Share

Terpaksa Menikah

Jo benar-benar memangkas rambut Doranya itu hingga sedikit cepak, hanya menyisakan helaian rambut panjang yang jatuh di area poni hingga hair stylish menatanya menjadi lebih basah dan rapi. Tubuh tinggi tegap itu memakai tuxedo rancangan Archy sendiri khusus untuk Nathan. Namun, entah mengapa Archy merasa Jo jauh lebih gagah dalam balutan pakaian yang ia rancang tersebut.

"Tuan Jo gagah sekali, apa anda seorang model profesional?" tanya salah satu penata rias yang membantu memasangkan pakaian Jo.

Jo menaikan satu alis sambil menatap dirinya sendiri dalam cermin besar. Ia nampak menaikan sudut bibirnya sambil mendesah pelan.

"Tidak, aku bukan yang seperti anda katakan." tutur Jo sambil mematut dirinya.

"Memang kalian berdua ini kembar dan sama-sama tampan. Sungguh beruntung wanita yang mendapatkan kalian berdua."

Archy mendengar itu semua dengan sebal. Beruntung apanya? Ini seperti sebuah drama di mana ia harus menikahi lelaki yang tidak ia inginkan! Tentu semuanya bukan drama, melainkan sebuah kenyataan pahit yang harus ia jalani. Archy hanya bisa menelan saliva sambil menatap dirinya di pantulan cermin dan tengah diperbaiki riasannya. Gara-gara menangis, make up yang dipoleskan padanya itu terlihat sedikit berantakan.

"Archy, Jo, bersiap-siaplah. Pendeta sedang menunggu kalian untuk pemberkatan." Mama nampak sedikit tenang karena prosesi pernikahan akan tetap berlangsung.

Archy menatap Jo yang tengah memandangnya tanpa tersenyum. Astaga, Jo jutek sekali! Archy sedikit takut saat lelaki itu memandanginya dengan tatapan yang tajam. Archy memalingkan wajah hingga akhirnya Jo menghampiri Archy dengan tangan yang masuk ke dalam saku celananya.

"Ayo." tutur Jo sambil mengulurkan tangan, meminta tangan Archy meraih tangannya.

Archy mau tidak mau menerima uluran tangan Jo yang mengajaknya ke altar pernikahan. Tiba-tiba Archy membayangkan wajah Nathan yang selalu tersenyum kepadanya sambil memandangi Jo yang sangat mirip kekasihnya itu. Pergi ke mana Nathan sehingga adik kembar sendiri yang harus menggantikan pernikahan? Apa alasan ia hingga semua ini terjadi?

Keduanya berjalan ke arah altar perlahan-lahan. Tangan Archy mau tidak mau melingkar di lengan Jo dan ia harus berakting bahagia. Bahkan Jo juga bersikap seolah-olah ia adalah Nathan, ia mengulas senyum dan juga tatapannya berubah menjadi sangat lembut. Baru kali itu Archy melihat adik kembar suaminya tersebut tersenyum semanis dan sehangat itu.

Mereka berdua menunduk, menjalani prosesi pemberkatan dengan khidmat. Di hadapan Tuhan dan khalayak, Jo melontarkan kalimat suci sehidup semati yang seharusnya Nathan lontarkan. Archy hanya mendengarkan dengan baik, berusaha menganggap bila pria di hadapannya itu adalah Nathan.

Akan tetapi, mereka berdua itu berbeda. Bahkan perasaan saat bersama pun tidak bisa disamakan dengan perasaannya saat bersama Nathan. Archy berusaha bersikap biasa saja, tapi entah mengapa tangannya malah gemetaran. Sial, Archy benar-benar benci berada di situasi tersebut. Bagaimana ia menjalani hari-hari ke depannya bila Archy saja takut berhadapan dengan Jo?

"Silakan untuk pengantin laki-laki mencium pengantin perempuan."

Mata Archy terbelalak. Apa? Pendeta menyuruh Jo menciumnya? Gila! Bahkan Archy saja belum pernah berciuman dengan Nathan sepanjang mereka berpacaran, akan tetapi orang lain tidak ada yang tahu bila itu bukan Nathan dan ciuman harusnya menjadi hal wajar. Tentu mereka harus berakting bila keduanya saling mencintai bukan?

Nampak Jo membuka crown yang dikenakan Archy selama prosesi pernikahan. Lelaki itu menatap Archy dengan tatapan yang cukup tegang, entah mengapa Archy malah ingin tertawa melihat ekspresi Jo yang seperti itu. Ia aneh, mirip dengan kucing saat tengah dimarahi majikannya.

"Ayo, apakah kalian malu? Kalian sudah menjadi suami istri sekarang." goda Pendeta.

Jo mendesis. Ia sepertinya tidak memprediksi bahwa selain menggantikan Nathan menikah, dirinya juga harus menggantikan Nathan mencium Archy di altar. Haruskah ia melakukan itu? Jo juga belum pernah berciuman seumur hidup, bagaimana bisa kini ia mencium gadis yang sama sekali tidak ia sukai di hadapan semua orang?

"Jo cepat." bisik Archy.

"Aish!" Jo mendesah sambil berpura-pura tersenyum.

Jo yang jauh lebih tinggi dari Archy itu menunduk, ia memiringkan wajahnya hingga terasa embusan napas Jo yang hangat mengenai bibir Archy. Archy memejamkan mata kuat-kuat membayangkan Nathan lah yang menciumnya. Perlahan bibir Jo yang kemerahan itu menempel di atas bibir Archy, memagutnya pelan hingga akhirnya semua orang bertepuk tangan dengan meriah.

"Ih!" Archy menyeka bibirnya saat Jo menyelesaikan pagutannya. "Kenapa harus lama banget sih?" omel Archy dengan berbisik.

"Dih, gue kan ngikutin musik. Takutnya suasana jadi enggak meriah kalau gue cuma sekadar nempelin bibir. Gak usah sok jijik gitu, gue juga gak mau kissing sama lo." tutur Jo dengan nada menyebalkan.

Ingin rasanya Archy menonjok lelaki yang menjadi suaminya itu. Kenapa sih ia harus berurusan dengan Jo? Jo selama ini jarang sekali ikut campur masalah keluarga apalagi perusahaan, ia lebih senang bermain musik dan pergi tanpa diketahui di mana keberadaannya. Archy sama sekali tidak mengenal Jo, yang ia tahu Jo ini memang tidak ramah terutama terhadap dirinya. Waktu pertama dikenalkan Nathan saja Jo tidak menyambut uluran tangannya, bahkan Jo juga tidak bertanya siapa nama Archy. Dan kini lelaki itu jadi suami pengganti dari Kakak kembarnya, sungguh ini jauh lebih horor daripada film KKN di desa Penari.

Archy hanya bisa pasrah, semoga keputusan keluarga bisa langsung keluar setelah prosesi pernikahan ini selesai. Archy tidak mau berhubungan dengan Jo untuk kedepannya, sama sekali tidak mau!

**

Malam setelah pesta pernikahan, Jo dan Archy berkumpul di kamar milik Papa dan Mama Nathan serta Jo. Keduanya duduk bersebelahan dalam keadaan letih karena seharian menyalami tamu. Archy menggeser kursinya, berusaha menjauh dari Jo yang hanya mengenakan singlet berwarna hitam. Walau tubuhnya wangi dan juga hangat, Archy sama sekali tidak mau berdekatan dengan cowok judes itu!

"Karena Nathan masih belum ditemukan keberadaannya, Papa rasa untuk sementara waktu, posisi Nathan Jo yang akan menggantikan. Kalian juga harus mengikuti beberapa jadwal keluarga sesudah menikah hingga mau tidak mau Archy harus menganggap bila Jo adalah suami. Maaf ya Archy, semua jadi kacau karena Nathan. Papa malu sekali sama kamu." Papa menatap Archy dengan tatapan resah. "Papa juga tidak ingin memaksa dua orang yang tak saling mengenal seperti ini untuk bersama. Tapi ada nama baik yang harus dijaga, Papa tidak mau Archy pribadi dihina orang lain karena pengantin prianya tidak datang di hari pernikahan."

Archy hanya menghela napas, ia melirik ke arah Jo yang tengah duduk dan kedua tangannya saling bertautan. Archy memutar maniknya, menatap Papa dengan serius.

"Jangan khawatir Pa, saya baik-baik saja. Kita jalani saja dulu, semoga beberapa hari ini Nathan pulang." tutur Archy.

"Lalu kalau Nathan gak pulang gimana Pa? Gak mungkin 'kan Jo harus selamanya hidup sama anak manja ini?" tanya Jo dengan nada penuh penekanan.

Anak manja? Sejak kapan Archy dipredikat anak manja oleh Jo? Sembarangan sekali! Bahkan mereka tak benar-benar saling mengenal. Bagaimana bisa Jo mengatai Archy sebagai anak manja?

"Jangan kayak gitu Jo, lagian kamu juga nggak ada kesibukan kan? Menemani Archy mengenal keluarga kita sepertinya tidak akan jadi kendala besar buat kamu." Papa nampak menekan Jo. "Jangan jadi pria yang menyebalkan, Jo."

"Ya bukan gitu Pa, harus ada kejelasan dong. Masa aku gantiin Nathan buat sementara waktu dan selamanya? Kan enggak lucu, aku nanti enggak akan bisa menikahi perempuan lain hanya karena menikahi anak manja ini. Pokoknya aku minta kepastian, kalau Nathan emang gak balik secepatnya kita cerai."

"Hush! Udah, ini udah malem Jo. Lebih baik kalian istirahat dan tidur di kamar kalian. Bukankah kamar pengantin sudah siap?" Mama menengahi.

Archy memutar bola matanya. Apa? Ini serius ia harus tidur satu kamar bersama Jo?

"Apa? Aku tidur sama Archy?" Jo nampak mewakili pertanyaan Archy.

"Ya tidur saja satu kamar, memang kenapa? Lagian kalian mau tidur di mana?" Mama nampak bingung dengan pertanyaan Jo. "Kasurnya kan besar, kalian enggak akan berdesakan."

"Tapi Mama, ini istrinya Kak Nathan, masa tidur bareng aku?!" Jo nampak masih tidak terima. "Aku tidur di sofa aja!"

"Jo, cukup. Papa nggak mau denger kamu merengek seperti anak kecil. Sudah bagus Papa bebaskan dari segala tanggung jawab perusahaan, kok kamu perkara tidur aja ribut bukan main?" Papa nampak marah melihat putra bungsunya itu protes. "Silakan istirahat di kamar kalian. Papa akan bicara lagi dengan kalian besok."

Archy ingin protes, akan tetapi ia juga takut berhadapan dengan Papa mertuanya itu. Ia ingin berkata bila kamar di rumah super mewah itu ada banyak dan mereka bisa tidur dengan kamar berbeda, akan tetapi jika Archy membantah ia takut di blacklist dari daftar menantu!

Jo nampak beranjak dan berjalan terlebih dahulu ke arah kamar pengantin. Archy hanya bisa mendengus, ia menarik gaun panjangnya dan mengikuti Jo masuk ke dalam kamar. Aish, harus bagaimana ia sekarang? Masa ia harus tidur dengan Jo sih?

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status