Archy tidak tahu mengapa saat menatap Jo hatinya terasa amat sesak. Namun, saat lelaki itu menggenggamnya juga ada perasaan bahagia yang tidak bisa diungkapkan lewat kata-kata. Saat lelaki itu mengajaknya duduk bersama dengan senyum yang sangat manis, Archy ingin sekali mengatakan bila hatinya di sesaki beragam pertanyaan.Mengapa ia ditinggalkan begitu saja saat tengah berharap pada orang yang paling ia cintai? Kenapa Archy harus terjebak pada pernikahan yang tidak pernah ia inginkan? Akan tetapi pertanyaan itu sirna saat melihat Jo, lantas apakah Archy harus memutuskan hidup bersama lelaki itu?"Duduk Neng, berdiri melulu kayak SPG susu kurma." Jo menunjuk kursi yang sudah ditarik oleh Pelayan.Archy duduk tanpa bicara apa-apa. Pelayan kemudian memberikan buku menu pada keduanya dan pergi meninggalkan meja. Archy meraih buku menu yang sebenarnya sudah khatam dibacanya karena sering makan di sana. Terlihat Jo serius menatap menu makanan kemudian ia memutar bola mata dan menatap Archy
Jo menahan napas di dalam kamar mandi sambil menekan dadanya. Sial, ia tidak tahu kenapa Archy terlihat sangat cantik dengan daster payung seperti itu! Roknya mengembang dan berada di atas lutut, sementara rambut panjangnya digerai dengan sangat cantik. Jo tiba-tiba merasakan tubuhnya bergairah, akan tetapi tidak mungkin 'kan ia menyerang Archy, gadis itu pasti akan kecewa sekali padanya.Jo pria normal pada umumnya, ia punya hasrat dan juga gairah di usia yang hampir kepala tiga itu. Jo memutuskan untuk melampiaskan semuanya dengan tangan sendiri. Terbayang dalam benaknya tubuh Archy tanpa sehelai benang pun tengah berada di bawah tubuhnya dan juga melayaninya.Jo benar-benar merasakan degup jantungnya sangat kencang saat memikirkan Archy. Sial, kenapa ia harus melakukan itu sambil membayangkan Archy sih? Jo jadi merasa sangat bersalah!Setelah lega, Jo terdiam sambil menatap lantai kamar mandi. Buru-buru ia membersihkan semua itu dan melanjutkan kegiatan dengan mandi. Setidaknya, Jo
"Jo, kamu denger gak sih?"Jo tersentak, sesudah Archy memanggil sayang entah mengapa ia jadi berkhayal berciuman dengan istrinya itu. Ia mengerjapkan mata, mengusap wajah penuh rasa bersalah."Aku ngelamun Chy, sori kamu bilang apa?" tanya Jo sambil menatap Archy saksama."Aku nanya gimana rasanya jadi CEO, pantesan aku daritadi cuap-cuap kamu diem aja. Pasti bosen ya ngobrol sama aku?" Archy mendesah pelan. "Aku tidur duluan deh, selamat malam sahabat.""Lagak lu sahabat." Jo mendengus.Archy hanya tersenyum sambil memunggungi Jo dan terlelap. Jo menatap punggung Archy sambil mendesah pelan, seakan jarak berdekatan itu tidak berarti keduanya bisa mudah untuk saling mendekat. Jo harus pasrah dengan jarak diantara keduanya. Jo menutup mata, berharap hari esok perasaan membuncah kala berdekatan dengan Archy menghilang.Perlahan Archy berbalik, tangannya tiba-tiba melingkar di perut Jo dan kepala Archy menelusup ke bawah ketiaknya. Jo menelan saliva, mencoba untuk bersikap tenang meskip
Jo dan Archy menyelesaikan makan paginya. Sementara itu Mas Bulan menunggu sambil menikmati secangkir kopi yang disajikan. Tampak Jo sudah selesai lebih dulu, ia melirik ke arah arlojinya dan menatap Mas Bulan saksama."Mas, saya kayaknya gak akan bisa lebih lama. Jika Mas masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan bersama Archy dilanjut saja. Saya duluan." Jo menatap Mas Bulan saksama."Mas tidak akan lama, setelah menyelesaikan semuanya Mas akan segera ke kantor." Mas Bulan berdiri, memandang adik sepupunya itu dengan lembut.Jo melirik ke arah Archy yang tengah menatap Jo. Mereka jadi berpandangan kemudian saling melempar tawa padahal tidak ada yang lucu. Jo mengulurkan tangan, meminta istrinya itu mencium tangannya."Salim dulu sama suami." Jo menaikan dagunya. "Walau gak cinta, lo tetep harus hormat bukan sama suami?"Archy mendengus, ia menggamit tangan Jo kemudian menciumnya. Jo tersenyum, ia menunduk kemudian mencium kening Archy dengan hangat. Tangannya melingkar dan memel
"Tuan, pekerjaan anda sudah selesai untuk hari ini. Untuk jadwal esok akan saya kirimkan melaui email pada Tuan." tutur Asisten Jo yang bernama Bramantyo tersebut sembari membungkukkan badan.Jo menatap layar komputernya kemudian menahan dagu dengan kening berkerut-kerut. Perlahan ia menggeliat, kedua bola matanya menatap Bramantyo saksama."Bram, kamu pernah denger gosip anak-anak divisi Design gak? Gosip apa pun itu." Jo mengkerutkan kening dengan serius. "Jangan bilang gak tahu, kamu ini orang yang paling paham situasi kantor kan?"Bramantyo tampak terkejut dengan pertanyaan Jo, ia kemudian menunduk takut. Pasalnya Bramantyo takut salah bicara."Gosip seperti apa yang ingin Tuan dengar? Bukankah gosip kantor bukanlah hal yang baik?" Bramantyo tampak gugup, terlihat menutupi sesuatu."Halah munafik lo." Jo mendengus sembari menatap Bramantyo dengan tajam. "Katakan padaku, apa mereka menggosipkan soal Archy? Aku penasaran, dan aku harus tahu karena aku suaminya."Bramantyo mendekat k
"Udah jadi nih Jo, kagak usah ngambek." Archy menatap bolu ketan di hadapannya sambil tersenyum. "Kayaknya enak banget, padet."Jo yang sedang membaca buku itu menaruh bukunya. Ia berjalan dan berhenti di hadapan Archy sambil menatap bolu ketan dengan mata berbinar-binar. Jo langsung mengambil pisau dan memotong bolu ketan itu tanpa permisi."Maaf buru-buru udah gak kuat nih." Jo memotong kue itu dengan senyuman bahagia. "Akhirnya ada juga yang perhatian bikinin bolu walau harus disindir keras."Archy mencebik. Lagipula siapa juga yang tahu bila Jo suka bolu ketan? Aneh juga, tapi memang tidak bisa dipungkiri jika bolu ketan itu enak sekali. Jo tampak memegang bolu itu dan melahapnya dengan menggemaskan. Archy jadi tersenyum melihat cara mengunyah Jo yang lucu."Duh lucu banget, berasa lihat berang-berang makan." Archy menepuk tangannya sambil tersenyum. "Enak kan? Enak dong, yang ngadon kan cantik jadi kuenya enak.""Enggak ngaruh kali. Mau secantik Ariana Grande juga kalau enggak bi
(ADEGAN 18+, DIHARAPKAN KEBIJAKAN DALAM MEMBACA)Jo tidak mendengarkan. Ia mencengkram pergelangan tangan Archy sambil menyesap leher Archy. Perlahan lelaki itu mencumbui kembali istrinya dan Archy hampir kehabisan napas. Sepanas ini, bahkan tubuhnya bergejolak merasakan sentuhan Jo yang terus menjalari sanubarinya."I'm your husband, gua berhak ngapa-ngapain lo." Jo berbisik.Archy menahan napas saat suaminya itu menyentuh dadanya. Archy merasakan pipinya memerah, ia tidak tahu bila rasanya secanggung itu. Hatinya menolak tapi tubuhnya tidak, ia malah menyentuh punggung tangan Jo yang sedang sibuk memijat dadanya. Lidah mereka bertautan, Archy bagai tenggelam dalam lautan fantasi yang tidak bisa diungkapkan dalam kata-kata.Tubuh Jo terasa berat tapi hangat, Archy menyukai bagaimana Jo memeluknya, menciuminya dan bagaimana lelaki itu mengeluarkan napasnya yang terasa memburu. Aroma tubuh Jo yang dominan parfum merek Atelier itu telah membuat Archy larut hingga tidak sanggup menolak.
Pagi itu Archy dan Jo duduk berjauhan di meja makan. Keduanya tak saling menyapa padahal itu merupakan hari libur. Tidak ada asisten yang datang saat hari libur karena mereka sudah berjanji akan membagi tugas rumah."Gua bagian nyapu sama ngepel hari ini, lo bebas mau kayang, mau jungkir balik juga gua enggak peduli." Jo mengunyah pisang sambil menatap Archy saksama."Ya." Archy menjawab singkat sambil menyuap nasi ke dalam mulutnya.Kejadian tadi malam agak mencengangkan. Keduanya benar-benar malu karena sudah berbuat sejauh itu tanpa disangka-sangka. Archy tidak menyangka bila ia akan membuka pakaian di hadapan laki-laki yang menjadi suaminya itu. Walau suami, tetap saja Archy belum siap penuh. Untung Jo mimisan cukup lama tadi malam, mereka berdua batal melakukan hubungan suami-istri."Jutek banget." Jo mendengus. "Malu ya?""Siapa juga yang malu, enggak tuh biasa aja!" Archy ngeles, padahal ia memang malu. Bahkan membahas kembali saja ia tidak mau.Jo tertawa kecil. Setidaknya ia