Share

Bab 7

Author: Yessa
Dalam lelapnya, Clarin seperti mendengar gemericik air dari kejauhan.

Beberapa saat kemudian, dia terbangun.

Begitu membuka mata dan mendapati dirinya berada di kamar asing, Clarin sontak duduk tegak. Kantuk lenyap, kepala langsung jernih.

Refleks, dia menyingkap selimut. Baju yang semula dia kenakan sudah berganti piyama bersih. Tubuhnya wangi, jelas-jelas baru dimandikan.

Di mana ini?

Apa yang terjadi?

Kenapa dirinya sama sekali tidak ingat apa-apa?

“Kamu sudah bangun?”

Suara pria yang dingin dan anggun terdengar dari arah kamar mandi.

Clarin terkesiap dan menoleh. Carles melangkah keluar dari arah sana.

Hanya selembar handuk abu gelap yang melilit pinggangnya. Otot di perutnya tampak jelas seperti dipahat.

Kulitnya yang putih dan handuk gelap itu membentuk kontras yang jelas. Otot perut ditambah wajah tampan yang dingin itu begitu menggoda.

Astaga!

Untuk sepersekian detik, Clarin memiliki keinginan kuat untuk menyerbunya.

Sadar akan pikirannya sendiri, pipi Clarin memanas. Dia buru-buru mengalihkan pandang.

“Malam ini kamu inap di sini saja dulu. Besok kita pulang ke rumahmu untuk makan bersama,” ujar Carles tenang sambil menyalakan pengering rambut.

“Oh, baik... ” jawab Clarin pelan.

Mengingat status mereka sebagai suami-istri dan malam ini mereka akan tidur di satu ranjang...

Clarin kaget mendapati dirinya sama sekali tidak menolak hal ini. Dia hanya agak gugup.

Jangan-jangan...

Dia diam-diam melirik punggung Carles yang sedang mengeringkan rambut.

Sadar akan nafsu dirinya yang terpancing oleh godaan Carles, dia cepat-cepat menggeleng kepala untuk mengempaskan pikiran-pikiran buruk tersebut.

Dia meyakini dirinya tidak menolak dan tidak takut karena percaya Carles adalah pria yang baik.

Di sisi lain, Carles merasakan ada sepasang mata yang sedang mengintip dirinya.

Dari pantulan cermin, dia melihat Clarin sesekali mencuri pandang. Raut wajah Clarin berganti-ganti, mulai dari awal yang agak tegang, kemudian tampak kesal pada diri sendiri, lalu mata kembali berbinar lagi.

Semua ekspresi itu muncul setiap kali Clarin meliriknya.

Selesai mengeringkan rambut, Carles berjalan menuju ranjang.

Begitu Carles mendekat, Clarin menahan napas. Jantungnya berdebar tak karuan, benak seketika muncul adegan-adegan sensor.

“Apa yang kamu pikirkan? Wajahmu merah sekali.”

Nada Carles rendah dan menggoda.

Clarin seperti selembar kertas polos. Apa pun yang dipikirkannya terpampang jelas melalui ekspresinya.

“A... aku nggak mikir apa-apa. Ini… aku hanya kepanasan.”

Tamat bicara, Clarin menggulingkan diri dan buru-buru menutup seluruh tubuhnya sampai kepala dengan selimut.

Carles punya insomnia berat.

Hal sepele seperti bunyi samar, perubahan aroma ruangan, dan bahkan letak benda yang berbeda saja bisa membuatnya melek semalaman.

Tapi malam ini...

Melihat gundukan selimut yang menyembunyikan Clarin, entah kenapa niatnya untuk tidur di kamar tamu mendadak padam.

Saat dia mengangkat selimut, dia bisa merasakan Clarin langsung menegang seperti patung.

Dorongan untuk mengganggunya pun muncul begitu saja.

“Agak ke sini.”

Beberapa detik kemudian, Clarin yang kaku setengah mati itu pelan-pelan memutar badan. Dengan pipi merah, dia menyelinap ke pelukan Carles.

Carles pun terdiam.

Padahal dia hanya menyuruh Clarin untuk lebih merapat ke sisinya.

“Carles... aku... aku agak gugup... ” bisik Clarin. Merah di wajahnya menjalar sampai telinga.

Konon, pertama kali berhubungan sangat menyakitkan. Rasanya seperti disobek.

Dirinya punya ambang rasa sakit lebih sensitif dari orang kebanyakan.

Bagaimana kalau dia pingsan karena saking sakitnya?

Tenggorokan Carles mengering. Dia menelan ludah, jakun bergerak cepat dua kali.

Reaksi tubuhnya sendiri membuatnya terkejut.

Ini pertama kalinya dia terpikir soal hubungan intim.

Dia menunduk, menatap Clarin yang tampak seperti akan pingsan kapan saja.

“Selama kamu belum siap, aku nggak akan menyentuhmu,” ucapnya pelan.

Kemudian, lampu dimatikan.

“Tidurlah.”

“Hm... selamat malam.” Tegangan di dada Clarin perlahan mengendur.

Dia menunggu sebentar.

Tak ada gerakan apa pun dari Carles.

Dia pun sepenuhnya tenang dan akhirnya terlelap.

...

Pukul 06.30 pagi.

Carles terbangun karena alarm ponsel Clarin.

Refleks, dia mematikannya dengan wajah masam.

Melihat gadis kecil yang masih berada dalam dekapannya, dia terdiam sesaat...

Tadi malam, dia tidak mengalami insomnia.

Begitu Clarin tertidur, dia pun ikut tertidur dan nyenyak sampai pagi.

Apakah karena Clarin?

Carles menatap wajah cantik Clarin yang tampak damai.

Kening Clarin menggesek dadanya beberapa kali. Dalam setengah mimpi, dia bergumam, “Carles... ”

“Hm?”

Tak ada balasan. Clarin tertidur lagi.

Saat Clarin benar-benar bangun, jam sudah menunjukkan lewat pukul delapan.

Dia bengong setengah menit sebelum akhirnya ingat dirinya ada di vila Carles.

Carles sudah pergi.

Clarin turun dari ranjang, masuk ke kamar mandi, lalu mendapati ada sikat gigi dan pasta baru yang disiapkan untuknya.

Pasta gigi itu berasa cherry favoritnya.

Seolah-olah waktu sudah dihitung pas.

Begitu dia selesai merapikan diri, Carles masuk membawa beberapa kantong belanjaan.

“Aku beli baju dan sepatu untukmu. Ganti, lalu sarapan.”

“Terima kasih.”

Clarin menerima barang-barang tersebut, balik ke kamar mandi lagi.

Carles pun keluar ke ruang makan.

Beberapa menit kemudian, langkah ringan terdengar.

Carles menoleh dan pandangannya langsung terhenti.

Rambut gelombang Clarin jatuh sampai pinggang, wajah polos tanpa rias menonjolkan garis halus yang masih muda. Gaun slip sutra hijau dengan belahan leher tipis memamerkan tulang selangka indah. Detail drapery di pinggang menegaskan siluet ramping.

Cantik, memesona, polos, dan memikat.

“Je... jelek ya?” Clarin panik melihatnya tak berkedip.

“Aku selalu merasa warna hijau nggak begitu cocok denganku. Ini juga pertama kalinya aku pakai gaun begini dan hak setinggi ini.”

“Sangat cantik,” kata Carles mantap. “Sini.”

Carles mengulurkan jari pada Clarin. Padahal hanya uluran jari yang tampak santai, tapi rasanya menggoda habis-habisan.

Clarin merasa kupu-kupu beterbangan di perut. Telinganya pun panas.

Dia melangkah pelan.

“Sepatunya nggak nyaman?”

“Bukan,” geleng Clarin. “Justru nyaman dan stabil. Aku sangat suka. Aku cuma belum terbiasa hak setinggi ini, takut jatuh, jadi jalannya pelan.”

Carles berkata dengan serius, “Aku belum pernah pacaran, jadi mungkin tidak paham selera perempuan. Kalau ada yang kurang, kamu bisa langsung bilang saja. Tidak perlu menahan diri.”

Mata Clarin membesar. “Kamu... belum pernah pacaran?”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 50

    Melihat Clarin diam tak menjawab, Carles memerintah dengan tegas. “Jawab!”“Aku… aku takut bikin kamu tambah marah.”Clarin menggeleng, lalu buru-buru menyendok nasi dan menyumpal penuh dua pipinya sampai membengkak seperti hamster kecil.Carles dibuat tertawa oleh ulahnya ini.“Kalau begitu, jangan bicara hal yang bikin aku marah.”“Cepat makan dulu, Pak Carles. Nanti kalau dingin rasanya nggak enak.” Clarin segera lempar topik.Carles tidak mengatakan apa-apa lagi. Ekspresinya tampak seperti sedang memikirkan sesuatu.Selesai makan, Clarin bergegas untuk bayar.Begitu keluar restoran, dia berkata dengan ragu, “Kalau begitu, kita balik masing-masing?”Rencana awalnya memang cuma mentraktir Carles makan.Carles tiba-tiba menangkap pergelangan tangannya. “Temani aku tidur.” Lalu menambahkan, “Cuma tidur. Aku sudah nggak tidur selama beberapa hari.”“Oh… ” Clarin hanya bisa mengangguk pelan. Wajah merona merah.Kemudian, Carles membawanya ke hotel bintang lima terdekat.Sementara itu, di

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 49

    Clarin buru-buru menjamin, “Jangan… jangan salah paham. Aku sudah menikah denganmu. Walaupun kamu nggak sekaya Steven, bagiku kamu jauh lebih baik darinya. Aku nggak mungkin mau bersama Steven.”“Sekarang kamu sudah menikah, jadi tidak bisa bersamanya. Tapi kalau kamu belum menikah… ”Carles mendengus.“Sekalipun aku belum menikah, aku nggak akan pernah suka pada orang seperti Steven. Dia arogan, galak, dan tidak berakhlak. Aku bahkan merasa malu berdiri di sampingnya,” bantah Clarin tegas.Kemudian, dia mencondongkan tubuh sedikit, menatap Carles lekat-lekat.“Sepertinya Pak Carles cemburu?” Clarin pura-pura meneliti. “Apa yang mau kamu tanyakan padaku?” Carles ganti topik dengan ekspresi datar.“Orang yang memiliki perjanjian pernikahan dengan Steven sebenarnya adalah aku. Tapi, Keluarga Gunardi mengambil alih liontin giokku untuk mengklaim perjanjian pernikahan itu. Menurutmu, apakah aku perlu pergi ke keluarganya Steven dan memberi tahu mereka tentang kebohongan Paman Ronald?” tan

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 48

    “Paman Carles… ”Tatapan Belinda tiba-tiba berubah tajam, seolah menyadari suatu rahasia yang sangat besar.Dia menatap Clarin penuh keterkejutan.“Jangan-jangan dia adalah… ”Nyonya Lowui yang misterius itu?Belum sempat pikirannya menguat, Belinda langsung menepis dugaan itu sendiri.Kalau Clarin benar-benar Nyonya Lowui, dia seharusnya diiringi pengawal dan diantar dengan mobil mewah. Bagaimana mungkin dia masih naik motor listrik butut begitu?“Clarin, tadi mobilku yang nggak sengaja menabrak kamu. Maaf!” Steven buru-buru minta maaf. Wajahnya penuh kebengisan.Belinda tidak tahu apa yang terjadi, tapi karena Steven mendadak bersikap begitu, dia pun ikut-ikutan pakai ekspresi menyesal.“Kak Clarin, maaf. Tadi aku terlalu terbawa emosi.”Clarin bingung dan penuh curiga, spontan mundur satu langkah. “Kalian… ”“Oh ya!” Steven segera mengeluarkan dompet, lalu memberikan semua uang tunai yang dimilikinya kepada Clarin.“Ini kompensasi karena sudah membuatmu kaget.”Belinda juga cepat-ce

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 47

    “Iya.” Clarin mengangguk, lalu bertanya pelan, “Pak Carles, apakah kamu sudah ada janjian makan siang?”“Belum.”“Kalau begitu, biar aku yang traktir sebagai ucapan terima kasih karena kamu sudah merekomendasikan aku ke Pak Jordan sehingga aku bisa dapat pekerjaan paruh waktu ini.”“Boleh.”Carles langsung setuju.Clarin segera mengirimkan alamat restoran, lalu mengambil motor listriknya dan berangkat lebih dulu.Saat Clarin hampir tiba di restoran, sebuah mobil mewah melaju dari arah berlawanan.Begitu mendekat, mobil itu sengaja membanting setir ke arah Clarin!Clarin refleks menghindar. Tubuhnya dan motor listrik langsung terhempas jatuh ke jalan.Mobil berhenti. Belinda dan Steven turun dengan ekspresi penuh amarah.“Clarin! Kamu buta?!” bentak Steven dengan kasar.Belinda berpura-pura melihat bagian depan mobil, lalu menghampiri Clarin dan langsung menarik lengannya. “Clarin, motor listrikmu yang jelek ini menggores mobil baru Steven! Bayar ganti rugi!”“Jelas-jelas kalian yang se

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 46

    “Standar Grup Lowui memang tinggi. Tapi kamu bahkan belum mencoba, kenapa langsung menyimpulkan kamu nggak sanggup? Jangan merendahkan diri sendiri.”Nada suara Carles dingin, terdengar jelas ketidaksenangannya.Clarin langsung diam seperti murid SD yang baru dimarahi wali kelas. Tak berani membantah.Carles melanjutkan dengan tegas, “Aku akan minta temanku menghubungimu. Gunakan akhir pekan ini untuk tes kerja.”“Baik, aku coba,” jawab Clarin pelan.Carles sekadar mengiyakannya, lalu bersiap menutup telepon.“Oh, iya!” Clarin buru-buru menambahkan, “Pak Carles, jangan lupa minum sup herbalnya.”Carles terdiam.Tanpa sepatah kata, telepon ditutup.Tak lama setelah itu, Clarin mendapat telepon dari Jordan.Mereka berbicara sebentar, lalu membahas soal gaji. Jordan juga mengirimkan dokumen berisi detail pekerjaan. Akhirnya, satu tugas diberikan pada Clarin sebagai tes awal kemampuan.Demi bisa lolos, Clarin mengerjakannya dengan sangat serius.Larut malam.Kirana berjalan ke depan kamar

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 45

    “Nenek memang sudah tua, tapi pikirannya sangat jernih. Dia nggak mungkin salah kasih,” jawab Carles dengan yakin.Kalau saja dia tidak sedang menyembunyikan identitas aslinya, pemberian dari nenek untuk Clarin pasti akan lebih besar. Mungkin sepuluh kali, bahkan seratus kali lipat.Clarin menjawab pelan, “Oh… ”“Hm.”Hening beberapa detik, Clarin berkata, “Kalau begitu, aku lanjut kerja dulu.”“Kerja apa?” tanya Carles.“Antar pesanan. Minggu depan ayahku akan menjalani operasi. Terima kasih sudah bantu datangkan tim Dokter Alex dan menalangi biayanya. Setelah ayah sadar nanti, akan ada banyak biaya lanjutan. Jangan salah paham, aku sama sekali tidak bermaksud minta dari kamu. Aku cuma mau bilang, uang darimu akan aku cicil dan kembalikan suatu hari nanti,” tutur Clarin.“Kita sudah nikah. Kamu nggak perlu membeda-bedakan uangku dan uangmu.” Suara Carles terdengar dingin dan tidak senang.Baginya, uang yang dikeluarkannya benar-benar tak ada apa-apanya.“Setelah bertemu Nenek hari ini

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status