Share

Pertemuan Keluarga

Archy mendapati Jo menghilang pagi itu. Ah, pasti lelaki itu sudah mandi dan meninggalkannya lebih dulu. Archy menggosok matanya dan merasakan kepala yang masih terasa pusing. Seharusnya ia bangun lebih pagi supaya tidak ditinggalkan.

Akan tetapi saat Archy bangun dari tempat tidur, ia terkejut melihat Jo di dekat televisi tengah push up dengan mengenakan celana boxer dan bertelanjang dada. Otomatis Archy langsung berteriak seperti meneriaki maling.

"Chy? Berisik anjir lo malah teriak-teriak." Jo mulai kesal dengan Archy yang selalu membuat keributan.

Jo mendekat ke arah Archy dan membungkam bibir Archy. Diperlakukan begitu Archy malah makin menjadi, ia kemudian menendang tepat di arah kemaluan Jo hingga lelaki itu mengaduh kesakitan.

"Chy, lo jahat banget jadi orang! Aduh." Jo mengaduh sambil memegangi masa depannya itu dalam keadaan membungkuk.

"Suruh siapa gak pake baju?! Mau pamer body atau gimana sih? Situ bukan idol." Archy mendengus kemudian menyambar handuk. "Keluar, aku mau mandi."

Jo mendengus dan ingin sekali menjambak Archy. Ia heran mengapa kembarannya itu menyukai perempuan menyebalkan seperti Archy? Apa jangan-jangan Archy memakai pelet sehingga Kakaknya terpikat?

"Mohon maaf, lo siapa nyuruh gue keluar? Ini kan kamar gue juga." Jo membela diri. "Lo mandi aja diluar gak usah di kamar ini."

Archy yang tidak mau kalah itu tidak mendengar, ia melengos ke kamar mandi dan menatap Jo saksama.

"Ya udah, lo gak mau keluar? Gue buka baju depan lo nih." Archy mulai mengikat rambut. "Yaaaak, gue buka kaos nih."

Jo tentu saja kesal, ia menyambar kausnya dan pergi dari hadapan Archy. Archy tertawa senang, Jo tidak boleh seenaknya, Archy harus punya banyak ide supaya lelaki itu tidak membuat hidupnya semakin runyam. Perkataan Nathan tadi malam saja sudah membuat Archy benar-benar hilang kewarasan. Jangan sampai Jo membuatnya pusing juga.

Bagaimana bisa Nathan pergi secara sengaja seperti ini? Apa tanggapan orangtuanya jika tahu anaknya sengaja pergi dan membuat Jo menggantikannya? Archy memikirkan itu sepanjang ia mandi, akan tetapi ia tidak menemukan jawaban. Karena itu ia mengakhiri sesi mandi dan keluar.

Selesai bersiap-siap, Archy dan Jo turun ke bawah untuk sarapan. Sebenarnya Nathan sudah mempersiapkan rumah untuk dirinya dan Archy tinggal setelah menikah, akan tetapi dalam situasi seperti tidak mungkin kan Archy dan Jo tinggal satu atap berduaan? Akan tetapi, setelah dipikir-pikir, entah mengapa Archy merasa sangat sungkan tinggal dengan mertua seperti itu.

"Mama dan Papa udah denger semuanya dari Jo, soal Nathan telefon kalian dan sengaja pergi begitu saja. Mama juga sudah bicara dengan keluarga besar, semua paham bagaimana situasi ini. Untuk acara perkenalan dengan keluarga besar, mereka memahami kok. Bagaimanapun kalian tetap sah menjadi suami istri. Tidak ada yang perlu ditutupi lagi di publik, Joseph akan tetap jadi Joseph tanpa harus menjadi Jonathan." Mama membuka obrolan pagi itu.

Archy tidak menjawab apa-apa dan melirik ke arah Jo. Lelaki itu mengunyah nasi kemudian menatap sang Mama lekat-lekat.

"Jadi aku harus nikah sama si rese ini berapa lama lagi?" Jo bertanya sambil meneguk segelas jus jeruk.

"Bisa enggak kamu nanya ini nanti?" Mama memandang putranya itu lekat-lekat.

Jo tertawa kecil. Ia menaruh gelas jeruk kemudian menghela napas, menatap Mamanya serius.

"Mama kan yang bahas, aku wajar dong nanya? Pernikahan ini bukan kemauan antara aku sama dia, gak mungkin kami menikah tanpa ada dasar perasaan kayak gini."

"Iya Mama paham, tapi kita hari ini harus menghadiri acara penting. Keluarga kita adalah keturunan Keraton, kamu harus mengikuti setiap peraturan buat menjaga peninggalan leluhur. Kita bicarakan ini nanti."

Archy menatap Jo yang terlihat tidak puas dengan jawaban sang Mama. Tentu saja, Archy sebenarnya memilih untuk pulang saja ke kediamannya daripada harus hidup dengan Jo. Namun, bukankah itu memancing pertanyaan banyak pihak? Bagaimana jika semua orang tahu bila Archy salah pengantin?

Seusai sarapan Archy dan Jo menaiki mobil yang sama ke kediaman keluarga besar Jo. Archy tidak punya pilihan, ia harus berdamai dengan Jo supaya perceraian bisa segera dilakukan. Archy jadi merasa bersalah, pasti Jo sudah punya pacar makannya terbebani seperti ini.

"Chy, lo jangan rese di sana. Ada keluarga besar yang bakal ngunduh lo jadi mantu, jaga tatakrama dan jangan bertingkah. Lo yang kacau, nama baik gue juga bakal rusak. Paham kan?" Jo memecahkan keheningan.

Archy menoleh ke arah Jo kemudian mendengus. Memang ia terlihat akan mempermalukan keluarga?

"Emang gue ngapain sampe lo kira gue bakal bertingkah? Lo semudah itu kasih rating buruk ke gue." Archy mendengus.

"Gue kan ngasih tahu, ya maaf kalau udah tahu." Jo menjawab dengan ogah-ogahan. "Ya udah intinya gitu, lo jangan malu-maluin."

Archy mendengus, sebelum menikah Nathan sudah memberitahu seperti apa keadaan keluarga besar mereka. Kenapa Jo berpikir Archy akan membuat malu? Ia sudah biasa bekerja dengan kalangan orang-orang berpendidikan serta berattitude mulia. Ia tentu tidak akan membuat malu.

Tapi ini kan hanya menikah karena terpaksa. Kenapa Jo harus menanggung malu segala?

Sebuah rumah yang berukuran sangat luas itu masih menggunakan arsitektur Jawa yang kental sekaligus modern. Mobil mereka berhenti di tempat parkir kediaman tersebut dan langsung disambut oleh beberapa asisten rumah tangga Nenek dan Kakek Jo. Keluarga besar Jo dan Nathan ada banyak, dan mereka sudah berkumpul di sana untuk acara perkenalan menantu di keluarga tersebut. Entah mengapa setiba di sana Archy jadi gugup.

"Kenapa lo?" Jo menatap Archy yang tiba-tiba diam membisu sambil melamun ke arah bunga-bunga.

"Eh? Enggak. Cuma indah aja pemandangannya." jawab Archy.

Jo melepaskan kacamata hitamnya kemudian menyibakkan rambut. Archy tiba-tiba terkesima karena Jo juga sangat tampan. Akan tetapi Archy harus mengenyahkan tatapannya, tidak boleh, Jo itu adik iparnya!

"Kirain gue lo mabok, mau gue kasih minum tadinya." Jo menatap Archy seksama. "Ya udah ayo masuk, gak usah gandeng gue awas."

"Dih siapa juga yang mau ngegandeng elo? Najieeessss ...." Archy mencebik dengan sebal.

Jo tertawa kecil melihat Archy yang kesal terhadapnya itu. Memang jika dipikir-pikir Archy ini cukup cantik. Bagaimana tidak? Tubuhnya jauh lebih pendek dan juga lumayan berisi. Rambutnya panjang dan Jo bisa melihat mata Archy sangat indah. Dia selalu suka akan perempuan dengan mata yang cantik dan juga senyum yang menggemaskan. Tapi jika mengingat betapa menyebalkannya gadis itu, Jo jadi sebal. Ia tidak boleh tertarik pada apa yang menjadi milik Kakaknya, tidak boleh!

"Halo selamat datang, duh ayune." Eyang putri menyambut kedatangan cucunya itu dengan gembira. "Owalah Jo, kamu kenapa ini tangan ditato segala? Udah ganteng-ganteng malah ditato kayak preman?!"

Jo yang tengah bersimpuh untuk salim pada Eyang putri hanya menyeringai. Tampaknya hanya ia yang berani melawan aturan keluarga dengan mentato tubuhnya. Archy lebih banyak diam, ia takut salah bicara apalagi ia tidak terlalu paham bahasa Jawa.

"Keluarga udah ngumpul, ada Mas Bulan juga di sini. Dia baru pulang dari Belanda dan belum sempat hadir ke pernikahan kalian." Eyang putri tersenyum. "Oh iya Archy, belum tahu Mas Bulan kan? Beliau ini sepupunya Jo dan Nathan, beliau sudah seperti Kakak bagi kedua anak kembar itu sejak kecil. Ayo, kenalan sama keluarga lainnya ke dalam."

Archy mengangguk patuh, ia mengikuti langkah pelan Jo untuk masuk ke ruangan inti yang ukurannya sangat luas. Bahkan sepertinya jika Archy jungkir balik 100x pun belum tentu sanggup mengitari ruangan super besar tersebut. Menurut penuturan Nathan, Eyang putri punya perusahaan makanan sekaligus restoran-restoran authentik di Indonesia sekaligus luar negeri. Tidak heran jika Eyang dan keluarganya masuk ke dalam golongan ekonomi kelas atas.

"Mas Bulan, ini loh pengantin barunya." Eyang putri memanggil. "Namanya Chandra, tapi kami semua memanggilnya Bulan karena Chandra juga artinya bulan."

Archy menatap sosok pria yang tingginya sekitar 175cm itu tengah berdiri sambil mengasuh banyak anak-anak. Ia menoleh dan menatap kedatangan Archy serta Jo. Bisa dilihat wajah tampannya itu khas pria Jawa yang sangat manis dan menyejukan. Pantas saja ia dipanggil Mas Bulan, wajahnya benar-benar tidak bosan saat dipandang!

"Mas Bulan!"

Jo terlihat seperti anak kecil bongsor yang langsung memeluk dan mencium tangan Mas Bulan dengan gembira. Archy baru tahu Jo bisa semanja itu pada sepupunya tersebut, mungkin memang Mas Bulan sangat baik pada semua keluarga sehingga semua menyayanginya.

"Jo, aduh si anak bujang ini udah gede aja. Apa kabar Dek? Mas kangen banget sama adik Mas ini." Mas Bulan nampak menepuk-nepuk pundak Jo dengan gestur yang benar-benar dewasa. "Jadi kamu gantiin Nathan buat nikah? Oalah, kasihan sekali adik Mas."

"Iya Mas, duh jangan dibahas deh saya enek." Jo tampak memasang ekspresi merengek pada sepupunya itu. "Oh iya kenalin ini Archy."

Archy mendekat dengan sangat sopan. Perlahan ia menggamit tangan Mas Bulan dan salim dengan keningnya. Saat Archy mendongak, Mas Bulan tampak menatapnya dengan sangat lembut.

"Perkenalkan Mas, saya Archy. Senang bisa berkenalan sama Mas." Archy mengulas senyum sesopan mungkin.

Mas Bulan menatap Archy saksama. Ia mengulas senyum dan melirik Jo.

"Saya Adipati Chandra Suryakancana, kamu boleh panggil saya Mas Bulan juga jika mau." Mas Bulan tersenyum. "Cantik sekali istrimu Jo."

"Dih, bukan istri saya." Jo melengos dan menatap ke arah Mas Bulan. "Aku ke toilet dulu."

Jo berlalu meninggalkan keduanya, entah mengapa Archy canggung sekali. Tampak Mas bulan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan memandangi Archy dengan lembut.

"Ayo duduk, jangan dipikirkan kalimat Jo barusan. Kita kenalan ya dengan keluarga lainnya? Tidak usah sungkan, kamu sudah jadi keluarga di sini."

Archy mengangguk, entah mengapa perasaannya lebih damai saat ia bicara dengan Mas Bulan. Ia bersyukur, di acara seperti itu ada yang bisa ia ajak bicara.

Akan tetapi, tanggapan keluarga lain terhadapnya bagaimana ya? Kok Archy jadi tegang sih!

**

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status