Share

Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati
Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati
Author: Yessa

Bab 1

Author: Yessa
Di ruang tamu Keluarga Gunardi yang megah dan mewah.

"Paman, aku mau pinjam 200 juta … "

Clarin Gunardi menggigit bibirnya dan memberanikan diri untuk berkata.

Sebulan sebelumnya, ayah Clarin mengalami kecelakaan ketika dalam perjalanan menuju kantor. Setelah diselamatkan, ayahnya dirawat di ICU.

Namun, si pengemudi melarikan diri tanpa jejak.

Demi menutupi biaya pengobatan yang sangat besar, setelah Clarin dan ibunya berunding, mereka terpaksa menjual rumah yang masih dalam masa kredit dengan harga di bawah pasaran.

Namun, perawatan di ICU sangat menguras uang. Baru setengah bulan saja, uang sudah habis.

"Tunggu!" Paman Clarin, Ronald Gunardi pura-pura terkejut. "Clarin, beberapa hari lalu kamu baru pinjam 100 juta dari keluarga kami. Masa habis secepat itu?"

Seminggu yang lalu, saat Clarin datang meminjam uang, Bibinya entah kenapa malah terpikat pada liontin giok Clarin.

Bibinya menawarkan harga 100 juta. Demi menyelamatkan ayahnya, Clarin tidak punya pilihan selain menjual liontin itu kepada mereka.

Clarin menjelaskan, "ICU butuh biaya 16-18 juta sehari. 100 juta cuma cukup buat satu minggu."

"Clarin, perusahaan Paman akhir-akhir ini sedang mengalami kesulitan keuangan … "

Ronald berpura-pura menghela napas berat dan bersikap seolah-olah ingin membantu, tetapi tak berdaya.

Sebenarnya, di dalam hatinya, Ronald berharap kakaknya meninggal di rumah sakit.

Karena orang yang menabrak ayah Clarin dan melarikan diri adalah Ronald.

"Paman adalah salah satu pengusaha terkenal di Kota A. Lagi pula, kemarin aku lihat Belinda memamerkan tas Hermes barunya di media sosial … "

Belinda adalah sepupu Clarin.

Keluarga Gunardi adalah keluarga yang kaya raya.

Ayah Clarin adalah anak kakek, Kevin Gunardi dan istri pertama kakeknya.

Namun, seperti pepatah mengatakan setelah memiliki ibu tiri, maka ayah pun akan berubah.

Setelah istri pertamanya meninggal, Kevin yang meraih kesuksesan dengan bekerja keras menikahi cinta pertamanya. Dari pernikahan itu lahirlah Ronald.

Setelah ayah Clarin menikah, Kevin mengusulkan untuk membagi keluarga dan bahkan tidak memberikan harta sepeser pun pada ayah Clarin.

Seluruh kekayaan Keluarga Gunardi malah diwariskan kepada Ronald.

Saat kebohongan Ronald terbongkar, Ronald pun marah. "Emang kenapa kalau Belinda beli tas baru? Punya uang nggak berarti harus dipinjamkan ke kamu, 'kan?"

Clarin tahu betul bahwa meminjam itu karena budi, tidak meminjam itu wajar.

Namun, Clarin tidak mungkin menyerah menyelamatkan nyawa ayahnya.

Clarin melangkah maju, menggenggam lengan Ronald erat-erat, dan memohon, "Paman, tolong … "

"Ayahmu masih koma di ICU. Biaya pengobatan rumah sakitnya bagaikan lubang tak berdasar. Kalau aku pinjamkan uang ke kamu, sama saja dengan melempar daging ke binatang. Aku nggak akan kasih pinjam!"

Ronald mendengus dingin, lalu mengentakkan tangannya dengan sekuat tenaga untuk menepis Clarin.

"Ah!"

Clarin tidak bisa menopang dirinya. Dia terjatuh ke lantai. Pinggangnya membentur ujung meja. Rasa sakit yang luar biasa membuat wajahnya langsung pucat, keringat dingin membasahi pelipisnya. Tubuhnya gemetar dan tidak mampu berdiri.

"Clarin, bi baru ingat bahwa usiamu sudah cukup untuk menikah. Kebetulan Bibi kenal beberapa pria kaya raya." Dalam tatapan Susan Limbardi yang berkilauan terdapat niat jahat. "Kalau kamu mau menikah dengan salah satu dari mereka, biaya pengobatan ayahmu bukan masalah."

Clarin terpaku, lalu mengangkat kepalanya, dan menatap Susan.

Clarin baru berusia 23 tahun dan belum pernah jatuh cinta. Dia bahkan belum pernah memikirkan pernikahan.

"Kak Clarin, kamu mau selamatkan Paman, 'kan?" Belinda bertanya dengan lembut, tetapi kalimatnya benar-benar menusuk.

Clarin mengepalkan kedua tangannya yang ada di lantai hingga buku jarinya memutih.

Setelah pergolakan di dalam batinnya …

Clarin memutuskan untuk menikah demi biaya pengobatan ayahnya!

"Kalau gitu mohon bantuan Bibi."

"Oke. Kamu pulang dan tunggu kabar." Susan melambaikan tangan seolah semuanya sudah selesai.

Clarin berusaha bangkit berdiri sambil menahan rasa sakit di pinggangnya. Dia berjalan keluar dari Keluarga Gunardi dengan tertatih-tatih.

Belinda menatap ibunya dengan penasaran.

"Bu, orang seperti apa yang mau ibu jodohkan dengan Clarin?"

"Carlos Sudirjo." Susan menyebutkan sebuah nama.

Carlos sebenarnya sudah sejak lama menyukai Clarin.

Susan tahu betul bahwa Clarin sedang memerlukan uang.

Susan juga sudah berunding dengan Carlos, asalkan Clarin dan Carlos menikah, Susan akan mendapatkan uang sebesar 20 miliar sebagai uang perjodohan!

Belinda terkejut. "Dia … Usianya hampir 50 tahun. Lagi pula, bukankah dia baru saja memukul istrinya hingga meninggal?"

Pria itu memang brutal. Setelah memukul istrinya hingga tewas, keluarga istrinya datang menuntut, tetapi setelah mendapat uang dalam jumlah besar, keluarga istrinya pun tutup mulut.

Menyuruh Clarin menikah dengan Carlos?

Entah berapa lama Clarin yang kurus dan lemah dapat bertahan di tangan Carlos.

"Pelankan suaramu!"

Susan menoleh ke arah pintu dengan panik. Dia pun memastikan bahwa Clarin sudah pergi jauh dan tidak mungkin mendengar percakapan mereka …

...

Malam hari.

Saat sedang mengantar pesanan makanan dengan motor listriknya, Clarin menerima telepon dari Bibinya, Susan.

Susan memberi tahu Clarin, "Clarin, besok pagi jam setengah 11, Pak Carlos mengajakmu bertemu di Kafe Kenangan, meja nomor 017. Jangan terlambat!"

Clarin sedang mengantar pesanan makanan dengan motor listriknya dan angin berembus dengan kencang.

"Oke, Bi."

"Besok berdandanlah yang cantik. Jangan lupa bawa kartu keluarga, oke? Setelah mendapatkan akta nikah, ayahmu bisa diselamatkan!"

Setelah mengatakan itu, Susan langsung menutup telepon.

Clarin terus mengantar pesanan makanan hingga pukul dua dini hari. Dia pun mendorong motor listriknya yang kehabisan baterai dan pulang ke rumah …

...

Keesokan harinya.

Clarin bangun lebih awal untuk bersiap-siap.

Seluruh tabungannya sudah habis untuk biaya rumah sakit, bahkan kosmetik yang dia miliki sudah dijual dengan harga murah, hanya tersisa sebuah lipstik.

Clarin mengoleskan lipstik dan mengenakan gaun baru yang merupakan hadiah ulang tahun dari ayahnya. Gaun itu harganya 8 juta lebih, hasil kerja ayahnya selama setengah bulan.

Setelah berdandan, Clarin menyalakan motor listriknya yang sudah terisi penuh, dan pergi ke Kafe Kenangan.

Ketika tiba di Kafe Kenangan, waktu sudah menunjukkan pukul 10:25.

Kafe mewah itu sangat luas. Clarin langsung bertanya pada pelayan kafe itu.

"Permisi, meja nomor 017 di mana?"

"Di sana," jawab pelayan sambil menunjuk ke arah sudut ruangan.

Clarin melihat ke arah itu, meja 017 kosong. Apa mungkin Clarin salah dengar?

Clarin melihat seorang pria yang mengenakan jas duduk di meja 077.

Clarin melihat waktu sudah hampir menunjukkan pukul 10:30.

Clarin mengerutkan kening. Kemarin malam Bibi sepertinya bilang meja nomor 077, 'kan? Angin semalam kencang sekali, mungkin Clarin salah dengar jadi 017.

Setelah berpikir seperti ini, Clarin menarik napas, lalu berjalan mendekat. "Permisi, apa Anda Pak Carlos?"

"Iya." Pria itu berkata dengan nada dingin dan mengangkat kepala.

Gadis yang ada di hadapannya tampak sangat muda. Rambut hitam yang bergelombang terurai begitu saja bagaikan kuas bertinta. Wajahnya sangat mungil, begitu halus, dan tidak ada kerutan. Kulitnya bagaikan porselen. Bibirnya yang mengenakan lipstik berwarna merah muda tampak manis dan menggoda.

Clarin terpaku begitu melihat wajah pria itu.

Di dunia ini, bagaimana mungkin ada pria yang begitu tampan?

Rambut pria itu disisir ke belakang dengan belahan samping yang jelas, menonjolkan garis wajah yang halus dan tegas. Hidungnya mancung, bibirnya tertutup rapat, alisnya tajam, dan tatapan matanya dingin serta gelap.

Wajahnya sempurna tak bercela, memancarkan aura yang membuat segalanya seakan tunduk di hadapannya.

"Ada urusan apa?"

Pria itu akhirnya berkata dengan nada dingin.

Clarin segera tersadar dan duduk di hadapannya. "Halo, Pak Carlos. Aku Clarin. Aku juga sudah bawa kartu keluarga. Kalau Anda puas sama aku, kita bisa langsung ke kantor catatan sipil untuk menikah sekarang juga."

Clarin tidak tahu apakah pria itu puas dengannya atau tidak.

Yang penting, Clarin sangat puas dengan pria yang ada di hadapannya!

Hari ini hari Sabtu, kantor catatan sipil buka setengah hari, jadi masih bisa mendaftarkan pernikahan.

Si pria itu tahu bahwa gadis yang ada di depannya salah orang.

Namun, entah mengapa, seulas senyum tipis dan sulit ditebak muncul di sudut bibirnya, seolah-olah baru saja terpikir sesuatu yang menarik.

"Ayo, pergi."

Pria itu pun berdiri dari sofa.

"Hah? Pergi ke mana?" Clarin masih belum tersadar dan bertanya dengan bingung.

"Kantor catatan sipil." Pria itu menjawab dengan singkat.

"Ini … Ini terlalu cepat. Langsung setuju?"

Clarin menatap dengan tidak percaya.

Pria itu mengerutkan keningnya dan menatap dengan tatapan dingin. "Nggak mau?"
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 50

    Melihat Clarin diam tak menjawab, Carles memerintah dengan tegas. “Jawab!”“Aku… aku takut bikin kamu tambah marah.”Clarin menggeleng, lalu buru-buru menyendok nasi dan menyumpal penuh dua pipinya sampai membengkak seperti hamster kecil.Carles dibuat tertawa oleh ulahnya ini.“Kalau begitu, jangan bicara hal yang bikin aku marah.”“Cepat makan dulu, Pak Carles. Nanti kalau dingin rasanya nggak enak.” Clarin segera lempar topik.Carles tidak mengatakan apa-apa lagi. Ekspresinya tampak seperti sedang memikirkan sesuatu.Selesai makan, Clarin bergegas untuk bayar.Begitu keluar restoran, dia berkata dengan ragu, “Kalau begitu, kita balik masing-masing?”Rencana awalnya memang cuma mentraktir Carles makan.Carles tiba-tiba menangkap pergelangan tangannya. “Temani aku tidur.” Lalu menambahkan, “Cuma tidur. Aku sudah nggak tidur selama beberapa hari.”“Oh… ” Clarin hanya bisa mengangguk pelan. Wajah merona merah.Kemudian, Carles membawanya ke hotel bintang lima terdekat.Sementara itu, di

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 49

    Clarin buru-buru menjamin, “Jangan… jangan salah paham. Aku sudah menikah denganmu. Walaupun kamu nggak sekaya Steven, bagiku kamu jauh lebih baik darinya. Aku nggak mungkin mau bersama Steven.”“Sekarang kamu sudah menikah, jadi tidak bisa bersamanya. Tapi kalau kamu belum menikah… ”Carles mendengus.“Sekalipun aku belum menikah, aku nggak akan pernah suka pada orang seperti Steven. Dia arogan, galak, dan tidak berakhlak. Aku bahkan merasa malu berdiri di sampingnya,” bantah Clarin tegas.Kemudian, dia mencondongkan tubuh sedikit, menatap Carles lekat-lekat.“Sepertinya Pak Carles cemburu?” Clarin pura-pura meneliti. “Apa yang mau kamu tanyakan padaku?” Carles ganti topik dengan ekspresi datar.“Orang yang memiliki perjanjian pernikahan dengan Steven sebenarnya adalah aku. Tapi, Keluarga Gunardi mengambil alih liontin giokku untuk mengklaim perjanjian pernikahan itu. Menurutmu, apakah aku perlu pergi ke keluarganya Steven dan memberi tahu mereka tentang kebohongan Paman Ronald?” tan

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 48

    “Paman Carles… ”Tatapan Belinda tiba-tiba berubah tajam, seolah menyadari suatu rahasia yang sangat besar.Dia menatap Clarin penuh keterkejutan.“Jangan-jangan dia adalah… ”Nyonya Lowui yang misterius itu?Belum sempat pikirannya menguat, Belinda langsung menepis dugaan itu sendiri.Kalau Clarin benar-benar Nyonya Lowui, dia seharusnya diiringi pengawal dan diantar dengan mobil mewah. Bagaimana mungkin dia masih naik motor listrik butut begitu?“Clarin, tadi mobilku yang nggak sengaja menabrak kamu. Maaf!” Steven buru-buru minta maaf. Wajahnya penuh kebengisan.Belinda tidak tahu apa yang terjadi, tapi karena Steven mendadak bersikap begitu, dia pun ikut-ikutan pakai ekspresi menyesal.“Kak Clarin, maaf. Tadi aku terlalu terbawa emosi.”Clarin bingung dan penuh curiga, spontan mundur satu langkah. “Kalian… ”“Oh ya!” Steven segera mengeluarkan dompet, lalu memberikan semua uang tunai yang dimilikinya kepada Clarin.“Ini kompensasi karena sudah membuatmu kaget.”Belinda juga cepat-ce

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 47

    “Iya.” Clarin mengangguk, lalu bertanya pelan, “Pak Carles, apakah kamu sudah ada janjian makan siang?”“Belum.”“Kalau begitu, biar aku yang traktir sebagai ucapan terima kasih karena kamu sudah merekomendasikan aku ke Pak Jordan sehingga aku bisa dapat pekerjaan paruh waktu ini.”“Boleh.”Carles langsung setuju.Clarin segera mengirimkan alamat restoran, lalu mengambil motor listriknya dan berangkat lebih dulu.Saat Clarin hampir tiba di restoran, sebuah mobil mewah melaju dari arah berlawanan.Begitu mendekat, mobil itu sengaja membanting setir ke arah Clarin!Clarin refleks menghindar. Tubuhnya dan motor listrik langsung terhempas jatuh ke jalan.Mobil berhenti. Belinda dan Steven turun dengan ekspresi penuh amarah.“Clarin! Kamu buta?!” bentak Steven dengan kasar.Belinda berpura-pura melihat bagian depan mobil, lalu menghampiri Clarin dan langsung menarik lengannya. “Clarin, motor listrikmu yang jelek ini menggores mobil baru Steven! Bayar ganti rugi!”“Jelas-jelas kalian yang se

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 46

    “Standar Grup Lowui memang tinggi. Tapi kamu bahkan belum mencoba, kenapa langsung menyimpulkan kamu nggak sanggup? Jangan merendahkan diri sendiri.”Nada suara Carles dingin, terdengar jelas ketidaksenangannya.Clarin langsung diam seperti murid SD yang baru dimarahi wali kelas. Tak berani membantah.Carles melanjutkan dengan tegas, “Aku akan minta temanku menghubungimu. Gunakan akhir pekan ini untuk tes kerja.”“Baik, aku coba,” jawab Clarin pelan.Carles sekadar mengiyakannya, lalu bersiap menutup telepon.“Oh, iya!” Clarin buru-buru menambahkan, “Pak Carles, jangan lupa minum sup herbalnya.”Carles terdiam.Tanpa sepatah kata, telepon ditutup.Tak lama setelah itu, Clarin mendapat telepon dari Jordan.Mereka berbicara sebentar, lalu membahas soal gaji. Jordan juga mengirimkan dokumen berisi detail pekerjaan. Akhirnya, satu tugas diberikan pada Clarin sebagai tes awal kemampuan.Demi bisa lolos, Clarin mengerjakannya dengan sangat serius.Larut malam.Kirana berjalan ke depan kamar

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 45

    “Nenek memang sudah tua, tapi pikirannya sangat jernih. Dia nggak mungkin salah kasih,” jawab Carles dengan yakin.Kalau saja dia tidak sedang menyembunyikan identitas aslinya, pemberian dari nenek untuk Clarin pasti akan lebih besar. Mungkin sepuluh kali, bahkan seratus kali lipat.Clarin menjawab pelan, “Oh… ”“Hm.”Hening beberapa detik, Clarin berkata, “Kalau begitu, aku lanjut kerja dulu.”“Kerja apa?” tanya Carles.“Antar pesanan. Minggu depan ayahku akan menjalani operasi. Terima kasih sudah bantu datangkan tim Dokter Alex dan menalangi biayanya. Setelah ayah sadar nanti, akan ada banyak biaya lanjutan. Jangan salah paham, aku sama sekali tidak bermaksud minta dari kamu. Aku cuma mau bilang, uang darimu akan aku cicil dan kembalikan suatu hari nanti,” tutur Clarin.“Kita sudah nikah. Kamu nggak perlu membeda-bedakan uangku dan uangmu.” Suara Carles terdengar dingin dan tidak senang.Baginya, uang yang dikeluarkannya benar-benar tak ada apa-apanya.“Setelah bertemu Nenek hari ini

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status