungkin akan malas menggunakan sunscreen karena produk itu.”“Tentu saja tidak. Jenis kulit setiap orang itu berbeda, jadi RF Group harus memiliki target mengenai usia berapa dan jenis kulit seperti apa yang bisa menggunakan produk tersebut.”“Ternyata kau sangat pintar dalam hal ini. Terima kasih karena telah membantuku, Viona. Aku sangat menghargai i
“Darah. Kau berdarah.”Viona menunjuk hidung Noah yang mengeluarkan darah. Sebenarnya Viona ingin mengambil tisu yang ada di tasnya untuk menyumbat hidung Noah yang mimisan, namun karena panik, dia tidak bisa berpikir rasional hingga bingung dan kehilangan kata-kata.Noah sontak menyeka hidungnya yang terasa dingin. Dia terkejut setelah melihat darah menempel di tangannya. Ini pertama kalinya hidung Noah mengeluarkan darah dan dia tidak tahu mengapa bisa seperti itu.“Tunggu sebentar, aku akan mengambil tisu untukmu,” ucap Viona sembari berlari kecil ke meja kerja Noah.Viona mengambil tas kecilnya dan segera memberikan beberapa lembar tisu untuk menyumbat hidung Noah. Sepertinya Noah terlalu lelah bekerja dan kurang tidur. Pria itu bahkan sering bergadang saat menjaga Viona di rumah sakit.“Apa aku akan mati?”“Jangan berlebihan. Kau tidak akan mati jika hanya mengeluarkan darah sebegitu.”Lagi pula, Viona tidak akan membiarkan Noah mati semudah itu
“Tidak! Aku bisa melakukannya, Noah. Aku hanya sedikit gugup tadi.”“Jangan keras kepala. Cepatlah bertukar posisi denganku.”Viona mengecup bibir Noah sekilas, lalu menatapnya sambil tersenyum.“Tetap tidak!” tolak Noah dengan tegas.Sejurus kemudian, Viona menghela napas dan pasrah menyerahkan kursi pengemudi yang didudukinya kepada Noah. Padahal dia ingin sekali mencoba mengemudikan sebuah mobil yang harganya sangat mahal dan tidak mungkin bisa Viona beli dengan uangnya sendiri. Namun, sepertinya ini bukan waktu yang tepat.“Jika kau sangat ingin mengemudikan mobil maka aku akan mengajarkanmu.”Noah mengatakan itu setelah melihat wajah Viona yang berubah menjadi murung. Tampaknya gadis itu sangat ingin mengemudi meskipun tidak bisa melakukannya.“Benarkah? Kalau begitu, kita bisa–““Tidak sekarang. Kita akan melakukannya lain kali.”Baru saja Viona merasa bahagia dan memiliki harapan besar, namun lagi-lagi Noah mematahkan semuanya dalam sekejap. Untuk saat ini, Viona akan melupakan
Viona akhirnya pergi ke dapur di lantai satu dan menuangkan air dari dalam teko ke dalam gelas. Untuk saat ini dia harus membuat Noah tertidur dan bergerak setelahnya. Sayang sekali karena dia tidak membawa obat tidur sekarang, jadi mungkin akan sedikit sulit untuk membuat Noah tertidur. “Noah, aku sudah membawakanmu air mi ... num.“ Perkataan Viona sempat terputus sejenak ketika melihat Noah yang ternyata sudah memejamkan mata. Pria itu sepertinya sangat kelelahan hingga langsung lelap begitu berbaring di ranjangnya. Menatap wajah damai Noah, Viona terkadang merasa bersalah karena harus memanfaatkan pria yang bahkan tidak bersalah sama sekali. Namun, apa daya, dendam yang sudah tertanam di hatinya membuatnya terpaksa melakukan ini meski pada akhirnya akan menyakiti pria itu. Tangan yang tadinya diam akhirnya dipakai Viona untuk mengusap lembut wajah Noah yang terlihat pucat. Lingkaran hitam di sekitar matanya masih belum hilang, namun tidak mengurangi paras tampan p
Viona melenguh pelan, mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih buram, lalu mengubah posisinya menjadi duduk.“Kau sudah bangun?”Bariton itu mengundang kepala Viona untuk menoleh. Dilihatnya Noah tengah duduk di sofa panjang sembari membaca buku. Pria itu kemudian tersenyum dan berjalan menghampiri Viona.“Jam berapa sekarang?” tanya Viona dengan suara parau ala bangun tidur“Jam lima sore.”Viona menutup wajahnya dengan kedua tangan. Sepertinya itu tertidur ketika Noah menarik dan mendekapnya dari belakang. Sejujurnya Viona merasa nyaman saat dipeluk dan tanpa sadar matanya pun menutup karena kenyamanan itu.“Aku lapar.”Tadi siang mereka tidak sempat makan siang karena Noah yang tiba-tiba mimisan. Ya, sayang sekali karena banyak makanan yang sudah dipesan, tetapi belum dicicipi barang sedikit pun. Mungkin saja semua makanan itu sudah ada di perut orang lain mengingat Viona menyuruh Bella untuk membagikannya.“Ingin makan bersama? Aku menunggumu
Pagi-pagi sekali, Viona mengunjungi rumah sakit untuk menganalisis obat yang dia ambil di kamar Daniel. Hasilnya akan keluar dalam dua hari dan Viona sangat tidak sabar dengan hal itu.“Viona? Apa itu kau?”Merasa terpanggil, refleks kepala Viona pun menoleh pada asal suara. Di hadapannya sekarang ada seorang gadis berambut keriting dengan kulit berwarna hitam tengah tersenyum padanya. Gadis itu adalah teman sekolah Viona di SMA.“Debi? Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?”“Aku baik. Wow! Kau masih saja cantik, Viona. Tidak heran jika banyak pria yang mengincarmu dulu.”Saat SMA, Viona adalah primadona sekolah dan sangat sering mendapat pernyataan cinta dari para pria. Viona memang dipuja oleh para pria, namun dia dibenci oleh para gadis di sekolahnya. Itulah mengapa dia tidak memiliki teman satu pun dan hanya Debi yang memperlakukannya dengan baik.“Omong-omong, mengapa kau ada di rumah sakit?”“Ah, itu ... aku bekerja sebagai a
Viona berlari kecil menuju restoran cepat saji yang tertera di pesan yang dia terima. Kakinya melangkah masuk dan netranya mencari sosok Daniel yang kemungkinan sudah menunggu kedatangannya.Menyimpan tas kecilnya di samping kursi, Viona duduk di kursi yang berhadapan dengan Daniel. Sedikit tidak nyaman untuknya bertemu dengan pria yang dibencinya secara pribadi. Namun, Viona tidak bisa menolak ajakan Daniel begitu saja. Apalagi statusnya sekarang adalah kekasih Noah.“Maaf, apa Paman menunggu lama?”Viona beruntung karena syutingnya sudah selesai dan dia bisa segera pergi menemui Daniel. Sejujurnya Viona penasaran, mengapa Daniel mengajaknya makan siang bersama? Lalu ingatannya mengenai kejadian kemarin pun muncul. Kejadian saat dia masuk ke kamar Daniel dan Demian memergokinya.‘Apa Demian mengadukan kejadian kemarin?’ batin Viona khawatir.Daniel tersenyum ke arah Viona. Terakhir dia bertemu dengan gadis itu adalah s
Setelah melihat kepergian Daniel dan Demian, Viona pun memilih pergi meninggalkan restoran. Tidak ada alasan lagi untuknya tetap di sana. Sebab, orang yang mengajaknya bertemu dan makan siang sudah pergi terlebih dahulu.Kaki-kaki jenjang itu melangkah dengan pelan, menyusuri setiap jalanan yang sibuk dengan banyak orang lalu-lalang. Kepalanya menunduk, tetapi sesekali dia menggunakan matanya menyapu setiap sudut kota yang ramai.Seketika langkahnya terhenti, di samping sebuah gang gelap dan sepi, tempat kotor yang ditinggalkan dan tak pernah tersentuh. Dulu, dia pernah berada di sana. Meringkuk dalam diam, menahan haus dan lapar, serta berlindung dari seseorang yang mungkin sedang mencarinya.Tanpa sadar dia tertawa, mengingat betapa malang nasibnya dulu hingga sempat berpikir untuk mati menyusul sang ibu. Miris.“Ah, aku benci mengingat ini.”Setelah mengatakan itu, Viona kembali berjalan, meninggalkan gang gelap dan penuh memori buruk tersebut. Dia kemudian berhent