Share

Selalu Bertengkar

Keluarga besar Jo ternyata banyak sekali. Archy lumayan pusing mengingat nama-nama yang berada di sekitarnya tersebut, apalagi ia canggumg dan sendirian. Tidak ada Nathan di sana sehingga Archy harus mandiri menghadapi beragam sanak saudara dari Jo.

"Duh ayune Archy ini, Nathan itu jago sekali mencari istri." Komentar salah satu Bibi Nathan di kediaman tersebut. "Sama Jo juga cocok kok."

Jo mendengar itu semua sambil makan pudding, ia tiba-tiba batuk mendengarkan komentar Bibinya tersebut.

"Jangan mentang-mentang kita kembar jadi dianggap cocok ama ni mahluk." Jo mendengus jijik, seolah melihat sosok yang sangat mengerikan.

Archy mendelikan matanya, kurang ajar sekali preman ini! Memang Archy apa sehingga ia dikatai mahluk? Ya memang benar dirinya adalah mahluk bumi, tapi kenapa harus disebut mahluk segala sih?

"Diem ya Jo, gue juga enggak mau sama lo. Gak usah sok paling ganteng deh, lo juga bukan selera gue." Archy mendesis.

"Oh ya? Masa? Kan lo sukanya ama Nathan, berarti selera lo ya gue juga." Jo mengulas senyum sambil menyuap pudding di piringnya. "Gak usah munafik, lo suka kan dibilang cocok sama gue?"

Apa? Archy benar-benar kesal mendengar perkataan Jo, bisa-bisanya ia menganggap bila Archy menyukainya! Demi konsonan langit yang disinari ultrafeng, najis sekali harus suka pada manusia tinggi kurus bertato bandar miras ini! Archy tersulut emosi, ia berkacak pinggang dan mendongak menatap Jo.

"Jangan-jangan lo naksir gue ya jadi lo nyembunyiin Nathan biar bisa kawin sama gue? Ngaku!" Archy menunjuk Jo.

Suasana di kediaman Suryakancana itu jadi tegang melihat dua orang pengantin tengah saling mengeluarkan emosi. Nampak Jo menaruh piring pudding dan menunduk sambil berkacak pinggang.

"Heh pikachu, najis ya gue suka sama lo. Kayak gak ada cewek lain aja sampe gue dituduh berbuat jahat kayak gitu. Sadar gak lo udah mitnah gue depan keluarga?" Jo berjalan mendekat dengan nada sedikit meninggi.

"Lo juga jerapah Mesir, gak usah nuduh-nuduh gue demen sama lo! Denger ya, mendingan gue kagak kawin daripada kawin sama lo!" Archy menoyor lengan Jo.

Nampak Bibi Jo ingin melerai, tapi beliau sendiri takut melihat dua orang itu sengit sekali saat saling memandang. Jo menarik dagu Archy kemudian ia mencebik sebal.

"Tapi kan lo udah nikah sama gue. Tadinya gue pengen beramah tamah sama lo, tapi ternyata lo sama sekali gak bisa diajak ramah tamah ya? Heran gue, Nathan dipelet apa sampe mau sama lo!"

"Heh, di mata Nathan gue ini baik! Lo aja yang emang mata peda sampe enggak bisa lihat gue di sisi baik. Sumpah ya lo ngeselin abis Jo, pengen gue jambak!"

Jo menunduk, wajahnya sangat dekat sekali dengan Archy. Kedua bola matanya menatap Archy dengan tajam.

"Jambak nih weeek." Jo menjulurkan lidah.

Siapa sangka Archy langsung menarik rambut Jo keras-keras. Jo berteriak berusaha melepaskan jambakan Archy hingga sekeluarga heboh melihat pertengkaran tersebut. Archy menarik Jo hingga jatuh terjerembab. Tanpa tedeng aling-aling ia menindih tubuh Jo dan menjambaknya dengan penuh emosi.

"Dasar kurang ajar, Jerapah Mesir, kadal Kongo, Ulet Somalia!!! Gue gak akan maafin lo!" Archy terus meremas rambut Jo ke kanan dan ke kiri.

Jo nampak mencengkram tangan Archy, ia serba salah menghadapi gadis menyebalkan di hadapannya tersebut. Nanti dilawan menangis, tidak dilawan ia malah menarik rambut Jo semakin kuat. Jika seperti itu Jo bisa-bisa mengalami kebotakan!

"Archy stop! Lo gak malu sama Eyang? Lo duduk di anu gue hih!" Jo memelototi Archy.

Archy baru sadar, ia menoleh ke arah saudara-saudara Jo yang malah menonton pertengkaran mereka. Eyang Putri nampak terbatuk-batuk melihat keduanya.

"Suruh mereka di kamar aja berantemnya, siapa tahu jadi cicit buat Eyang." Eyang Putri menahan tawa melihat pengantin baru yang malah baku hantam di hadapan orang-orang.

Archy buru-buru turun dari tubuh Jo, keduanya berlutut malu sambil menunduk. Nampak para orangtua tertawa kecil melihat dua orang tersebut. Jo mengelus-elus kepalanya, sakit sekali dijambak perempuan ternyata!

"Jangan berantem mulu, entar saling jatuh cinta loh." Bibi menatap keduanya sambil tertawa kecil. "Kalau kayak gini, bukannya bagus mereka dinikahkan?"

Mama nampak menggeleng-gelengkan kepala. Beliau menghela napas dan menatap putra serta menantunya dengan lelah.

"Walau kalian terpaksa, tapi Jo itu suami dan Archy itu istri. Kalian tetap terikat itu semua dan harus saling menghormati, ayo maafan." Mama memberi perintah.

Archy mendengus, najis rasanya harus minta maaf pada Jo. Bukankah dia yang mulai? Harusnya dia dong yang minta maaf?

"Lo gak denger kata Mama barusan? Minta maaf sama gue," Jo melirik Archy dengan sebal.

"Sori." ucap Archy singkat, bahkan satu kata saja ia terlihat tidak rela.

"Gak gitu minta maafnya Archy, ayo minta maaf yang tulus sama suami." ujar Eyang Putri dengan tatapan serius.

Melihat wibawa Eyang Putri, Archy jadi takut. Ia menunduk dan menghadap ke arah Jo.

"Maafin gue ya Jo." Archy mendesis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Gamau." Jo menjulurkan lidah.

"Jo! Eyang yang marah nih?!" Eyang Putri berdecak lidah.

Jo menghela napas, ia memandang kedua bola mata Archy yang cantik itu tengah menatapnya. Sial, Archy selalu saja menatap Jo seperti seekor anak kucing. Jo jadi tidak tega untuk mengomelinya.

"Ya udah, awas sekali lagi kayak gitu." Jo mendesis.

Mama menatap keduanya kemudian berdecak lidah.

"Seorang istri wajib cium tangan suami, ayo Chy cium tangan suamimu. Walau kamu enggak suka, tapi dia suamimu sekarang." Mama menghela napas.

Archy sebenarnya ragu melakukan itu, akan tetapi ia terpaksa menurut mertuanya daripada di depak dari daftar menantu. Masih syukur pernikahannya tidak batal dan menimbulkan rasa malu, bukankah mencium tangan Jo tidak seburuk itu?

Archy kemudian menggamit tangan Jo dan mencium tangan Jo sambil berkhayal bila itu tangan Nathan. Dengan cepat Archy melepaskan tangan itu dari Jo dan keduanya bubar menjauh diiringi siulan saudara-saudara Jo. Sungguh malu sekali, jika seperti ini mending batal menikah sajakah? Rasanya beban mental Archy bertambah setiap hari, memikirkan kepergian Nathan sekaligus memikirkan bagaimana ia menjalani hari-harinya bersama bandar miras seperti Jo?

Acara di kediaman Suryakancana dilanjut dengan segmen bernyanyi. Seperti biasa, Eyang Putri pasti menyewa elektun untuk mengiringi acara keluarga tersebut, Archy memilih menonton saja sambil menikmati kudapan. Lelah juga rasanya bertengkar dengan Jo! Nampak Mas Bulan menghampiri Archy yang tengah mengambil jus buah.

"Hey." Mas Bulan mengulas senyumnya. "Kamu enggak nyanyi?"

Archy menggelengkan kepala sambil membalas senyuman Mas Bulan. Pria itu nampak mengambil segelas jus nanas dan Archy langsung menautkan kedua alis.

"Mas kok minum jus nanas, nanti keguguran gimana?" Archy menatap Mas Bulan serius.

Mas Bulan yang tengah meneguk jus tersebut menahan tawa hingga ia batuk-batuk. Archy buru-buru mengambilkan tissue dan menyodorkannya pada Mas Bulan.

"Maaf ya Mas, jadi batuk gara-gara saya." Archy mendesis. "Lain kali saya akan tutup mulut."

Archy mengibaratkan mulutnya diresleting, Mas Bulan malah gemas melihat Archy. Ia nampak menghela napas dan memandangi Archy seksama.

"Kamu pasti kesel banget ya Chy, harus nikah sama Jo bukan sama Nathan. Kasihan." Mas Bulan mengajak Archy duduk di sofa kayu jati ruang tengah. "Rencananya kamu sama Jo mau meneruskan menikah apa bagaimana?"

"Saya juga gak tahu Mas, sepertinya diteruskan juga enggak akan sejalan. Lihat sendiri kami bertengkar kayak tadi kan? Apa enggak hancur rumah kami jika terus menikah?" Archy nampak menghela napas sambil menyesap jus strawberrynya. "Doakan saja kami segera bercerai."

Mas Bulan menanggapi kalimat Archy dengan ulasan senyum. Ia menghela napas dan menatap Archy seksama.

"Kalau cerai bilang sama Mas ya."

**

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status