Share

Hamil

Mata Rhea melebar sempurna terlebih saat mendengar gelak tawa Rylan yang nyaring di telinga. Malam itu? Apakah jangan-jangan….

“Aku dengan sengaja membawa pria itu masuk dan dengan bodohnya kau mengira bahwa itu aku? Aku jadi berpikir apakah kau benar-benar mencintaiku seperti yang kau katakan atau semuanya hanya bulshit belaka? Bahkan pria lain menjamah tubuhmu saja kau tak bisa membedakan apakah itu aku atau tidak. Tapi dengan begitu rencanaku berjalan mulus. Aku berhasil bebas darimu tanpa terlihat buruk di depan semua orang, Sebaliknya, semua orang bersimpati padaku karena mengira kau yang bersalah. Hahaha, bukankah itu sangat menarik, Rhea? Harusnya kau memuji betapa cerdasnya aku.”

Rhea tak percaya ini, tak percaya semua yang terucap dari mulut Rylan. Tapi kenapa semua yang dikatakannya terasa benar dan masuk akal? 

Rhea tak sanggup, tak sanggup menerima kenyataan menyakitkan ini dan tak sanggup mendengar lebih banyak lagi. Lucy dan Rylan, dua orang itu adalah orang yang paling berharga dalam hidupnya, tapi dua orang itu juga yang menjadi malaikat pencabut nyawa untuknya. Kenapa? Kenapa? Kenapa harus Lucy? Kenapa juga Rylan tega melakukan ini padanya? 

Tak sanggup lagi memikirkan alasan dan jawaban membuat Rhea kehilangan kesadaran. Ia jatuh pingsan di mana di ambang kesadaran terakhirnya yang ia dengar hanyalah gelak tawa jahat Rylan juga teriakan Lucy memanggil namanya. 

Beberapa hari berlalu dan saat ini Rhea masih berada di rumah sakit. Setelah ia pingsan waktu itu, saat ia sadar ia telah berada di rumah sakit. Dan tentu Lucy lah yang membawanya ke sana. Sejak hari itu Lucy selalu mengunjunginya namun ia tak sanggup melihat wajahnya. Ia meminta perawat melarang Lucy memasuki kamarnya dan untuk Rylan, pria itu sama sekali tak menunjukkan batang hidungnya. Sepertinya semua yang Rylan katakan waktu itu adalah fakta yang sebenarnya yang artinya selama ini ia hanya dibodohi dua orang yang ia percaya.

Rhea memejamkan mata menikmati rasa sakit di ulu hatinya mengingat semuanya. Mengingat kebaikan Lucy selama ini juga mengingat ucapan Rylan bahwa semua adalah rekayasanya. Dan saat kedua matanya kembali terbuka, seketika ia seolah tersadar. Rylan mengatakan ia menyuruh pria itu menaiki ranjangnya, itu berarti pria itu adalah bagian dari rencana. 

Mata Rhea melebar diikuti gerak tangan menutupi mulutnya saat merasakan sesuatu seolah menaiki kerongkongan. Lagi, sesuatu yang terasa asam seperti memaksa keluar dan semakin naik memasuki rongga mulut. Ia segera turun dari ranjang dan berlari ke kamar mandi tanpa melepas tangan menutupi mulutnya. Sesampainya di dalam kamar mandi ia memuntahkan cairan yang terasa menusuk hidung. Padahal ia belum makan apapun tapi kenapa ia memuntahkan sesuatu dari perutnya?

Tiba-tiba pening di kepala Rhea kembali datang, pening yang akhir-akhir ini ia rasa disertai mual dan muntah. Tubuhnya pun terasa lemas dengan perut terasa diaduk-aduk. 

“Nona.”

Rhea menoleh saat telah membersihkan mulutnya dan tetap berusaha bertahan dari pening dan lemas yang menyiksa. Dan di sana, di ambang pintu kamar mandi ia melihat seorang perawat berdiri.

Melihat kondisi Rhea yang pucat, perawat tersebut segera menghampiri. “Anda baik-baik saja? Sudah saatnya pemeriksaan,” ucapnya seraya memegangi lengan Rhea dan membantunya berjalan ke luar kamar mandi kembali ke ranjangnya.

Dengan hati-hati perawat tersebut membantu Rhea kembali berbaring ke ranjang dan dokter yang telah menunggunya mulai melakukan pemeriksaan. 

Rhea hanya diam membiarkan dokter perempuan tersebut melakukan tugasnya. Sampai tiba-tiba ia merasa ada yang aneh saat dokter tersebut memeriksa perutnya dan bertanya.

“Nona, kapan terakhir kali anda datang bulan?”

Rhea terdiam sejenak dan mencoba mengingat-ingat. Kemudian ia pun menjawab, “Sepertinya bulan lalu, dok.”

“Setelah melakukan pemeriksaan sepertinya saat ini anda tengah hamil.”

Petir seolah kembali menyambar tubuh Rhea mendengar penjelasan sang dokter. Suaranya tercekat dengan mulut seolah terkunci rapat.. Apa ia tak salah dengar? Berusaha mengeluarkan suaranya yang terbata, ia mencoba bertanya. “A– apa dokter tengah bercanda? I– itu tidak mungkin.”

“Maaf, Nona. Tapi seperti itu lah setelah saya melakukan pemeriksaan. Untuk membuktikannya kita bisa melakukan USG,” ujar sang dokter memberi saran. Setelah pemeriksaan selesai, dokter tersebut pergi dari sana meninggalkan Rhea yang masih tak percaya. 

“Suster,” panggil Rhea saat perawat tersebut hendak mengikuti dokter pergi. Suster tersebut menoleh dan kembali menghampiri Rhea.

“Iya Nona, ada yang bisa saya bantu?”

Rhea pun mengatakan permintaannya yang membuat suster tersebut terheran. Setelahnya suster tersebut keluar dari sana dan kembali selang beberapa jam dengan membawa apa yang Rhea inginkan. 

“Wanita yang aneh. Padahal bisa USG dan hasil lebih akurat, tapi malah meminta membelikan testpack,” gumamnya saat telah berada di luar kamar Rhea dirawat.

Sementara saat ini Rhea terlihat duduk di kloset duduk dengan beberapa testpack di tangan. Ia memejamkan mata rapat-rapat saat akan melihat hasil dari percobaannya. Ia tahu USG lebih akurat, tapi ia hanya ingin membuktikan apakah ucapan dokter itu benar atau tidak sesegera mungkin. Karena rasanya ia belum siap jika melakukan USG dan mendapati fakta ia memang tengah hamil sekarang.

Perlahan kedua mata Rhea terbuka, dan saat melihat lima testpack di tangan, seketika matanya melebar diikuti benda kecil itu jatuh ke lantai bersamaan. Kesemuanya menunjukkan garis dua, walau salah satunya ada yang terlihat samar, tetap saja semuanya menunjukkan hasil positif.

Tubuh Rhea seketika lunglai tak sanggup menerima kenyataan. Lucy dan Rylan mengkhianatinya, dan sekarang ia hamil anak dari laki-laki yang tidak ia kenal. Laki-laki yang merupakan bagian dari rencana Rylan. Kenapa hidupnya semenyedihkan ini? 

Rhea setengah mendongak dengan kepala bersandar dinding. Sanggupkah ia menjalani hidup seperti ini? Terlebih dengan kehadiran makhluk kecil di perutnya saat ini. Haruskah ia mempertahankannya? Atau melenyapkannya saja? Mengingat ayah dari calon anak yang dikandungnya adalah bagian dari kejahatan Rylan.

Perlahan tangan Rhea terangkat dan bertengger menutupi kedua matanya. Hingga beberapa saat kemudian terdengar gelak tawa darinya yang mana tawa itu perlahan berubah menjadi tangisan memilukan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status