Share

Bab 2

Author: Yessa
"Nggak. Bersedia!" Clarin segera berkata, "Nggak. Aku bilang aku bersedia. Ayo, pergi ke kantor catatan sipil!"

Karena takut pria itu berubah pikiran, Clarin segera menarik pria itu keluar.

Setengah jam kemudian.

Clarin dan pria itu keluar dari kantor catatan sipil.

"Carles… " Clarin bergumam ketika membaca nama yang tertulis pada akta nikah. Dia mengerutkan alis dan bergumam, "33 tahun. Agak tua. Berdasarkan penelitian, setelah berumur 35 tahun, keinginan seksual pria menurun … "

Carles Lowui bertanya dengan nada dingin, "Clarin, kamu bilang apa?"

"Hah?"

Clarin terkejut dan mengangkat kepala, beradu pandang dengan tatapan Carles yang dingin. Clarin pun tersadar bahwa dia tanpa sengaja mengatakan isi pikirannya!

"Aku … Oh, iya! Ah! Mahar. Aku lupa membicarakannya denganmu." Clarin menelan ludah dan segera mengalihkan topik pembicaraan.

"Kamu mau berapa?" Carles bertanya dengan dingin. Clarin berpikir sejenak, lalu mengangkat empat jarinya dengan ragu-ragu.

"400 miliar?" Carles menebak dengan tegas.

Clarin menggelengkan kepala. "Bukan. Bukan."

"Berapa? Katakan." Carles tidak sabar untuk menebak lagi.

"400 juta, boleh, nggak?" Clarin menundukkan kepalanya saat bertanya.

Clarin tidak tahu bagaimana kondisi ekonomi Carles.

Mahar sejumlah 400 juta tidak terlalu banyak.

Carles terdiam.

Melihat Carles tidak bicara, Clarin mengira jumlahnya terlalu besar. Dia pun mengurangi jumlah.

"Gimana kalau 200 juta?"

"Nomor rekening." Carles bertanya dengan nada dingin.

Clarin sangat antusias hingga panik. Dia mengeluarkan kartu bank dari tasnya dan memberikannya pada Carles.

Carles mengeluarkan ponsel, memfoto kartu bank, dan mengirimkannya pada sekretarisnya …

Tidak lama kemudian, Clarin menerima pesan dari bank.

400 juta!

Biaya pengobatan ayahnya bisa dibayar!

Clarin terharu hingga menangis bahagia. "Terima kasih. Carles … "

Sebelum menyelesaikan perkataannya, layar ponselnya menampilkan panggilan masuk dari Susan.

Clarin berkata pada Carles, "Maaf!"

Kemudian mengangkat telepon.

"Bibi … "

"Clarin, kamu di mana? Kenapa nggak datang buat kencan buta?" Susan menegur dengan marah.

Clarin tertegun dan menjawab, "Bibi, aku pergi ke Kafe Kenangan tadi dan sudah buat akta nikah dengan beliau."

"Carlos Sudirjo, Pak Carlos bahkan nggak melihatmu. Kamu buat akta nikah sama siapa?" Susan menegur dengan marah.

"Hah?" Clarin terkejut dan seluruh tubuhnya menegang. "Dia, dia bukan Carlos Sudirjo … "

Susan sangat marah hingga hampir muntah darah!

"Aku benar-benar hampir mati karenamu. Clarin. Segera cerai dengan pria itu, lalu pergi ke Kafe Kenangan dan kencan buta dengan Pak Carlos!"

Tut … Clarin melihat panggilannya terputus. Dia pun menatap Carles.

"Em… Aku salah mengenali orang. Kamu bukan orang yang harusnya menikah denganku. Apa boleh kita kembali ke kantor catatan sipil dan urus perceraian?"

"Apa? Katakan lagi."

Carles mengerutkan keningnya. Suhu di sekitar mereka turun drastis.

"Aku … "

Firasat Clarin mengatakan bahwa apabila dia mengatakan kata 'cerai' sekali lagi, dia akan dihabisi di tempat.

Clarin menggigit bibirnya, meneguhkan hati, dan berpikir dalam hati, 'Sudahlah. Menikah dengan siapa saja nggak ada bedanya.'

Hal yang paling penting adalah Clarin sudah mendapatkan uangnya.

"Apa 400 juta itu untukku?" Clarin memastikan sekali lagi.

Carles menekan bibir tipisnya. "Iya."

Saat itu, ponsel Clarin berdering lagi.

Telepon dari ibunya.

"Bu … "

"Clarin, sudah dapat pinjaman?" Suara Kirana Firhan terdengar sangat lelah.

Clarin pun teringat akan biaya pengobatan ayahnya yang hanya cukup sampai kemarin.

Apabila tidak diperpanjang, rumah sakit akan memberhentikan pengobatan.

Ketika teringat akan hal ini, Clarin pun berkata, "Bu, aku sudah dapat uangnya. Aku akan pergi menemuimu sekarang juga!"

Carles berdiri di tempat dan menatap istri yang baru dia nikahi …

Sudah kabur.

Rumah sakit.

Clarin berlari ke loket pembayaran dan langsung menyerangkan uang sejumlah 200 juta, lalu menyisakan 200 juta lagi.

Kemudian Clarin pergi mencari ibunya.

"Clarin … "

"Bu, Ibu nggak perlu khawatir. Aku sudah bayar biaya pengobatan Ayah untuk sementara." Clarin memegang tangan ibunya dan menenangkannya.

"Benarkah?" Kirana tidak mempercayai hal ini. "Apa pamanmu mau meminjamkan uang?"

"Bukan pinjam dari paman. Aku … pinjam sama pacarku."

Clarin berbohong pada ibunya.

Apabila ibunya tahu bahwa Clarin menikah kilat dengan orang asing demi biaya pengobatan ayahnya, ibunya pasti akan sangat terpukul.

Jadi, Clarin berkata bahwa itu adalah pacarnya.

Setelah semuanya lebih stabil, Clarin baru akan memberi tahu ibunya bahwa mereka sudah mengurus akta nikah.

“Clarin, sejak kapan kamu punya pacar? Kenapa aku nggak tahu?" Kirana sangat terkejut.

"Sudah pacaran beberapa bulan. Nggak kasih tahu Ibu sama Ayah karena saat itu baru pacaran. Aku pikir, tunggu sampai perasaan kami stabil baru beri tahu kalian."

Clarin menahan rasa bersalah dan melanjutkan kebohongannya.

"Kamu pinjam berapa banyak dari pacarmu?" Kirana bertanya lagi.

"200 juta … "

"Banyak banget!"

"Dia bilang kalau nggak cukup boleh pinjam lagi."

Clarin menyiapkan alasan agar ketika membayar lagi nanti dia tidak perlu menjelaskan.

Biaya pengobatan suaminya sudah teratasi. Kirana merasa lega untuk sementara.

Kemudian, Kirana bertanya, "Clarin, kamu sudah tulis surat utang ke pacarmu?"

"Nggak," kata Clarin sambil menggelengkan kepala.

Karena uang itu bukan pinjaman, tentu saja tidak menulis surat utang.

Kirana berkata dengan serius, "Nanti ingat ya, tulis surat utang sama pacarmu. Pacarmu orang baik, dia bersedia meminjamkan uang kepada kita, bahkan nggak minta kita tulis surat utang. Tapi karena kita sudah pinjam, tetap harus ditulis. Ini menunjukkan itikad dan kesungguhan kita untuk membayar, biar dia tenang!"

Clarin mengangguk. "Aku tahu, Bu."

Kirana berkata lagi, "Tanyakan kapan pacarmu ada waktu. Traktir dia makan di rumah kita sebagai ungkapan terima kasih karena bersedia meminjamkan uang buat kita."

"Oke. Nanti aku tanya dia."

Clarin baru teringat bahwa dia sama sekali tidak memiliki nomor telepon Carles dan tidak tahu dia tinggal di mana.

Setelah mengambil mahar sejumlah 400 juta, Clarin lari begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Apa Carles akan merasa tertipu dan melaporkan Clarin sebagai penipu?

Setelah memikirkan hal ini, Clarin pun segera berkata, "Bu. Sudah dulu ya. Aku kerja paruh waktu dulu."

Clarin ingin segera kembali ke kantor catatan sipil dan melihat apakah Carles menunggunya di sana.

"Ibu antar kamu sampai lantai bawah." Kirana ingin berbicara lebih lama dengan putrinya.

Sambil berjalan, Kirana berkata dengan penuh perhatian, "Clarin, ingat makan tepat waktu. Kalau lelah, istirahatlah sebenar. Oke?"

Sejak Barry Gunardi kecelakaan dan masuk ICU, uang habis bagaikan air mengalir.

Nasib sial datang bertubi-tubi.

Karena kondisi industri sedang tidak baik, ketika bekerja, Kirana yang melakukan kesalahan kecil yang tidak penting, malah dijadikan alasan untuk memecatnya.

Semua beban keluarga pun jatuh ke pundak Clarin …

Clarin bekerja dari senin sampai jumat, setelah selesai bekerja, dia langsung melanjutkan pekerjaan paruh waktu sebagai kurir makanan. Akhir pekan pun dia tidak berani beristirahat.

"Bu, aku tahu." Clarin mengangguk.

"Ah. Entah kapan ayahmu bisa sadar." Kirana menghela napas dengan khawatir dan menggertakkan gigi kesal. "Pelaku kecelakaan itu memang bajingan! Dia tabrak ayahmu lalu kabur. Dia bahkan nggak telepon ambulans. Kalau ayahmu dapat pertolongan tepat waktu, kondisinya nggak akan separah ini."

Clarin menenangkan ibunya, "Bu. Kita nggak punya tenaga untuk mengejar pelaku. Ibu jangan pikirkan hal itu supaya nggak jadi beban pikiran, nanti perasaan Ibu tambah sakit."

Keluarga mereka adalah orang biasa. Tidak memiliki kemampuan untuk menyelidiki pelaku kecelakaan. Hanya bisa menyerahkan pada polisi.

Sekarang, Clarin cuma berharap ayahnya bisa segera sadar.

Clarin menggenggam lengan ibunya dan melangkah keluar dari rumah sakit …

Beberapa meter di hadapan mereka, seorang pria dengan tubuh tinggi tegap berdiri di depan sebuah sedan hitam.

Itu Carles!

Gimana Carles bisa menemukan tempat ini?!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 50

    Melihat Clarin diam tak menjawab, Carles memerintah dengan tegas. “Jawab!”“Aku… aku takut bikin kamu tambah marah.”Clarin menggeleng, lalu buru-buru menyendok nasi dan menyumpal penuh dua pipinya sampai membengkak seperti hamster kecil.Carles dibuat tertawa oleh ulahnya ini.“Kalau begitu, jangan bicara hal yang bikin aku marah.”“Cepat makan dulu, Pak Carles. Nanti kalau dingin rasanya nggak enak.” Clarin segera lempar topik.Carles tidak mengatakan apa-apa lagi. Ekspresinya tampak seperti sedang memikirkan sesuatu.Selesai makan, Clarin bergegas untuk bayar.Begitu keluar restoran, dia berkata dengan ragu, “Kalau begitu, kita balik masing-masing?”Rencana awalnya memang cuma mentraktir Carles makan.Carles tiba-tiba menangkap pergelangan tangannya. “Temani aku tidur.” Lalu menambahkan, “Cuma tidur. Aku sudah nggak tidur selama beberapa hari.”“Oh… ” Clarin hanya bisa mengangguk pelan. Wajah merona merah.Kemudian, Carles membawanya ke hotel bintang lima terdekat.Sementara itu, di

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 49

    Clarin buru-buru menjamin, “Jangan… jangan salah paham. Aku sudah menikah denganmu. Walaupun kamu nggak sekaya Steven, bagiku kamu jauh lebih baik darinya. Aku nggak mungkin mau bersama Steven.”“Sekarang kamu sudah menikah, jadi tidak bisa bersamanya. Tapi kalau kamu belum menikah… ”Carles mendengus.“Sekalipun aku belum menikah, aku nggak akan pernah suka pada orang seperti Steven. Dia arogan, galak, dan tidak berakhlak. Aku bahkan merasa malu berdiri di sampingnya,” bantah Clarin tegas.Kemudian, dia mencondongkan tubuh sedikit, menatap Carles lekat-lekat.“Sepertinya Pak Carles cemburu?” Clarin pura-pura meneliti. “Apa yang mau kamu tanyakan padaku?” Carles ganti topik dengan ekspresi datar.“Orang yang memiliki perjanjian pernikahan dengan Steven sebenarnya adalah aku. Tapi, Keluarga Gunardi mengambil alih liontin giokku untuk mengklaim perjanjian pernikahan itu. Menurutmu, apakah aku perlu pergi ke keluarganya Steven dan memberi tahu mereka tentang kebohongan Paman Ronald?” tan

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 48

    “Paman Carles… ”Tatapan Belinda tiba-tiba berubah tajam, seolah menyadari suatu rahasia yang sangat besar.Dia menatap Clarin penuh keterkejutan.“Jangan-jangan dia adalah… ”Nyonya Lowui yang misterius itu?Belum sempat pikirannya menguat, Belinda langsung menepis dugaan itu sendiri.Kalau Clarin benar-benar Nyonya Lowui, dia seharusnya diiringi pengawal dan diantar dengan mobil mewah. Bagaimana mungkin dia masih naik motor listrik butut begitu?“Clarin, tadi mobilku yang nggak sengaja menabrak kamu. Maaf!” Steven buru-buru minta maaf. Wajahnya penuh kebengisan.Belinda tidak tahu apa yang terjadi, tapi karena Steven mendadak bersikap begitu, dia pun ikut-ikutan pakai ekspresi menyesal.“Kak Clarin, maaf. Tadi aku terlalu terbawa emosi.”Clarin bingung dan penuh curiga, spontan mundur satu langkah. “Kalian… ”“Oh ya!” Steven segera mengeluarkan dompet, lalu memberikan semua uang tunai yang dimilikinya kepada Clarin.“Ini kompensasi karena sudah membuatmu kaget.”Belinda juga cepat-ce

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 47

    “Iya.” Clarin mengangguk, lalu bertanya pelan, “Pak Carles, apakah kamu sudah ada janjian makan siang?”“Belum.”“Kalau begitu, biar aku yang traktir sebagai ucapan terima kasih karena kamu sudah merekomendasikan aku ke Pak Jordan sehingga aku bisa dapat pekerjaan paruh waktu ini.”“Boleh.”Carles langsung setuju.Clarin segera mengirimkan alamat restoran, lalu mengambil motor listriknya dan berangkat lebih dulu.Saat Clarin hampir tiba di restoran, sebuah mobil mewah melaju dari arah berlawanan.Begitu mendekat, mobil itu sengaja membanting setir ke arah Clarin!Clarin refleks menghindar. Tubuhnya dan motor listrik langsung terhempas jatuh ke jalan.Mobil berhenti. Belinda dan Steven turun dengan ekspresi penuh amarah.“Clarin! Kamu buta?!” bentak Steven dengan kasar.Belinda berpura-pura melihat bagian depan mobil, lalu menghampiri Clarin dan langsung menarik lengannya. “Clarin, motor listrikmu yang jelek ini menggores mobil baru Steven! Bayar ganti rugi!”“Jelas-jelas kalian yang se

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 46

    “Standar Grup Lowui memang tinggi. Tapi kamu bahkan belum mencoba, kenapa langsung menyimpulkan kamu nggak sanggup? Jangan merendahkan diri sendiri.”Nada suara Carles dingin, terdengar jelas ketidaksenangannya.Clarin langsung diam seperti murid SD yang baru dimarahi wali kelas. Tak berani membantah.Carles melanjutkan dengan tegas, “Aku akan minta temanku menghubungimu. Gunakan akhir pekan ini untuk tes kerja.”“Baik, aku coba,” jawab Clarin pelan.Carles sekadar mengiyakannya, lalu bersiap menutup telepon.“Oh, iya!” Clarin buru-buru menambahkan, “Pak Carles, jangan lupa minum sup herbalnya.”Carles terdiam.Tanpa sepatah kata, telepon ditutup.Tak lama setelah itu, Clarin mendapat telepon dari Jordan.Mereka berbicara sebentar, lalu membahas soal gaji. Jordan juga mengirimkan dokumen berisi detail pekerjaan. Akhirnya, satu tugas diberikan pada Clarin sebagai tes awal kemampuan.Demi bisa lolos, Clarin mengerjakannya dengan sangat serius.Larut malam.Kirana berjalan ke depan kamar

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 45

    “Nenek memang sudah tua, tapi pikirannya sangat jernih. Dia nggak mungkin salah kasih,” jawab Carles dengan yakin.Kalau saja dia tidak sedang menyembunyikan identitas aslinya, pemberian dari nenek untuk Clarin pasti akan lebih besar. Mungkin sepuluh kali, bahkan seratus kali lipat.Clarin menjawab pelan, “Oh… ”“Hm.”Hening beberapa detik, Clarin berkata, “Kalau begitu, aku lanjut kerja dulu.”“Kerja apa?” tanya Carles.“Antar pesanan. Minggu depan ayahku akan menjalani operasi. Terima kasih sudah bantu datangkan tim Dokter Alex dan menalangi biayanya. Setelah ayah sadar nanti, akan ada banyak biaya lanjutan. Jangan salah paham, aku sama sekali tidak bermaksud minta dari kamu. Aku cuma mau bilang, uang darimu akan aku cicil dan kembalikan suatu hari nanti,” tutur Clarin.“Kita sudah nikah. Kamu nggak perlu membeda-bedakan uangku dan uangmu.” Suara Carles terdengar dingin dan tidak senang.Baginya, uang yang dikeluarkannya benar-benar tak ada apa-apanya.“Setelah bertemu Nenek hari ini

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status