Share

Bab 6

Author: Yessa
Clarin menatap mobil di depan, bempernya penyok parah.

Otaknya langsung kosong. Dia pernah membaca banyak berita tentang orang biasa yang tak sengaja menabrak mobil mewah, lalu dituntut puluhan bahkan ratusan juta, cukup untuk menghancurkan hidup seseorang.

Air matanya langsung jatuh.

“Mana yang terluka?”

Suara laki-laki yang dalam dan tegas tiba-tiba terdengar di atas kepala Clarin. Nadanya dingin, tapi juga tersirat rasa khawatir.

Clarin mengangkat wajah yang sudah basah air mata. “Carles?”

“Iya, ini aku.” Carles jongkok.

“Mobil ini… punyamu?”

Clarin mengedipkan mata yang masih berkaca-kaca.

“Ya.” Carles mengulurkan tangan, menyeka air mata di pipinya dengan lembut.

“Kita adalah suami istri. Milikmu sama dengan milikku. Artinya, aku tabrak mobilku sendiri. Jadi, aku nggak perlu ganti rugi. Benarkan?” Clarin mengisap ingusnya sambil bertanya dengan pilu.

Ternyata dia takut dituntut, makanya menangis.

Carles pun menjawab dengan datar, “Iya.”

Di sisi lain, Jovan Anderson alias sahabatnya Carles tercengang mendengar percakapan mereka berdua.

Kapan Kak Carles nikah?

Clarin akhirnya menghela napas lega, bahunya sedikit rileks, wajahnya menunjukkan rasa syukur dan lega luar biasa.

Namun sebelum dia sempat berkata apa pun, tubuhnya tiba-tiba terangkat dari aspal.

“Ah?” serunya kaget, spontan melingarkan tangan di leher Carles sambil bertanya, “Kamu... apa yang kamu lakukan?”

“Kakimu terluka. Aku bawa kamu ke rumah sakit,” jawab Carles.

Jovan dengan sigap membuka pintu belakang.

“Kursi depan.” Carles melirik dingin.

Johan terbelalak. Selama bertahun-tahun jadi sahabat Carles, bahkan dia sendiri belum pernah duduk di kursi depan.

“Sebentar, motorku... ” Clarin buru-buru menoleh ke arah motor listriknya.

“Di mana alamat rumahmu?” tanya Carles tanpa basa-basi.

Jovan yang berdiri di samping semakin bengong.

Wanita berpakaian seragam kurir baru saja menyebut hubungan mereka sebagai suami istri.

Kak Carles juga telah mengiakannya.

Namun, Kak Carles malah tidak tahu alamat rumah istrinya sendiri?

Permainan macam apa yang sedang dimainkan mereka...

“Aku tinggal di... ”

Clarin menyebutkan alamatnya pelan-pelan, lalu menyerahkan kunci rumah dari saku kecilnya.

Carles langsung melemparkan kunci itu ke Jovan. “Kamu antar motornya ke rumahnya.”

Usai berkata, Carles berjalan ke sisi lain mobil, duduk di kursi pengemudi, lalu melajukan mobil.

Sementara Jovan masih tercengang, mobil hitam itu sudah melesat pergi, meninggalkan debu di belakang.

Dia menatap motor listrik tua yang nyaris rongsok di depannya, lalu mengelus pelipis.

Kak Carles sungguh tega, merugikan sahabat sendiri demi wanita.

Bisa-bisanya dirinya yang begitu anggun disuruh naik motor butut seperti ini.

...

Carles membawa Clarin ke rumah sakit. Luka di lutut Clarin dibersihkan dan dibalut dengan perban. Setelah selesai, mereka kembali ke mobil.

Dalam perjalanan pulang, suara perut terdengar di dalam mobil.

Clarin sudah menatap Carles sepanjang jalan. Pada momen ini pula, Carles menoleh.

Wajah Clarin langsung merah padam, lalu menunduk canggung.

Carles saat ini tiba-tiba memutar setir. “Aku nggak suka makan sendirian. Awalnya berencana makan di rumah Jovan. Aku sudah antar kamu ke rumah sakit untuk mengobati luka. Jadi kamu harus temani aku makan.”

Clarin terkejut, tapi segera mengangguk pelan.

“Baik... ” Dia agak terharu.

Dia tahu Carles berkata begitu untuk menghilangkan rasa canggungnya.

Nada Carles selalu dingin, tapi tindakannya selalu membuat hati terasa hangat.

...

Restoran Forlan.

Mobil berhenti di depan restoran bernama sederhana itu.

Interior restoran terlihat sangat mewah, tapi tidak ramai pelanggan.

Clarin sama sekali tidak tahu bahwa restoran dengan nama yang sangat sederhana ini sebenarnya hanya melayani tamu terdaftar. Setiap hari pun hanya melayani beberapa tamu.

Clarin sempat ragu. “Tempat ini… pasti mahal, ya?”

“Tidak.” jawab Carles singkat.

Dia menunjukkan sebuah kartu hitam pada manajer restoran. Seketika, semua staf membungkuk dalam-dalam dan mempersilakan mereka masuk ke ruang VIP.

“Coba lihat, apa yang mau kamu makan?” Carles menyerahkan menu pada Clarin.

Clarin membuka menu dan menatap gambar makanan di dalamnya. Semuanya tampak lezat, tapi tidak ada satu pun harga tertera.

Dia takut mahal, jadi hanya memilih semangkuk mie.

Carles tidak berkomentar, hanya mengambil menu dan memesan beberapa hidangan lain serta dua porsi nasi.

Beberapa menit kemudian, makanan disajikan.

Clarin menatap semangkuk mie mungil di depannya. Dua sendok saja sudah bisa menghabiskannya!

“Kamu belum pernah datang ke restoran ini. Wajar kamu tidak tahu porsinya kecil.” Carles menaruh semangkuk nasi di depannya.

“Hm... “

Clarin menunduk malu, menyantap mie yang dipesannya.

Begitu mencicipi mie itu, matanya langsung berbinar.

Enak banget!

Dia pun berpikir bahwa restoran ini sepi pasti karena lokasinya yang agak terpencil.

Sesudah menghabiskan mie dalam dua suapan, Clarin lanjut makan nasi. Dia mendapati bahwa nasi dan semua lauk juga sangat enak.

Ketika dia hampir menghabiskan nasi di piringnya, Carles menambah satu piring lagi untuknya.

“Kamu terlalu kurus. Makan yang banyak.”

Clarin mengangkat kepala menatapnya heran.

“Carles, kita baru kenal. Kenapa kamu baik banget padaku?” tanya Clarin.

Waktu di rumah Keluarga Gunardi, Steven dari keluarga terkaya merasa jijik dengan dirinya yang kotor dan bau.

Tapi saat dia menabrak mobil Carles, Carles yang melihat kakinya terluka malah langsung menggendongnya tanpa ragu sedikit pun.

Tidak ada rasa jijik maupun muak.

Carles meletakkan sendok, duduk tegak. Nadanya tenang dan tegas. “Sejak kita menikah, kamu adalah istriku. Sebagai suami, aku memang seharusnya memperlakukanmu dengan baik.”

Kata-katanya sederhana, tapi begitu jujur hingga mampu menembus hati.

Clarin benar-benar tersentuh.

“Carles, mobilmu rusak karena aku. Kalau nanti ayahku sudah sembuh, aku bakal kerja keras dan beli mobil yang lebih bagus buat kamu!”

Clarin merasa dirinya lumayan mengenali logo mobil-mobil mewah.

Seperti Mercedes Benz, BMW, Land Rover... begitu pula merek langka seperti Bentley, Roll Royce, Lincoln, dia tahu semuanya.

Namun, dia tidak pernah lihat logo mobil milik Carles.

Jadi, dia pun merasa mobil yang dibawa Carles seharusnya tidak terlalu mahal.

Ke depannya, dia akan bekerja lebih keras untuk membelikan Carles mobil mewah dengan desain keren yang cocok dengannya.

“Baik,” jawab Carles pelan. Ujung bibirnya naik sedikit.

Mobilnya bernilai 1,2 triliun, satu-satunya di dunia.

Kecuali Clarin menang lotre dengan hadiah yang sangat besar atau main judi dan menang beruntun. Kalau tidak, mustahil dia bisa beli mobil seharga ini hanya dengan bekerja di kantor dan kurir.

Sehabis makan, Carles mengantar Clarin pulang.

Sementara itu, Jovan mengirimkan pesan beruntun.

Jovan Anderson, [Kak Carles, aku sudah antar motor ke rumah istrimu sesuai perintahmu.]

Jovan Anderson, [Tapi... kamu yakin ini rumahnya?]

Kemudian Jovan mengirimkan dua foto.

Satu foto memperlihatkan bagian luar sebuah rumah bata merah tua yang hanya terdiri dari satu kamar sempit.

Foto kedua diambil dari dalam rumah. Ruangan memiliki luas sekitar 20 meter persegi. Ranjang dan dapur hanya dipisah dengan sehelai kain. Toilet berada di samping dapur. Keseluruhannya tampak begitu menyedihkan.

Apalagi setelah dimasukkan motor, ruangan terasa semakin sempit. Bahkan jalan pun harus dengan cara menyamping.

Tapi, seluruh rumah sangat rapi dan bersih.

Carles menoleh pada Clarin yang kini duduk di sampingnya dengan wajah puas karena baru saja makan kenyang. Dadanya terasa sesak dan pilu.

Dia tahu Clarin kekurangan uang, tapi tidak menyangka...

Carles membalas, [Menjauhlah dariku. Aku takut otakmu yang kurang berkembang itu bisa menular ke aku.]

Namun, kunci yang diberikan Clarin pada Jovan berhasil membuka rumah tersebut. Artinya, itu memang rumah Clarin.

Carles membuka pintu kursi penumpang depan. Setelah Clarin duduk, dia membantu Clarin menurunkan sandaran.

Clarin sudah capek seharian. Begitu menyandar pada sandaran yang nyaman, dia langsung tertidur.

Mengingat tempat tinggal Clarin yang begitu kecil dan sederhana, Carles memutuskan untuk membawanya pulang ke vila pribadinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 50

    Melihat Clarin diam tak menjawab, Carles memerintah dengan tegas. “Jawab!”“Aku… aku takut bikin kamu tambah marah.”Clarin menggeleng, lalu buru-buru menyendok nasi dan menyumpal penuh dua pipinya sampai membengkak seperti hamster kecil.Carles dibuat tertawa oleh ulahnya ini.“Kalau begitu, jangan bicara hal yang bikin aku marah.”“Cepat makan dulu, Pak Carles. Nanti kalau dingin rasanya nggak enak.” Clarin segera lempar topik.Carles tidak mengatakan apa-apa lagi. Ekspresinya tampak seperti sedang memikirkan sesuatu.Selesai makan, Clarin bergegas untuk bayar.Begitu keluar restoran, dia berkata dengan ragu, “Kalau begitu, kita balik masing-masing?”Rencana awalnya memang cuma mentraktir Carles makan.Carles tiba-tiba menangkap pergelangan tangannya. “Temani aku tidur.” Lalu menambahkan, “Cuma tidur. Aku sudah nggak tidur selama beberapa hari.”“Oh… ” Clarin hanya bisa mengangguk pelan. Wajah merona merah.Kemudian, Carles membawanya ke hotel bintang lima terdekat.Sementara itu, di

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 49

    Clarin buru-buru menjamin, “Jangan… jangan salah paham. Aku sudah menikah denganmu. Walaupun kamu nggak sekaya Steven, bagiku kamu jauh lebih baik darinya. Aku nggak mungkin mau bersama Steven.”“Sekarang kamu sudah menikah, jadi tidak bisa bersamanya. Tapi kalau kamu belum menikah… ”Carles mendengus.“Sekalipun aku belum menikah, aku nggak akan pernah suka pada orang seperti Steven. Dia arogan, galak, dan tidak berakhlak. Aku bahkan merasa malu berdiri di sampingnya,” bantah Clarin tegas.Kemudian, dia mencondongkan tubuh sedikit, menatap Carles lekat-lekat.“Sepertinya Pak Carles cemburu?” Clarin pura-pura meneliti. “Apa yang mau kamu tanyakan padaku?” Carles ganti topik dengan ekspresi datar.“Orang yang memiliki perjanjian pernikahan dengan Steven sebenarnya adalah aku. Tapi, Keluarga Gunardi mengambil alih liontin giokku untuk mengklaim perjanjian pernikahan itu. Menurutmu, apakah aku perlu pergi ke keluarganya Steven dan memberi tahu mereka tentang kebohongan Paman Ronald?” tan

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 48

    “Paman Carles… ”Tatapan Belinda tiba-tiba berubah tajam, seolah menyadari suatu rahasia yang sangat besar.Dia menatap Clarin penuh keterkejutan.“Jangan-jangan dia adalah… ”Nyonya Lowui yang misterius itu?Belum sempat pikirannya menguat, Belinda langsung menepis dugaan itu sendiri.Kalau Clarin benar-benar Nyonya Lowui, dia seharusnya diiringi pengawal dan diantar dengan mobil mewah. Bagaimana mungkin dia masih naik motor listrik butut begitu?“Clarin, tadi mobilku yang nggak sengaja menabrak kamu. Maaf!” Steven buru-buru minta maaf. Wajahnya penuh kebengisan.Belinda tidak tahu apa yang terjadi, tapi karena Steven mendadak bersikap begitu, dia pun ikut-ikutan pakai ekspresi menyesal.“Kak Clarin, maaf. Tadi aku terlalu terbawa emosi.”Clarin bingung dan penuh curiga, spontan mundur satu langkah. “Kalian… ”“Oh ya!” Steven segera mengeluarkan dompet, lalu memberikan semua uang tunai yang dimilikinya kepada Clarin.“Ini kompensasi karena sudah membuatmu kaget.”Belinda juga cepat-ce

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 47

    “Iya.” Clarin mengangguk, lalu bertanya pelan, “Pak Carles, apakah kamu sudah ada janjian makan siang?”“Belum.”“Kalau begitu, biar aku yang traktir sebagai ucapan terima kasih karena kamu sudah merekomendasikan aku ke Pak Jordan sehingga aku bisa dapat pekerjaan paruh waktu ini.”“Boleh.”Carles langsung setuju.Clarin segera mengirimkan alamat restoran, lalu mengambil motor listriknya dan berangkat lebih dulu.Saat Clarin hampir tiba di restoran, sebuah mobil mewah melaju dari arah berlawanan.Begitu mendekat, mobil itu sengaja membanting setir ke arah Clarin!Clarin refleks menghindar. Tubuhnya dan motor listrik langsung terhempas jatuh ke jalan.Mobil berhenti. Belinda dan Steven turun dengan ekspresi penuh amarah.“Clarin! Kamu buta?!” bentak Steven dengan kasar.Belinda berpura-pura melihat bagian depan mobil, lalu menghampiri Clarin dan langsung menarik lengannya. “Clarin, motor listrikmu yang jelek ini menggores mobil baru Steven! Bayar ganti rugi!”“Jelas-jelas kalian yang se

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 46

    “Standar Grup Lowui memang tinggi. Tapi kamu bahkan belum mencoba, kenapa langsung menyimpulkan kamu nggak sanggup? Jangan merendahkan diri sendiri.”Nada suara Carles dingin, terdengar jelas ketidaksenangannya.Clarin langsung diam seperti murid SD yang baru dimarahi wali kelas. Tak berani membantah.Carles melanjutkan dengan tegas, “Aku akan minta temanku menghubungimu. Gunakan akhir pekan ini untuk tes kerja.”“Baik, aku coba,” jawab Clarin pelan.Carles sekadar mengiyakannya, lalu bersiap menutup telepon.“Oh, iya!” Clarin buru-buru menambahkan, “Pak Carles, jangan lupa minum sup herbalnya.”Carles terdiam.Tanpa sepatah kata, telepon ditutup.Tak lama setelah itu, Clarin mendapat telepon dari Jordan.Mereka berbicara sebentar, lalu membahas soal gaji. Jordan juga mengirimkan dokumen berisi detail pekerjaan. Akhirnya, satu tugas diberikan pada Clarin sebagai tes awal kemampuan.Demi bisa lolos, Clarin mengerjakannya dengan sangat serius.Larut malam.Kirana berjalan ke depan kamar

  • Salah Nikah, Temukan Cinta Sejati   Bab 45

    “Nenek memang sudah tua, tapi pikirannya sangat jernih. Dia nggak mungkin salah kasih,” jawab Carles dengan yakin.Kalau saja dia tidak sedang menyembunyikan identitas aslinya, pemberian dari nenek untuk Clarin pasti akan lebih besar. Mungkin sepuluh kali, bahkan seratus kali lipat.Clarin menjawab pelan, “Oh… ”“Hm.”Hening beberapa detik, Clarin berkata, “Kalau begitu, aku lanjut kerja dulu.”“Kerja apa?” tanya Carles.“Antar pesanan. Minggu depan ayahku akan menjalani operasi. Terima kasih sudah bantu datangkan tim Dokter Alex dan menalangi biayanya. Setelah ayah sadar nanti, akan ada banyak biaya lanjutan. Jangan salah paham, aku sama sekali tidak bermaksud minta dari kamu. Aku cuma mau bilang, uang darimu akan aku cicil dan kembalikan suatu hari nanti,” tutur Clarin.“Kita sudah nikah. Kamu nggak perlu membeda-bedakan uangku dan uangmu.” Suara Carles terdengar dingin dan tidak senang.Baginya, uang yang dikeluarkannya benar-benar tak ada apa-apanya.“Setelah bertemu Nenek hari ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status